Nathan semakin mendekat membuatnya semakin gugup, mengigit bibirnya masih sambil menunduk. Diana berpikir dengan aneh kenapa dia berada di sini dan juga ada Nathan, apa ini adalah kamar Nathan, dia merasa dua kali sudah menemukan kejadian ini, pertama dia tiba-tiba berada di apartemen Nathan tertidur juga di atas kasurnya, dan kedua yang ini kenapa dia bangun di kamar Nathan lagi, apalagi di atas kasurnnya.... ya walapun empuk di atas kasurnya.
Diana mencoba mencubit tangannya dengan ringan mencoba menyadarkan dirinya agar tidak semakin gugup, tetapi dia malah menjadi semakin gugup. Diana juga mencoba mensetabilkan ekspresinya dengan diam. Tidak mau menatap Nathan yang sedikit lagi berada di sebelah dirinya. Nathan mendekati Diana tanpa ekpresi di wajahnya dengan dingin berkata: "Ini sudah malam lebih baik kamu pulang!!"
Nathan berpikir Diana harus pergi karena dia terlalu malas melihat calon istirnya tinggal di kamarnya lagi, dia ingin bebas sebentar karena besok mere
Keesokan harinya pagi yang cerah, Novita membuka kedua kelopak matanya dengan lembut, mendudukan dirinya di atas kasurnya yang empuk, sambil melirik kalender yang berada di dinding kamarnya, menyimpitkan matanya. Tetapi karena angka di kalender terlalu kecil, membuat Novita berdiri, dan berjalan dengan malas. dia melihat tanggal di kalender tanggal 18 September hari sabtu, dia melihat tanda lingkaran merah di tanggal itu, tetapi dia tidak ingat hari ini adalah hari yang penting, cuman ada hari libur, mungkin dia tandai itu adalah hari libur, pikir Novita. ia juga melirik jam dinding, tapi di jam dinding itu jarum yang kecil dan besar tidak bergerak, dia hampir lupa bahwa jam itu sudah mati seminggu yang lalu... dia lupa menggantinya karena banyak sekali pekerjaan di kantor akhir-akhir ini yang membuat dia kelupaan tentang hal-hal yang berada di rumahnya. Ponsel Novita berada di atas meja di dekat kasurnya tadi, jadi dia memutuskan untuk kembali ke kasurnya tadi untuk mengamb
Novita buru-buru menelepon Billy, sambil berjalan ke parkiran mobil yang berada jauh di lantai bawah rumahnya, Novita tinggal di rumah yang besar, kamarnya berada di lantai 3, dia bisa di katakan orang yang kaya bahkan jika dia tidak bekerja lagi menjadi sekertaris Nathan dia bisa menghidupi dirinya sampai ke cucu-cucunya nanti, Tetapi Novita bukan wanita yang malas, dia sudah berkemauan untuk bekerja, jadi dia harus bekerja. Walaupun orang tua Novita juga kaya dia juga harus bekerja keras dan mendapatakan uang sendiri bukan?, jika hanya mengandalkan orang tuanya kapan dia akan dewasa, dan jika orang tuanya menyuruhnya meneruskan perusahaan mereka nanti dia juga bisa mendapat pengalaman dari bekerja dengan Nathan. Novita wanita yang tekun, terkadang lembut atau pemaran jika mood dia tidak baik, pekerja keras, suka lupa sesuatu bahkan bosnya Nathan marah karena kebiasaan buruknya ini. Saat Novita sudah sampai di lantai bawah, berjalan menuju mobilnya... Telponnya dia angkat o
Ibu Nathan melirik Diana dengan tatapan sedikit aneh, dia berpikir bukannya Diana sudah tau bahwa dia dan Nathan ada menikah cepat tetapi, kenapa Diana bertanya tentang tenda yang sudah dia pasang beberapa hari yang lalu, tetapi dia malas berpikir terlalu dalam tentang itu, lebih baik sekarang dia mencari anaknya dan meninta dia juga memakai baju pernikahannya karena jam 12 Nanti dia sudah harus menikah dengan Diana.Diana yang masih berada di sebelah ibu Nathan tersenyum, tetapi senyumnya canggung dia menanyakan hal seperti itu membuat dia merasa sedikit tidak nyaman, walaupun ibu Nathan memperbolehkannya bertanya, tetapi Diana jika bertanya dengan orang yang baru beberapa hari dia kenal dia merasa canggung. Setelah dia menjawab tadi dia tidak mengucapkan sepatah katapun lagi, dia hanya diam.Nyonya intan berdiri, berjalan, sambil melihat jam yang berada di atas meja dekat kasur, dia mengagkat jam itu terlihat jam 09.15, masih ada beberapa jam lagi sebelum anaknya men
Diana masih bersembunyi menutup mulutnya dengan diam, walapun terlihat seperti itu di matanya masih mengalir air mata, teryata kenyataan selalu lebih menyakitkan. Nathan yang tidak sadar bahwa ada orang lain di kamarnya, tetap menatap satu foto di tangannya ya itu adalah foto kirana saat ini, seorang gadis yang anggun, cantik, tersenyum ramah di dalam foto, Nathan melihatnya dengan senyum bahagia, walapun itu hanya foto.Nathan meletakan foto itu di atas meja, kembali ke ekpresi dinginnya, dia membuka lemarinya sambil mengganti bajunya menggunakan baju jas, berwarna hitam di dalamnya ada kemeja putih dasi, celana senada dengan jas yaitu hitam, sepatu hitam di bawahnya terlihat tampan jika orang melihatnya dengan dekat, tetapi untuk Diana yang sedikit mengintip di tempat persembunyiannya, itu bukan tampan malah membuat perasannya menjadi tidak enak. Banyak hal di pikirannya yang membuat dia ragu-ragu tetapi jika di harus mengorbakan dirinya mungkin itu pilihannya. Nathan sudah
