Beranda / CEO / Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan / Bab 15 Tentang Pernikahan

Share

Bab 15 Tentang Pernikahan

Penulis: Delly Marcha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ingatan tentang dirinya, membuat Amberly merasa nelangsa. Menatap wajah Angel, yang terlelap. Siapakah bapaknya?

Apakah ia harus menceritakan hal ini, biar Golda mengerti? Dan melepaskan hidupnya sendiri?

Namun, sangat berat untuk Amberly lakukan, karena yang mengetahui kejadian itu, hanya Ethan, bi Lasih, dan beberapa dokter kepercayaan.

Sore harinya, Golda mengantar Amberly untuk memeriksakan Angel ke dokter. Bersyukur dokter menyatakan kalau Angel tidak apa-apa.

Ada radang di tenggorokannya, tetapi sudah sembuh.

Golda merasa gembira, keponakan cantiknya ini, sakitnya tidak berlanjut.

"Kalau tidak sakit, aku ingin kembali mengajaknya bermain ke mall." ucap Golda. Mereka sudah dalam perjalanan menuju kembali ke rumah.

Amberly meliriknya yang sedang memegang kemudi. "Tidak, aku tidak ingin membuat Angel sakit lagi." Pandangannya dialihkan kepada Angel yang sedang tertidur di pangkuannya.

'Lebih mirip siapakah Angel?' Kalau lebih diteliti, sepertinya Angel lebih menyerupai garis mukan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 16 Kebersamaan Keluarga

    Kembali ke hari kerja, kesibukan tidak bisa dihindari. Amberly baru bisa makan, itu juga diseret oleh Gathan."Kerja sih kerja, tapi perut juga perlu di isi." canda Gathan."Aku diseret Lilian, hingga sibuk hari ini.""Kalau soal kerja, ternyata kalian klop, ya?""Terus terang, soal manajemen kak Lilian sangat rapi, Kak. Aku salut padanya." ujar Amberly, Mereka sedang berada di restoran, untuk makan siang. Sedang menunggu makanan dihidangkan."Bagaimana hubunganmu dengan Golda?" selidik Gathan."Biasa saja." jawab Amberly."Sepertinya kamu kurang menyukainya? Apakah demi proyek ini, kamu harus berbaik-baik dengannya?" Amberly terdiam untuk sejenak. "Sebenernya ini urusan pribadi, tapi aku harus melakukannya. Aku harus menikah dengan Golda, sesuai wasiat dari Ethan."Membuat Gathan terkejut. "Mengapa begitu?""Entahlah! Sementara aku tidak ingin menikah dengan siapapun." jawab Amberly."Kamu masih muda, cantik, dan punya jabatan. Tentu itu suatu hal yang tidak mudah." ucap Gathan.Am

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 17 Terulang

    Golda membuka pintu kamar, niatnya ingin menengok Angel yang tertidur. Dalam keremangan cahaya, dia tidak mendapati Amberly ada di atas tempat tidur.Saat menoleh ke sudut kamar, Golda merasa tersentak kaget, melihat Amberly sedang memeluk lutut dengan gemetar, seperti sedang ketakutan. 'Apa yang terjadi?' pikirnya.Golda tertarik untuk mendekatinya. "Jangan mendekat." Suara penuh getaran itu, menghentikan langkahnya. "Ada apa denganmu?" tanyanya.."Jangan mendekat, jangan …." Nadanya memohon.Golda terdiam, sambil menatap terus pada Amberly yang tetap memeluk lututnya tanpa mengangkat wajahnya."Pergilah! Angel sudah tidur. Dia baik-baik saja." Amberly kembali mengusirnya secara halus."Kamu, kenapa?" Golda semakin penasaran dengan keanehan sikap calon istrinya itu."Aku tidak apa-apa." Amberly mengangkat mukanya, tapi tidak berusaha melihat pada Golda."Kamu menangis di sudut kamar begitu. Masa tidak apa-apa. Dari dulu kamu selalu ketakutan, pasti ada penyebabnya." Golda menyampa

