Terima kasih sudah membaca.
Dandi kali ini datang ke pengadilan agama. Ia sebenarnya ingin melihat bagaimana sidang rivalnya dulu. Kehancuran sudah ada di depan mata saat ini. Lucu, dendam itu seolah masih ada di hati sosok junior Arsa. Prita hingga saat ini tidak mau menerima cintanya. "Kenapa kamu ikut campur masalah rumah tanggaku?!" Arsa tanpa sadar justru membentak Dandi di depan banyak orang. "Oh ... aku ingat, kamu masih kesal karena berulangkali ditolak oleh Prita, bukan?" tanya Arsa dengan senyum sinis. "Kesal? Tidak. Aku justru bahagia saat ini. Dia itu wanita kotor. Memangnya kamu yakin, hanya denganmu dia berhubungan. Ada laki-laki lain yang selalu bersamanya. Kamu pasti tidak tahu bukan Mas Arsa Subianto? Baru-baru ini, Prita tertangkap basah sedang bersama laki-laki lain di rumahnya. Semua bukti dipegang oleh Bu Mita," lanjut Dandi sambil tersenyum penuh kemenangan saat ini. Arsa mundur beberapa langkah saat ini karena ucapan Dandi luar biasa mengejutkan. Rasanya sangat mustahil karena mereka su
Amelia datang bersama dengan kedua anak kembarnya dan si bungsu. Arsyila tidak bisa mengantarkan karena sedang tidak enak badan. Ada masalah yang juga sedang menimpa Arsyila saat ini. Hanya saja kakak perempuan Arsa itu belum mau mengatakannya."Apa maksud kamu?!" Arsya membentak wanita yang telah melahirkan ketiga anaknya itu."Maksud aku, sudah siap kalian berdua mendekam di penjara? Amggota kepolisian pasti sangat bersemangat menyelidikinya. Ya, mau gimana lagi, karma pasti akan datang bukan?" tanya Amelia dengan wajah santai.Saat ini ada kedua orang tua Arsa. Rasanya tidak mungkin menghajar wanita tidak tahu diri itu sekarang. Arsa pasti akan mendapatkan masalah dari sang papa. Bisa saja laki-laki paruh baya itu justru melaporkan kepada polisi. Tindak kekerasan dalam rumah tangga. "Tidak perlu menjelaskan. Kamu sudah dewasa. Pasti paham dengan apa yang aku maksud. Jangan mendadak menjadi orang bodoh seperti ini." Amelia sekarang tidak takut lagi kepada Arsa dan Ratna."Kamu!" Ar
Prita menyalami Tuan Permana yang wajahnya tampak sangar saat ini. Ia berusaha tidak canggung pada sosok pengusaha kelas kakap itu. Prita mulai berani berakting saat ini. Sultan muak dengan cara yang digunakan oleh Prita."Ya, saya Prita Yuliana Santoso," kata Prita dengan wajah seolah adalah wanita baik-baik."Oh, sudah dewasa kamu. Terakhir saya lihat kamu saat kamu masih SD dulu, setelah itu kamu sekolah di luar kota," kata Permana yang mengingat masa kecil Prita."Iya, Om. Saya di Semarang sampai selesai pendidikan Akpol beberapa tahun yang lalu. Kebetulan setelah lulus saya ditugaskan di kota ini. Jadi, bisa ketemu Mas Sultan setiap saat," kata Prita sambil menatap takjub ke arah Sultan yang kini memilih diam.Ardi tampak cemas saat Sultan melirik dengan tajam. Lirikan itu penuh makna dan amarah. Sejak beberapa waktu, Sultan memang mencurigai Ardi. Entahlah, hanya firasat atau memang kebetulan dan saat ini benar-benar terjadi."Kalian ada hubungan?" tanya Permana yang memang sang
