Novita berbalik dia melihat Anna yang berdiri di sebelah Angga tersenyum kepadanya, Novita melototi mereka berdua dengan malas melirik angga, memberikan kode kepadanya melalui mata untuk membawa Anna pergi dari sini. Angga paham tetapi Anna masih tidak mau di ajak pergi, Anna malah mendekati mereka berdua sambil berbicara dengan Novita.
"Vita ini siapa apa dia pacar kamu? atau apa dia laki-laki yang membuat kamu tersenyum sambil mengirim pesan kemarin?"
Semakin Anna bertanya semakin membuat Novita jengkel dia kesal, pasti Anna akan membuat masalah lagi kepadanya dia juga tidak enak dengan Billy atas kejadian tadi, dan sekarang pegacau ini ada di sini meganggunya Novita tambah tidak suka. Novita menghela nafas ingin menjawab, Angga yang masih berdiri di sebelah Anna terlihat gugup, dia takut Novita akan marah, karena sudah dari kemarin dia lihat mood Novita tidak terlalu bagus, karena itu dengan kegugupannya Angga menarik tangan kanan Anna untuk keluar dari dalam cafe
Diana yang di tarik di sofa terkejut oleh perlakukan Nathan kepadanya, mereka berdua terlihat seperti sedang tindih-menindih, Nathan berada di atas dan Diana di bawah. Diana mencoba mendorong Nathan menggunakan tangannya, dia merasa postur mereka terlalu canggung, walaupun mata Nathan masih terpejam tetapi wajah tampan Nathan terlalu dekat dengannya seperti hanya berjarak 1 jari. Diana merasa jantungnya berdegup kencang, dia tidak tau kenapa jantungnya berdegup kencang, Diana berpikir ini hanya karena dia gugup dan takut terjadi sesuatu terjadi kepada Nathan, bukan karena dia suka Nathan kan?, Diana mencoba mengalihkan pandangannya lagi ke Nathan yang berada di depannya, tidak lagi berpikir kenapa jantungnya berdegup kencang, dia harus menjauhkan Nathan dan mencoba mencaritahu apa yang terjadi dengannya karena yang penting sekarang adalah apa yang salah pada Nathan. Diana mencoba mendorong Nathan lagi dengan semua kekuatannya dan akhirnya berhasil, Nathan terdorong dan jantuh
Diana yang berada di dapur sudah menyelesaikan masakannya sambil berjalan dengan lembut sambil membawa nampan dan mengkok berisi bubur di atasnya terlihat lezat. Diana berjalan melewati ruang tamu saat dia berjalan melewati sofa dia melihat seseorang sedang duduk di sofa wajahnya masih acuh tak acuh tetapi dia bisa melihat ada sedikit tatapan khwatir di wajahnya. Sesaat Diana seperti tidak yakin melihat Nathan memperlihatkan ekspresi seperti itu, yang dia ingat adalah Nathan selalu menampilkan ekspresi dingin dimana pun dan bagaimanapun tidak pernah terlihat ekspresi sedih sedikitpun di wajahnya... mungkin karena mimpi buruk tadi dia jadi berekspersi seperti itu mungkin dia bermimpi gadis itu dan menghwatiknanya apakah gadis itu baik-baik saja? mungkin seperti itu Diana menduga-duga dalam benaknya. Tetapi yang di pikirkan Diana berbeda dengan yang ada di pikiran Nathan, saat dia melihat adalah gerakan seseorang keluar dari dapur dia langsung berbalik ke sumber suara, dan dia
Di Rumah Rama, seorang pria menggunakan jas berwarna biru dengan kemaja putih di dalamnya tidak menggunakan dasi di wajahnya yang menggunakan kacamata terlihat tanpa ekspresi sambil menatap ponselnya dalam-dalam ada berbagai ekspresi di dalam matanya, ada yang marah, kesal, menyesal, bahkan seperti tidak mau melepaskan.Rama berada di rumah karena hari ini adalah hari minggu dan memang hari libur tetapi karena kebiasaannya di kantor dia selalu menggunakan jas di manapun bahkan di rumah pun dia pakai, pernah suatu kali Diana berkujung ke rumahnya di saat hari libur. Diana mengomentari pakainnya selalu menggunakan jas padahal di rumah apa tidak kepanasan?, Saat mengingat hal itu lagi membuat Rama tersenyum tetapi hanya sesaat, dia masih menatap layar ponselnya seperti dia tidak bisa menerima hal ini, dia memang meminta Nathan untuk membuat Diana bahagia, tetapi apa dia akan bahagia hanya dengan berkata seperti itu?. Bukannya dia juga menyukai Diana sejaka dulu dan ingin bersama