Diana sudah berdandan, dia terlihat sangat cantik bahkan jika ada Rama di sini dia akan memuji riasannya, tetapi Nathan tidak memperbolehkan selain keluarga yang datang ke pernikahan mereka, padahal hari ini adalah hari yang sangat penting untuk Diana di sepanjang hidupnya selama ini. Diana mengerucutkan bibirnya sambil menghadap ke arah kaca yang berada di depannya, dia melirik jam sudah mau jam 12 Diana berdiri, berjalan dengan pelan keluar dari kamar, saat di luar dia melihat ayahnya yang memakai jas hitam tersenyum kepadanya, berdiri di sebelah Diana sambil mengulurkan tangannya, untuk memegang Diana. Mereka berdua berjalan dengan sangat pelan sampai ke tempat acara yaitu di dekat taman rumah Nathan, karpet merah sudah di pasangan di sepanjang jalan menuju tenda pelaminan, di sana ada Nathan yang berdiri di depan terlihat tampan, menunggu Diana yang berjalan dengan ayahnya. Diana tersenyum dia merasa hari ini adalah hari bahagia untuknya. Diana dan ayahnya berjalan ke hadapan Na
Diana mengambilnya dan membacanya, semakin dia membacanya semakin dia membelakakan matanya, Diana bingung apa ini bukannya mereka sudah menikah kenapa ini terlihat seperti kontrak, mereka berdua menikah secara kontrak? bukannya sah ya, Diana melirik dengan pelan ke arah Nathan dengan heran, dia maunya apa bukannya kita sudah menikah kenapa masih ada ini.Nathan menatap malas Diana yang meliriknya, berkata dengan dingin sambil memberikan pulpen yang sudah di pegangnya daritadi, berkata : "Tanda tangani kontrak ini dan selama satu tahun kita tidak akan punya hubungan lagi dan bisnis keluarga mu akan aman? Bagaimana?"Pertanyaan Nathan membuat dia semakin bingung tetapi dia dengan tidak nyaman mengiyakannya, tetapi dia juga penasaran apakah Nathan akan menyukainya atau tidak selama satu tahun itu, jadi dia juga bertanya: "Baiklah, tapi bagaimana selama satu tahun ini teryata kamu menyukaiku?"Tiba-tiba suhu di ruangan itu semakin dingin, Diana merasa mengiggil pada
Novita berbalik dia melihat Anna yang berdiri di sebelah Angga tersenyum kepadanya, Novita melototi mereka berdua dengan malas melirik angga, memberikan kode kepadanya melalui mata untuk membawa Anna pergi dari sini. Angga paham tetapi Anna masih tidak mau di ajak pergi, Anna malah mendekati mereka berdua sambil berbicara dengan Novita. "Vita ini siapa apa dia pacar kamu? atau apa dia laki-laki yang membuat kamu tersenyum sambil mengirim pesan kemarin?" Semakin Anna bertanya semakin membuat Novita jengkel dia kesal, pasti Anna akan membuat masalah lagi kepadanya dia juga tidak enak dengan Billy atas kejadian tadi, dan sekarang pegacau ini ada di sini meganggunya Novita tambah tidak suka. Novita menghela nafas ingin menjawab, Angga yang masih berdiri di sebelah Anna terlihat gugup, dia takut Novita akan marah, karena sudah dari kemarin dia lihat mood Novita tidak terlalu bagus, karena itu dengan kegugupannya Angga menarik tangan kanan Anna untuk keluar dari dalam cafe
Diana yang di tarik di sofa terkejut oleh perlakukan Nathan kepadanya, mereka berdua terlihat seperti sedang tindih-menindih, Nathan berada di atas dan Diana di bawah. Diana mencoba mendorong Nathan menggunakan tangannya, dia merasa postur mereka terlalu canggung, walaupun mata Nathan masih terpejam tetapi wajah tampan Nathan terlalu dekat dengannya seperti hanya berjarak 1 jari. Diana merasa jantungnya berdegup kencang, dia tidak tau kenapa jantungnya berdegup kencang, Diana berpikir ini hanya karena dia gugup dan takut terjadi sesuatu terjadi kepada Nathan, bukan karena dia suka Nathan kan?, Diana mencoba mengalihkan pandangannya lagi ke Nathan yang berada di depannya, tidak lagi berpikir kenapa jantungnya berdegup kencang, dia harus menjauhkan Nathan dan mencoba mencaritahu apa yang terjadi dengannya karena yang penting sekarang adalah apa yang salah pada Nathan. Diana mencoba mendorong Nathan lagi dengan semua kekuatannya dan akhirnya berhasil, Nathan terdorong dan jantuh
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.