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 18 Mengalihkan

    Esok harinya, Amberly sudah bisa mengatasi perasaannya sendiri. Mengakhiri kebersamaannya dengan keluarga mertua dengan manis. Sepanjang perjalanan pulang, mereka banyak diamnya. Hanya sesekali saja Golda mengajaknya bicara. "Lupakan!" Amberly meresponnya, dengan sebuah lirikan, tanpa ucap. Kemudian, "Jangan lakukan lagi. Kamu benar, lupakan saja.""Hubungan kita tetap baik. Jangan lupakan itu." Golda memperingatinya."Akan aku usahakan." Amberly mengiyakan disertai anggukan. Angel tertidur di pangkuannya. Keadaan menjadi hening kembali."Setelah ini kamu mau ke mana?"tanya Golda."Tidak ada. Aku akan diam terus di rumah." jawab Amberly."Sebaiknya begitu." kata Golda kaku. Suasana yang sedikit canggung itu, tidak ada yang dapat memecahkannya. Sampai ke rumah ibunya dan Golda pun, langsung pamit.Amberly sudah tidak peduli lagi. Berharap lelaki itu mundur, membebaskan dirinya dari wasiat itu.Hari sudah menjelang siang, Amberly minta ijin dari Almira, sekalian menitip angel. Ia berg

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 19 Tambah Masalah

    Kali ini, Golda datang langsung ke kantornya. Menghadapi tiga orang sekaligus. "Sedang ada rapat istimewa?" tanyanya. Menatap ke semua."Tidak. Kita sedang bersiap untuk pulang." jawab Amberly, sambil mengambil tote bag-nya."Lilian, ikut bersamaku. Ada yang harus dibicarakan sambil jalan." Golda menarik tangan Lilian.Lilian yang merasa kaget, spontan menatapnya heran."Mengenai proyek itu, apakah kamu lupa?" Golda memperingatinya dengan tatapan kurang senang."Itu bisa kamu lakukan di hari kerja." Lilian balik mengingatkan Golda."Aku tidak mau menunggu." Golda terus menarik tangan Lilian. "Kalian bisa duduk di belakang." liriknya pada Amberly dan Gathan."Kalau begitu, kamu bersama Lilian saja. Aku bersama Amberly." tentang Gathan."Mengapa kita harus berbeda kendaraan? Kita searah. Mengantar kalian dulu, baru terakhir Amberly. Bukankah aku sangat berbaik hati?" Golda tampak agak kesal."Kamu tidak berpikir, kalau aku dan Amberly punya kepentingan juga?" Gathan tidak takut melakuk

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   BB 20 Pembicaraan Mengenai Keluarga

    "Kita akan menikah sesuai wasiat abangku." Golda mulai bicara saat mengadakan pertemuan dengan Amberly di suatu tempat privat sebuah restoran."Boleh aku mengajukan syarat?" Amberly mengatakannya."Katakan saja." Golda menatapnya."Kita akan menikah di atas kertas saja. Maaf, bila aku tidak bisa menjalankan kewajibanku sebagai istri nantinya.""Apa ada hubungannya dengan ketakutanmu itu? Beri alasannya padaku." Golda minta penjelasan mengenai fobianya.Amberly terdiam, sangat berat untuk mengatakannya. Namun, lelaki seperti Golda harus diyakinkan, baru dia percaya."Aku wanita yang tidak sempurna, Golda." Amberly menjawabnya."Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Jangan beralasan yang membuatku terus bertanya."Amberly terdiam. Ia berpikir, pasti akan menyusul pertanyaan berikutnya. Yang akan semakin sulit untuk dijawab. Namun, harus dijawabnya juga."Yang jelas, aku tidak akan memberikan diriku padamu." Amberly membuang tatapannya ke tempat lain.Kali ini Golda yang terdiam, berpiki

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 21 Pernikahan

    "Kamu tidak keberatan, kalau kita membuat surat perjanjian pra nikah?" Amberly bertanya pada Golda saat mau pergi ke rumah Ethan."Lakukan apa yang kamu inginkan." jawab Golda.Jawaban Golda membuat Amberly termenung. Sepertinya asal bisa melaksanakan wasiat dari kakaknya, dia mau melakukan apa saja. Tidak ada jalan lain bagi Amberly untuk menolaknya.Mereka mengunjungi makam Ethan, kemudian ke rumahnya. Di sana sudah hadir Maya dan Frank Sander. Semua sudah siap demi persiapan pernikahan besok harinya."Bagaimana ibumu, Amber? Apakah kali ini bisa hadir?" tanya Maya. Setelah mencium menantunya itu."Akan dibawa besok oleh asistennya Golda, Mi." jawab Amberly."Lalu bapakmu?" tanya Maya lagi."Tidak bisa diharapkan, karena sedang dalam pengobatan di Singapura.""Berarti kita-kita saja. Tidak jadi soal." Maya tampak pasrah, pernikahan anaknya masih tertutup dari umum. Mungkin suatu saat, resepsi itu bisa dilaksanakan secara terbuka.Besoknya, acara berlangsung secara Hidmat, lancar tid