Beberapa menit yang lalu sebelum Rama kembali ke mobilnya, Novita yang sedang mengendarai mobilnya sampai di depan gerbang rumah Bosnya, tujuan dia datang ke rumah bosnya kali ini adalah dia ingin meminta tanda tangan bosnya untuk beberapa pekerjaan yang dia kerjakan waktu itu dia lupa meminta tanda tangan bosnya di hari Sabtu waktu itu karena dia juga ada janji dengan Billy. Novita juga terpaksa kerumah bosnya, karena pekerjaan jika tidak dia tidak mau karena saat bosnya di rumah sikapnya semakin dingin lebih dingin saat ia di kantor, Novita juga bingung kenapa suasana hati bosnya selalu dingin di rumah padahal kan di rumah ada ibunya apa dia tidak bahagia?, Novita bingung dan bertanya-tanya... Tetapi itu juga bukan urusannya, dia hanya bawahan bosanya urusan pribadi bosnya bukan tanggung jawabnya juga. Novita menghela nafas sambil menatap kedepan, dia melihat di depan gerbang rumah bosanya terparkir satu mobil mewah berwarna putih, dia bingung mobil siapa itu? apa mobil baru bosny
Diana sudah sampai di taman anggrek, dia keluar dari taksi dengan santai, sambil melihat pemamdangan indah di depannya banyak sekali bunga warna warni yang mengiasi setiap tempat di taman itu, membuatnya takjub, Diana adalah seseorang yang menyukai bunga dia juga suka sekali dengan taman karena itu saat dia ingin bertemu teman atau janji bertemu dia akan merekomendasikan tempat ini untuk bertemu. Diana berjalan dengan pelan, melihat kiri dan kanannya sambil menyimpitkan matanya mencari kursi yang kosong untuk dia duduki.Di taman itu cukup ramai banyak anak-anak yang bermain layangan, area di situ juga luas bisa menampung bahkan 200 orang atau lebih, Diana tersenyum melihat anak-anak yang bermain di sekitanya, tertawa, bahkan ada yang iseng menjahili temannya dengan mendorongnya sampai terjatuh, Diana melihat itu tertawa dan juga saat dia melihat anak kecil itu terlalu imut. Anak kecil yang dia lihat masih berumur 8 sampai 9 tahun cukup tinggi setinggi paha orang dewasa
Tidak lama setelah Nathan menutup telpon, Novita kembali meneleponnya dan tanpa basa-basi langsung mengatakan :"Bos saya sudah menemukan Nyonya Diana, dia ada di taman anggrek dekat jalan xv"Nathan berkata dengan acuh tak acuh: "Itu saja?"Novita melirik komputernya lagi dan melihat kamera cctv yang berada di taman itu dia melihat Diana yang sedang duduk, dan ada satu laki-laki di depannya berdiri memberikan dia sebuah bungkusan, Novita mencoba mencari tau siapa laki-laki itu, tetapi karena kamera cctv di taman itu hanya menghadap ke depan yaitu hanya wajah Diana saja yang terlihat, dan laki-laki yang menghadap Diana hanya terlihat bahu lebarnya, tubuh tingginya, rambut hitam pendeknya dan juga bingkai belakang kacamatnya saja, karena itu Novita tidak tau siapa laki-laki ini, dia menatap bagian belakang tubuh laki-laki di kamera itu tetapi dia sudah berpikir berkali-kali masih tidak bisa menebak dia siapa. Novita menyerah menebak, dan melanjutkan berbicara kepada bosn