Prita menyalami Tuan Permana yang wajahnya tampak sangar saat ini. Ia berusaha tidak canggung pada sosok pengusaha kelas kakap itu. Prita mulai berani berakting saat ini. Sultan muak dengan cara yang digunakan oleh Prita."Ya, saya Prita Yuliana Santoso," kata Prita dengan wajah seolah adalah wanita baik-baik."Oh, sudah dewasa kamu. Terakhir saya lihat kamu saat kamu masih SD dulu, setelah itu kamu sekolah di luar kota," kata Permana yang mengingat masa kecil Prita."Iya, Om. Saya di Semarang sampai selesai pendidikan Akpol beberapa tahun yang lalu. Kebetulan setelah lulus saya ditugaskan di kota ini. Jadi, bisa ketemu Mas Sultan setiap saat," kata Prita sambil menatap takjub ke arah Sultan yang kini memilih diam.Ardi tampak cemas saat Sultan melirik dengan tajam. Lirikan itu penuh makna dan amarah. Sejak beberapa waktu, Sultan memang mencurigai Ardi. Entahlah, hanya firasat atau memang kebetulan dan saat ini benar-benar terjadi."Kalian ada hubungan?" tanya Permana yang memang sang
Amelia tidak bisa menemukan bukti pernikahan Arsa dan wanita itu. Ia sangat frustasi saat ini. Sidang kedua percerainnya akan digelar lusa. Hakim ternyata tidak mempercayai bukti jika hanya berdasarkan oleh foto. Arsa pasti sudah melenyapkan semua bukti itu.Setelah mengantarkan kedua anak kembarnya berangkat sekolah tadi, Amelia memutuskan untuk pulang dahulu. Hari ini tubuhnya kurang sehat karena cuaca yang tidak menentu. Tidak hanya itu, ibu tiga anak itu juga kelelahan pasca pindah rumah. Meski tidak banyak barang yang dibawa, tetapi lumanyan membuatnya kelelahan."Kamu tidak akan menang melawan Arsa di pengadilan." Suara seorang wanita yang tak lain adalah Ratna membuat Amelia terkejut.Amelia menoleh ke arah sosok wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertuanya itu. Ratna berdiri dengan sombong seperti biasanya. Ia merasa bisa mengintimidasi menantu yang dianggapnya tidak tahu diri itu. Ratna kesal dengan kejadian beberapa hari yang lalu di rumah Arsa."Lalu?" tanya Amel
Perlahan Amelia mengambil undangan itu. Ia terkejut membaca undangan itu. Tertera nama Prita Yuliana Santoso akan menikah dengan Ardiansyah Darmanto. Otak Amelia berpikir dengan keras saat ini. Apakah Prita dan Arsa sudah bercerai?Amelia tidak habis pikir dengan cara yang ditempuh oleh Prita. Lantas, apakah Arsa sudah tahu? Bagaimana reaksinya jika mengetahui hal ini? Apakah mereka baik-baik saja atau sedang merencanakan sebuah hal.Perlu kita ketahui, Amelia sangat tahu dan paham jika Arsa sangat mencintai Prita. Tidak terbayang jika sosok laki-laki itu mengetahui undangan ini. Amelia sangat penasaran dengan reaksi Arsa. Lucukah? Atau sebaliknya.Sementara itu, Prita sibuk mengurus perlengkapan menikah. Ia dinyatakan masih gadis karena pihak kantor tidak mengetahui perihal pernikahan Prita. Sontak semua teman kerja Prita sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu."Ini serius?" tanya Mita saat Prita meminta tanda tangan kepada atasannya itu."Iya. Saya akan menikah se
Prita dan Arsa terkejut saat melihat ada sosok Dandi di belakang mereka. Dandi tersenyum sinis menatap kedua pasangan tidak jelas itu. Otak Dandi langsung berpikir cerdas; kedua pasangan mesum di depannya itu sedang membuat rencana. Rencana yang pastinya bukan sekadar rencana biasa saja."Kalian terkejut? Ayolah, ubah mimik wajah kalian yang menjijikkan itu." Dandi menghina Prita dan Arsa dengan wajah sombongnya.Deru napas penuh amarah keluar begitu saja dari Arsa. Adik lettingnya itu sangat kurang ajar. Dua kali mereka kedapatan bersama di hotel. Pertama dulu Fajar yang memergoki mereka."Pak Fajar pernah memergoki kalian bukan? Beliau bisa kalian berikan alasan cerdas versi kalian berdua. Sayang, tidak dengan aku. Aku menemukan bukti kalian berdua cek in dalam satu kamar sejak kemarin malam." Dandi tertawa lepas setelah mengatakan hal itu. "Maka, dengan ini bersiaplah akan kehancuran kalian berdua. Oh, ya, Pak Arsa, hari Senin sidang perceraian Anda dengan Nyonya Amelia," lanjut Da