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 22 Memaksakan Diri

    "Aku akan berganti pakaian." ucap Amberly agak kikuk."Mataku hanya melihat, tapi niatku tidak bermaksud lain. Lakukan, tanpa merasa terganggu oleh kehadiranku." kata Golda, sambil membalikkan badannya.Hati Amberly merasa bersalah. Dirinyalah yang terlalu banyak menuntut pada suaminya, dan Golda terlalu banyak sabarnya.Dengan cepat Amberly mengambil pakaian yang akan dipakai, lalu masuk ke kamar mandi lagi untuk bergati.Ia harus berani melawan ketakutannya sendiri. Kalau Golda adalah lelaki yang normal, tentu berharap Amberly datang padanya sebagai istri. Menyerahkan dirinya secara total, tanpa keraguan.Amberly ke luar kamar mandi, melihat Golda duduk di sofa menunggunya."Kamu mau duduk bersama suamimu ini?" undangnya, sambil menepuk sofa sebelahnya.Amberly mengangguk sambil duduk seperti yang diminta Golda."Kita berlaku sebagaimana pada umumnya, tidak harus orang lain tahu dalam-dalamnya. Kamu bisa?" tatapnya pada Amberly yang sedang merapikan rambutnya yang masih agak basah k

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 23 Sakit

    Meja makan sudah ada Ange yang sedang disuapi Golda. "Ayah yang sangat baik." puji Amberly pada Golda."Aku sangat menyayanginya. Kalau tidak disuapi, cara makannya belum benar." jawab Golda."Anye sudah bisa maka cendili, Ayah." sangkal Angel."Ange harus berusaha lebih baik lagi." bujuk Golda sambil mencium pipi gadis kecil itu.Sebenarnya, membuat malu hati Amberly. Golda begitu baik sikapnya pada Angel juga pada dirinya. Sementara ia sebagai istri, belum bisa memberinya apa-apa.Amberly tersenyum kecil ketika Golda menatapnya. Menyembunyikan rasa gelisah di hatinya.Almira yang ikut duduk di antara mereka, berkata, "Ange sangat dekat dengan Golda. Bukankah itu lebih baik, Am?""Tentu saja, Bu." jawab Amberly, memulai sarapannya."Semoga Ange tidak minta adik cepet-cepet." ucap Golda tanpa dipikir, membuat mata Amberly melotot.Golda tertawa melihat itu. "Tidak masalah kan, Sayang?" goda Golda di depan mertuanya.Meski dengan wajah memerah. Amberly mengangguk. "Iya." jawabnya pend

Bab terbaru

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 41 Bulan Madu

    Seperti biasa Golda memandikannya dengan cara dilap. Sekarang tangannya lebih nakal dan menggoda Amberly.Kadang mereka berciuman dengan asiknya, tetapi tidak bisa lebih lagi. Karena Amberly masih sakit.“Sabar, belum waktunya.” Amberly mendorong tubuh Golda dengan lembut.Napas Golda yang sudah sedikit memburu, jadi melemah. Hasratnya tidak bisa terus lanjut, merasa terhalangi oleh fisik istrinya.Golda menatapnya penuh kabut, merapatkan dahi ke istrinya dengan mengatur napas lebih teratur. Beberapa lama dia bersikap begitu, Amberly hanya bisa menahan senyumnya. Lalu mengusap-usap dadanya dengan lembut.“Aku sudah ada di tanganmu, jangan terburu-buru.” ucapnya.“Kau godaan terbesarku, bisa disentuh, tapi tidak bisa diapa-apakan. Kamu curang ….” Golda berkata dengan menelan ludahnya.Amberly terkikik, kemudian menjauhkan wajahnya. “Kita belajar lebih mengakrabkan diri, apa kamu tidak ambil manfaatnya?”“Ya, kamu benar.” Golda akhirnya menyetujui, kemudian mengambil air minum dan meneg