Nathan dan Diana sudah sampai di toko yang cukup besar, Nathan keluar dari mobilnya, Diana juga ikut keluar dari mobil dan masih mengikuti Nathan yang berjalan duluan di depannya. Nathan masuk duluan ke dalam toko, mencari kursi di depan dan duduk dengan santai. Diana yang sampai belakangan bingung dengan Nathan yang membawahnya kesini, dia melirik kiri dan kanannya dengan takjub di dalam toko ini di sebelah kananya ada banyak sekali boneka yang di susun menjajar cukup rapi bonekanya juga imut-imut, di kirinya ada banyak tas-tas yang bermerk terlihat menawan bahkan jika dilihat dari dekat satu tas saja bisa berharga puluhan juta, hanya orang kaya saja yang bisa membeli tas seperti itu, tidak terkecuali untuk Nathan dia sangat kaya bahkan toko ini saja bisa dia beli, dan yang terakhir di depannya ada etalase dengan banyak berlian dan emas di dalamnnya dari cincin, kalung, dan anting, semua yang ada di toko itu terlihat mewah. Diana kembali menengok ke sebelah kirinya yaitu ada Nathan
Diana kembali ke kamar dengan terburu-buru, membuka pintu kamar, dia melihat Nathan yang kelelahan tertidur di atas kasur, Diana mendekati suaminya yang berada di kasur sambil berkata dengan lembut ke telinga suaminya: "Terima kasih hadiahnya" jika Nathan membuka matanya sekarang dia akan melihat senyum lembut di bibir tipis Diana, rambut sepinggangnya yang masih terata dengan indah terlihat sangat cantik dan lembut bahkan di sinari oleh sinar lampu yang terlihat redup masih terlihat indah, Tanpa b**a-basi lagi Diana, kembali berdiri dan berjalan menuju kasur, dia juga lelah hari ini. Keesokan harinya yaitu hari senin, ini adalah hari Nathan bekerja, jadi Diana harus bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya, Diana sekarang sedang memasak di dapur dengan serius. Tidak lama ibu mertuanya juga memasuki dapur, melihat Diana yang sedang serius memasak membuatnya tidak mau meganggunya, tetapi saat dia ingin keluar dari dapur, Diana menghentikan memas
Sembilan bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Diana lambat laun sudah menerima semua kenyataan itu, untuk kedua orang tua yang sudah merawatnya dia tidak pernah menemui mereka lagi sejak itu, yah mereka juga tidak berada di indonesia untuk saat ini ataupun sembilan bulan lalu.Dia hidup dengan bahagia karena dia sudah tau semuanya dimasa lalu dan dia merasa perasaan dan hatinya sudah terisi semua saat ini, Karena sejak saat itu pertemanannya dengan Kirana menjadi sangat baik, bahkan mereka tidak menjadi musuh lagi, tapi sayangnya Kirana sekarang tidak berada di indonesia dia kembali keluar negeri.Diana sekarang sedang berada dirumah sendirian, tetapi dia sedang asik menatap layar ponselnya dengan tersenyum, karena dia sedang membalas pesan teks temannya yaitu Novita, dia ingin mengajak Diana untuk membantunya memilih baju pernikahan, saat menerima pesan itu dia sangat bersemangat dia juga ingin tau baju pengantin apa yang bagus dipakai oleh temannya ini.Beberapa seminggu yang lal