"Nenek baik-baik saja?" tanya Sashi yang melihat wajah tak biasa dari Bu Dibyo saat ini.Amelia pun merasa ada yang berubah pada wajah Bu Dibyo. Wanita paruh baya itu melupakan sesuatu. Sanggul yang biasa dipakainya tidak dipasang. Ia justru mengurai rambut panjangnya yang masih tampak hitam."Nenek baik-baik saja. Ini maaf, baru habis semir rambut jadi ga sanggulan," kata Bu Dibyo berusaha tenang saat ini."Tapi, Nenek kelihatan masih muda," kata Sashi yang saat ini mendekat ke arah Bu Dibyo."Hehehe, namanya juga habis semiran rambut. Jadi, rambutnya hitam kaya kamu ini," kata Bu Dibyo sambil berusaha menggelung rambutnya itu.Apa yang dilakukan oleh Bu Dibyo tidak lepas dari pandangan Amelia. Ia merasa ada yang lain dengan sosok itu. Sosok itu mendadak datang dalam hidupnya dan membantu menyelesaikan semua masalah. Mendadak Amelia merasa ketakutan saat ini."Siapa kamu sebenarnya?" tanya Amelia dengan menahan rasa takut dalam hatinya.Bu Dibyo dan Sashi menoleh dan melihat tubuh Am
Semenjak kejadian itu, Sashi memilih tinggal bersama dengan Arusha--saudara kembarnya. Sudah enam bulan dan Aditya sama sekali tidak mencarinya. Entah apa yang mereka lakukan setelah Sashi keluar dari neraka yang mereka sebut rumah. Arusha merasa geram dengan ulah Santika."Mending kamu ajukan gugatan. Apa yang mau kamu pertahankan bersama dengan dia? Sejak awal, aku udah rasa jika mereka hanya akan memanfaatkan kamu saja." Arusha mengepalkan tangan karena merasa tidak terima saudara kembarnya diperlakukan tidak adil oleh mereka semua. "Aku menggugat cerai? Tidak, tidak akan aku lakukan. Aku ingin membuat mereka paham, siapa aku dan siapa mereka. Aku sedang menunggu kehancuran mereka satu per satu." Sashi tampak tidak setuju dengan pendapat saudara kembarnya."Kamu pikir dengan menunggu mereka akan hancur? Bodoh! Mereka justru sedang berbahagia sekarang. Lihat, gundik Aditya sedang memamerkan test pek ini," kata Arusha menyerahkan ponselnya pada Sashi.Sekuat apa pun Sashi, tetaplah
Anak-anak Amelia bersama Arsa sudah dewasa. Sashi bahkan sudah menikah. Hidup Amelia pun bahagia bersama dengan Sultan. Ia benar-benar merasa diratukan oleh laki-laki yang tepat."Ma, kenapa dulu Mama mengambil keputusan cerai?" tanya Sashi yang siang ini berada di rumah sang mama. Wajah Sashi seperti sedang menahan kesedihan yang luar biasa dalam. Amelia menatap sang putri yang sudah dua tahun menikah dengan tatapan benyak pertanyaan. Selama ini, Sashi tidak pernah menceritakan masalah rumah tangganya pada siapa pun. Ia menutup rapat-rapat masalah keluarga."Kenapa tanya seperti itu?" tanya Amelia yang merasa aneh pada pertanyaan sang putri.Sashi meraih piring di depannya dan mulai memakan buah potong. Amelia menyuguhkan camilan buah untuk sang putri. Ia tahu jika Sashi tidak begitu suka kue atau kudapan yang berbahan dasar tepung. Bukan diet, hanya saja Sashi memang kurang suka."Hanya tanya saja, Ma. Apa karena ada perempuan lain?" tanya Sashi dengan santai agar sang mama tidak c