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 40 Hadirnya Cinta

    “Kamu mau berbulan madu sama aku?” tanya Golda, setelah Gathan dan Lilian berpamitan.“Sama siapa lagi, sama kucing?” Amberly memalingkan wajahnya ke arah lain.“Kamu tahu, kan? Arti dari bulan madu? Kamu dan aku bersatu saling memadu kasih? Layaknya suami istri seperti pada umumnya.” Golda bertanya tidak percaya.“Aku ingin Ange punya adik, tidak jadi anak tunggal.” ujar Amberly ringan.Membuat Golda semakin ternganga, dibuatnya.“Tutup mulutnya, jangan malah bengong.” peringati Amberly. Tidak tahu apa yang harus dikatakan, Golda seperti menerima durian runtuh. Hanya bisa terbengong-bengong.“Apakah kamu waras? Diam saja.” Amberly menegurnya.“Hampir tidak percaya kamu mengatakannya.” Tiba-tiba air mata merebak di pelupuk mata Golda. Dia duduk disamping ranjang Amberly. Dengan lembut, Amberly menatapnya. “Kita mulai hidup baru dan lupakan semuanya.” Amberly meengambil sejumput rambut bagia depan Golda dan memainkannya. “Aku hampir tidak percaya, mendapatkan anugerah yang tidak ter

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 39 Rencana Indah

    Tangan kanan yang di infus, mulai membuka baju tangan yg di gips. Terasa sulitnya membuka pakaian dari rumah sakit itu hanya ada tali yang tidak diikatkan. Mata Amberly melihat pada Golda yang malah bengong."Bisa bantu aku?" tanyanya.Tentu saja Golda tampak terkejut. Dia agak terbata-bata menjawabnya. "A --- aku ...?""Siapa lagi? Kamu suamiku, bukan?" kembali tanya AmberlyDengan agak tertegun sejenak, Golda tergagap. "Ka ---kamu yakin aku yang harus membuka bajumu?""Siapa lagi?" Sambil memutar matanya, tangan kanan Amberly berusaha terus membuka bajunya. Hingga sebagian dadanya terlihat.Dengan menahan napas, Golda membantu Amberly melepas pakaiannya dari tangan yang di gips.Jantung Golda bergemuruh dengan detak tidak keruan. Dia melihat kulit dadanya yang seputih susu dan membusung, tanpa baju yang menghalangi lagi.Namun, dia harus meneruskan apa yang sudah dilakukan.Sebenarnya sudah tidak tahan, melihat keindahan tubuh Amberly. Dengan sekuat tenaga berusaha mengendalikan dir

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 38 Ingin Mandi

    Dalam keadaan oleng itu, Amberly merasa terdesak harus kembali membanting setir. Karena posisi mobil kecil semakin terpepet, mobil besar mau menggilasnya.Itu jelas perbuatan yang disengaja, akhirnya Amberly menabrak gundukan di depannya. Tidak terhindarkan.Ia merasa ini akhir hidupnya, dadanya merasa sesak. Gelap gulita, tidak sadarkan diri.Bangun dari pingsan, tahu-tahu Amberly sudah berada di rumah sakit. Kaki dan tangannya di bebat, sepertinya kena patah tulang.Menyadari bahwa ada seseorang di sisi tempat tidurnya. “Sully … “ usapnya pada rambut Sully.“Am! Kau sudah sadar? Syukurlah ….” ucap Sully penuh rasa lega, jadi menatapnya.Amberly tersenyum sebelum menjawab. “Aku selamat.”“Maafkan aku tidak bisa menolongmu.”“Kaukah yang dalam penyanderaan Rojak?” tanya Sully.“Makanya aku tidak bisa berbuat apa-apa.”“Tidak juga, kamu berani memberi perlawanan meski beresiko membahayakan keselamatanmu juga.”“Aku hanya bisa memperhatikan bendera, jadi kadang aku rebut setirnya, dan b

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 37 Mencari Rojak

    Alangkah kagetnya Amberly, secara cepat ingin mengangkat tubuh Golda supaya ke atas.“Beri ampun padaku atas apa yang kulakukan, Amberly ….” kata Golda dengan nada penuh penyesalan.Tubuhnya sudah terguncang-guncang karena isak tangisnya. Dia tetap bertahan dalam posisi bersujud di depan Amberly.“Jangan begini Gold, bangkitlah! Aku memaafkanmu.” jawab Amberly yang langsung direspons oleh Golda.“Mengapa kamu begitu mudah memaafkan?” tanya Golda sambil menengadahkan wajahnya.“Seperti yang diutarakan ibuku sebelumnya, kamu melakukannya dalam keadaan tidak sadar, kenapa aku harus mengingat terus kesalahan yang tidak tersimpan di ingatanmu?” Pandangan mereka bertemu.“Amber … Lelaki bejat ini tahu akibat perbuatannya, kamu sangat menderita.” Suara serak Golda menjelaskan perasaannya.“Jangan ingat lagi, mari kita lupakan kejadian yang tidak menguntungkan ini. Aku sudah sembuh, jiwaku merasa bebas sekarang. Karena aku sudah berhasil mengampunimu.”“Amber, sebenarnya aku tidak layak mendap