David dan Kirana masih berada didalam mobil, Kirana melirik david dari sudut matanya dan berkata dengan nada ringan, "David aku sudah memutuskan, sepertinya aku ingin mejelaskan semua hal yang kutahu kepada Diana dan beberapa dendam dan kenyataan yang harus dia tau, agar kami tidak salah paham lagi dan aku tidak mau menyimpan dendam lagi dengan Diana."David menganggukan kepalanya, menatap Kirana dan berkata dengan lembut, "kamu ingin memberitahunya kapan?".Kirana berpikir selama beberapa saat setelah itu dia balas menatap David dengan berkata, "Sepertinya besok, lebih cepat lebih baik dan besok juga hari libur."David tersenyum sedikit dan berkata dengan nada biasa, "Oke, dan kamu ingin berbicara empat mata saja dengan Diana?".Kirana menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, dan menjawab dengan ketegasan dimata putih hitamnya, "Tidak, aku akan mengajak Diana, Novita, Nathan, kamu, dan Rama."Mendengar ucapan Kirana membuat David seketika terkejut, dia tidak tau kenapa Kirana harus me
Diana bermimpi dia sebuah tempat yang dia rasa akrab, dia menyapu sekelilingnya dia entah kenapa merasa tempat ini sangatlah akrab, dia seperti pernah melihat tempat ini, tetapi dia tidak terlalu ingat di mana dia pernah melihatnya, seperti penuh dengan banyak kenangan, dia mengulurkan tangannya kedepan dan menatap tangannya yang sangat kecil, dia terkejut, dia bingung kenapa tangannya sangat kecil seperti umur 8 atau 10 tahun, menghela nafas dengan kasar, dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi gadis kecil sekarang, bahkan dia ingin sekali mencari cermin untuk melihat wajahnya.Tetapi dia juga ingin mencari suaminya, mungkin saja dia bertemu suaminya yang juga menjadi anak kecil seperti dia, apakah itu akan sangat imut?Dia sangat penasaran dan tanpa sadar tersenyum lucu.Sampai seseorang perawat masuk kedalam ruangannya untuk memeriksa keadaanya, perawat itu menatap Diana kecil dia berkata, "Adek apakah kamu masih mengalami pusing kepala?."Di
David mengendarai mobilnya seperti apa yang dikatakan oleh Kirana, saat sampai dipersimpangan jalan, Kirana melihat ada toko yang menjual bunga, dia menoleh kearah David yang duduk disebelahnya, dia juga mendengar David sedang bersenandung tampak bahagia, tetapi dia tidak tau kenapa lelaki itu bisa bahagia, dia melirik David dari sudut matanya dan berkata dengan ringan, "Berhenti." David langsung mengerem mendadak, untung saja Kirana sudah siap dan memegang pegangan mobil yang ada disebelahnya jika tidak, wajahnya sudah menghantam kaca mobil, David yang terkejut itu, langsung menoleh kearah Kirana yang seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum menatapnya berkata, "Aku keluar dulu, kamu tunggu disini." David mengangguk, setelah itu Kirana keluar dari mobil dan masuk kedalam toko bunga. Di dalam toko bunga Kirana, membeli sepaket bunga melati sekaligus dengan pandan dan juga air yang berada didalam botol, pemilik toko itu tersenyum kearah Kirana dan berkata, "Apa ini digunakan untuk me
Nathan yang tampak sangat gugup dan ketakutan terjadi sesuatu dengan Diana, dan tanpa pikir panjang saat melihat rumah sakit, dia langsung menghentikan mobilnya dan membawa Diana secara horizontal untuk masuk kedalam rumah sakit.Dokter dan perawat melihat Nathan masuk, mereka langsung membawa kursi roda, dan Nathan mendudukkan Diana diatasnya dengan lembut, saat sudah melihat pasien di atas kursi roda, perawat langsung membawa Diana yang tidak sadarkan diri ke ruangan UGD.Dan Nathan dengan khawatir menunggu diluar ruangan, dia mondar-mandir didepan pintu, sambil menggigit jarinya, tampak sangat putus asa dan sangat khawatir, bahkan seperti sikap acuh tak acuh dan dingin Nathan, tidak terlihat sama sekali sekarang, hanya digantikan dengan perasaan gugup dan takut diwajahnya.Dia tidak mau memberitahu ibunya kalau Diana sedang ada dirumah sakit, dia ingin memberitahu ibunya saat Diana sudah sadarkan diri, karena dia takut ibunya sangat khawatir.