"Terima kasih, Sayang, penantianku selama dua puluh satu tahun ga sia-sia. Akhirnya kamu menerima kamu." Sultan memeluk sang istri yang tak lain adalah Amelia putri.Mereka menikah setelah Amelia menjanda selama lima tahun. Tidak mudah bagi Sultan untuk meyakinkan hati sang istri. Amelia punya trauma luar biasa pada pernikahan. Apalagi Sultan punya semua yang wanita inginkan. "Maaf, aku belum sepenuhnya bisa percaya pada laki-laki." Amelia mengatakan terus terang pada sang suami.Menerima lamaran Sultan secara resmi pun karena ketiga putranya yang memintanya. Sejak kematian Arsa, Amelia memilih untuk menyibukkan diri dengan bekerja. Ia seolah menjaga jarak dengan banyak laki-laki. Cenderung galak pada laki-laki yang datang mendekatinya.Sejak Suriyana meminta Amelia membuka hati untuk Sultan, ternyata keduanya cocok. Ditambah lagi, ketiga anak Amelia sangat lengket pada Sultan. Mereka membutuhkan sosok seorang ayah yang tidak didapatkan dari mendiang Arsa. Sultan memberikan semua hal
Mita tersenyum ke arah Ratna yang saat ini ketakutan. Entah mengapa, sejak menjalani sidang, Mita adalah sosok yang menakutkan bagi Ratna. Padahal, mereka sama sekali tidak bersinggungan satu dengan lainnya. Mita tidak ditunjuk menjadi tim penyidik kasus besar ini. "Apakah aku begitu mengerikan di matamu? Hai! Ternyata kamu juga dalang penculikan anak-anak di kota ini. Kamu menikmati uang dari itu semua. Ck! Ternyata otakmu luar biasa. Ya, tapi semua harus berakhir di sini sekarang. Nikmati sisa usia kamu!" Mita langsung meninggalkan Ratna setelah sukses membuat mama Arsa itu ketakutan dan histeris.Mita lantas meninggalkan RSJ tempat Ratna dirawat. Hanya tinggal satu orang yang akan dibuat gila lagi. Dia adalah Prita. Wanita yang menjadi duri dalam rumah tangganya. Mita juga tidak ingin Prita hidup tenang dalam penjara."Antar aku ke penjara. Aku ingin ketemu Prita," kata Mita pada sopir pribadinya."Baik, Bu!" Sopir itu menjawab dengan tegas.Rupanya hari ini adalah jadwal para nar
Satu per satu dari mereka yang ditetapkan sebagai terdakwa harus menjalani proses sidang. Hari ini adalah sidang Prita dan Arsa. Mantan suami Amelia putri sebelumnya datang ke sidang putusan cerai. Ia menangis ketika harus melepaskan Amelia."Aku titip anak-anak," kata Arsa setelah selesai sidang putusan perceraian mereka berdua kepada Amelia.Arsa berlinang air mata saat mengatakannya. Amelia baru pertama kali melihat mantan suaminya menangis. Sebelumnya sama sekali tidak pernah. Akan tetapi, hatinya sudah benar-benar mati rasa saat ini."Ya. Sudah kewajibanku mendidik dan membesarkan mereka. Aku ikhlaskan agar suatu saat kamu bersama Prita." Amelia menegaskan hal itu lalu pergi meninggalkan Arsa.Arsa sadar, hidupnya setelah ini tidak akan baik-baik saja. Ia harus bertanggungjawab atas semua kesalahan di masa lalunya. Penjara sudah menanti dan jabatannya pun dicopot begitu saja oleh pihak kepolisian. Terlalu banyak kejahatan yang diperbuat oleh Prita dan Arsa.Hanya saja, Arsa mungk
"Mau mengamuk silakan. Kamu akan ditangkap oleh rekan kerja sendiri. Kalian yang selama ini menutupi kebusukan suami saya, juga sudah saya laporkan." Mita menunjuk dua orang ajudan Joko yang kini wajahnya pias."Argh!" Joko frustasi saat ini menghadapi sang istri.Atasan Joko dikenal tidak bisa kompromi sama sekali. Sudah jelas jabatan akan diturunkan atau dipecat. Hanya tinggal menunggu nasib baik saja yang memihak. Ternyata selama ini diam-diam Mita mengintai semua kegiatan Joko. Satu bulan setelah masa penyidikan dan ketiga tersangka pembunuhan Salina harus disidang di pengadilan. Ditambah satu lagi; Joko. Joko dianggap ikut terlibat karena berselingkuh dengan korban. Ratna adalah sosok yang pertama kali disidangkan. Sesuai dengan janjinya, Dandi tidak melibatkan Mita.Salina jatuh terduduk seorang diri bukan karena didorong. Setelahnya dibunuh dengan ditembak tepat pada kepalanya. Sebenarnya bukan kasus yang rumit. Menjadi rumit karena banyak pihak yang terlibat karena dendam. "