Kirana berbalik dan menatap lelaki itu dengan terkejut, penampilan lelaki itu bisa dibilang dia memiliki rambut coklat pendek, dengan kulit putih, dengan wajah tampan, bibir merah, dan gigi putih, mata berwarna coklat, hidung mancung dan setelan baju biasa ditubuhnya, dengan senyum bahagia di wajahnya dia menatap Kirana yang juga berbalik mentapnya. Kirana yang melihat wajah familiar dan senyum familiar itu ingin langsung berbalik dan kabur, tetapi lelaki itu langsung memeluk tubuh Kirana dengan erat ada sedikit rasa sedih dinadanya berkata, "Kirana aku merindukanmu." Merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat, kirana langsung mengerutkan kening, Kirana meronta-ronta dipelukan lelaki itu, untuk melepaskannya, tetapi bukannya dilepaskan, lelaki itu memeluknya semakin erat. Kirana tidak tahan lagi dan meraung dengan kesal, "Jonathan kenapa kamu memelukku, lepaskan aku sekarang juga!." lelaki yang bernama jonthan itu, seperti tidak mendengarkan ucapan Kirana dia masih s
David mengejar Kirana sampai kedepan kafe, tetapi Kirana tidak menyadari bahwa David mengejarnya dan sekarang tepat berdiri dibelakangnya sambil tersenyum menatap bahu Kirana, dia lebih tinggi dari Kirana, jika dijejerkan Kirana tingginya hanya sampai bahunya saja, dia ingin mendekati Kirana dan memeluknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin memeluk seseorang dan melindunginya bahkan ingin merubahnya menjadi lebih baik, untuk masa lalu yang sudah lewat bahkan jika dia dulu membenci perempuan yang ada dihadapannya ini, dia tidak peduli lagi.Karena tujuan utamanya sekarang adalah memiliki perempuan ini sepenuhnya dari hati, pikirin bahkan tubuh, tapi mungkin itu hanya hayalannya saja, setiap dia bertemu dengan perempuan ini dia selalu saja menjauh darinya, seperti tidak memperdulikannya, padahal dia sudah berkali-kali mengejarnya meyatakan perasaannya, tetapi sayangnya perempuan ini tidak peka atau hanya mengira dia berbohong?, Padahal dia sudah mengatakan yang seju
Ketika mereka sampai jembatan itu sangat sepi bahkan satu orang lewatpun tidak ada sama sekali, tetapi pemadangan diseberang jembatan itu cukup bagus dan juga udaranya sangat sejuk.Nathan yang keluar terlebih dahulu, setelah itu diikuti oleh Diana, yang langsung mengangkat kepalanya sedikit keatas untuk merasakan dan menghirup udara sejuk, dia sekarang sedang berdiri diatas jembatan dengan kedua tangannya menyentuh pinggiran pagar jembatan, Nathan juga berdiri disebelahnya dan menatapnya dalam diam, dia bahagia melihat istrinya yang tampak menikmati tempat ini.Diana menoleh dan menatap suaminya dengan senyum lembut dibibirnya matanya yang tampak meyipit memberikan ilusi, bahwa saat melihat mata itu seseorang yang menatapnya akan melihat perempuan itu sangat bahagia.Tapi memang benar Diana sangat bahagia, karena saat mendengar cerita dan langsung datang ketempatnya langsung benar-benar berbeda, bahkan dia sangat senang bisa tau tempat yang disukai oleh suaminy
Novita yang terkejut karena dilempar oleh Diana, walapun itu tidak sakit, karena Billy dengan cepat menangkap tubuhnya, walapun dia terpana, karena mungkin keinginannya yang terlalu besar dan cepat untuk melindungi Novita dia langsung menangkap tubuh Novita dengan cepat.Novita mencium bau parfum dari tubub Billy yang sangat nyaman, membuatku ketagian dan memeluk Billy semakin erat, Billy yang dipeluk semakin erat oleh Novita membuatnya melebarkan matanya, dia sebenarnya bahagia dipeluk seperti itu oleh Novita, tetapi disisi lain dia takut jika dia dipeluk oleh perempuan yang dia suka terlalu lama, dia takut dia tidak bisa menahan dirinya.Billy mengigit bibirnya keras, seperti menahan dirinya untuk tidak mendorong Novita untuk menciumnya.Setelah lama mereka berpelukan, Novita dengan cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Billy, Billy merasa lengannya kosong, dia hanya bisa menghela nafas perlahan, dan menatap Novita yang masih saja tampak merajuk didepannya.