Dandi menerima rekaman cctv itu dengan banyak tanya di dalam kepalanya. Apa hubungan Mita dengan Salina? Astaga! Rumit sekali masalah ini. Baru kali ini ada kasus pembunuhan yang melibatkan banyak orang. Entahlah, siapa yang benar dan siapa yang berbohong.Dandi membuka rekaman itu setelah disambungkan pada komputer di meja kerjanya. Mita menunggu dengan harap-harap cemas saat ini. Ia pun sudah siap jika setelah ini juga menjadi seorang pesakitan seperti Prita."I-ini apa maksudnya, Kak?" tanya Dandi saat melihat rekaman itu.Mita mengusap air matanya. Wanita itu benar-benar terpukul karena penghianatan suaminya. Sosok yang dicintainya memilih bermain dengan wanita lain saat dirinya sedang berusaha untuk bisa hamil. Salah satu wanita itu adalah Prita. "Sekarang kamu tahu 'kan, kenapa aku selalu membuat jebakan dan mengintai Prita? Dia salah satu simpanan suamiku." Mita mengatakan dengan lirih sambil mengusap air matanya. "Aku sudah curiga sejak lama hubungan mereka. Rumah yang diakui
Joko tentu saja terkejut dengan semua ucapan Amelia. Rencana yang sudah disusun gagal total di tangan Amelia. Wajah wanita itu tampak sangat tegas dan tidak ingin dibantah sama sekali. Amelia sedang tidak ingin berkompromi dengan siapa pun dan apa pun itu."Silakan tinggalkan tempat ini. Kita tidak saling kenal," usir Amelia tanpa basa-basi sama sakali saat ini."Baiklah. Tapi, aku jamin suatu saat kamu membutuhkan bantuanku. Tidak sekarang, tapi pasti akan butuh." Joko berkata dengan penuh nada ancaman."Tidak. Aku dikelilingi oleh banyak orang baik. Aku hanya membutuhkan mereka semua." Amelia tidak takut sama sekali pada Joko saat ini. Joko tertawa miris. Ia kalah begitu saja dengan wanita rendahan. Bu Dibyo hanya diam dan memperhatikan interaksi keduanya. Ia tidak mau ikut campur terlalu jauh pada masalah ini. Ia belum tahu, apa yang membuat Amelia bersikap sinis pada Joko.Joko akhirnya meninggalkan rumah sakit. Ia marah sekaligus kecewa, tetapi tidak bisa berbuat banyak. Jika me
Prita bisa kabur dari tahanan. Ia bekerja sama dengan polisi yang berjaga. Wanita simpanan Arsa itu menjanjikan sejumlah uang pada petugas. Entah apa yang dicari Prita saat ini.Amelia tidak mungkin menang melawan wanita yang datang bersama dengan empat orang laki-laki. Mereka semua berperawakan tinggi besar. Preman itu disewa Prita untuk meneror Amelia saat ini. Prita merasa, istri Arsa itu telah menjebaknya."Dia yang bikin aku dalam masalah harus dapat hukuman. Cari barang bukti itu!" Prita memerintahkan anak buahnya agar bekerja dengan cepat. "Beruntung aku bisa membuka pintu itu dengan mudah," kata Prita lagi yang seolah tidak takut apa pun.Prita sangat marah karena Amelia dianggap lancang telah membuat masalah. Bukan hanya itu, Prita kini tidak bisa mengelak tentang senjata api yang saat ini digunakan sebagai barang bukti. Memang tidak ada sidik jari yang menempel, tetapi polisi sudah tahh bagaimana cara kerja Prita itu. Tuduhan itu membuat Prita marah dan mendendam pada Amelia