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 36 Membujuk

    Hari-hari selanjutnya, Amberly tetap sabar dalam menghadapi sikap Angel yang belum reda dari ngambeknya. Tidak mau memaksa, dirinya yang memang salah. Ia juga sambil menunggu hasil perkembangan kasus akibat perbuatan Rojak.Amberly terkejut dengan kedatangan Gathan dan Lilian ke rumah sakit. Mereka berpelukan dan saling menyatakan kerinduan. “Kemana saja, Am? Menghilang begitu saja?” tanya Gathan, menatap Amberly sangat dalam.“Aku membantu bapak di pertambangan.” jawab Amberly tenang sambil menyunggingkan senyumnya.“Tidak mungkin kamu jauh-jauh datang ke sana, tanpa tujuan.” Kini Lilianlah yg berbicara. Amberly mengalihkan tatapannya pada Lilian. “Ya! Kak Lilian pasti sudah tahu, ibu Ranti dijemput paksa sama polisi.”“Kita tidak mempermasalahkannya, kalau itu benar mama ada keterkaitan di penculikanmu beberapa tahun lalu. Aku tidak berpihak pada mama atas kejahatan yang telah diperbuatnya. Biar pihak pengadilan yang membuktikan.” kata Gathan, menepuk-nepuk bahunya.“Kamu sudah me

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 35 Memilih

    Begitu membuka pintu, Amberly melihat bapaknya datang.“Bapak langsung kemari?” tanya Amberly. “Tentu saja, Bapak ingin tahu yang terjadi padamu. Bagaimana keadaan menantu Bapak?” “Sudah tertolong, Pak.” Amberly menerima pelukan Berly Hanan.“Syukurlah ….” Berly Hanan bernapas lega, kemudian melepas pelukannya. “Kamu tidak apa-apa?” Terlihat khawatir, hingga melihat wajah Amberly dan seluruh tubuhnya. “Am, hanya kena pukulan beberapa kali, tapi tidak apa-apa. Benjut sedikit masih bisa Am tahan” Ia terkekeh, mengikuti langkah bapaknya.“Kamu jadi wanita kuat.” ujar Berly tersenyum, menggusak puncak rambut anaknya.Berly Hanan melihat Golda, lalu bertanya. “Bagaimana keadaanmu sekarang?”“Sudah membaik, tinggal pemulihan.” jawab Golda.“Sabar, pelakunya akan segera ditindak.” Berly menatapnya.“Mungkin sebentar lagi, polisi akan kemari untuk menanyakan kronologinya.”“Semoga polisi jeli hingga dapat mengungkap kasusnya. Kenapa sangat pas ada di tempat kejadian?”“Saya ingin bertemu Am

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 34 Di Rumah Sakit

    Golda meringis menahan sakit, Amberly segera memangku kepalanya tanpa ragu.Ia mengusap wajah tampan itu dengan tangan gemetar. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Amberly."Maafkan aku, Amberly." Golda memejamkan mata, tidak sanggup bicara lagi. "Golda!" teriak Amberly panik, saat melihat kepala Golda terkulai di pangkuannya."Pak, tolong segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk dapat pertolongan." pinta Amberly ke supir."Iya … iya …" Pak supir segera bergerak memangku tubuh Golda, kemudian dibantu mengangkatnya ke mobil oleh Amberly.Amberly duduk terlebih dahulu, lalu meletakkan kepala Golda di atas pangkuannya kembali.Amberly menepuk-nepuk pipi Golda secara pelan. Tetapi Golda tetap tidak bereaksi."Mengapa kamu datang, saat aku dalam bahaya? Dari mana kamu tahu aku ada di sini?" tanya Amberly.Tentu saja pertanyaannya tidak terjawab. Untuk menghilangkan kecemasannya, Amberly menangis."Dia siapa, Am?" tanya Sully yang duduk di depannya, samping pak supir.Amberly melihatnya. "

  • Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan   Bab 33 Penyerangan

    Untuk beberapa minggu, Sully merasa aman karena Rojak berhenti untuk mengganggunya. Pikir Amberly pun, Rojak merasa kapok sudah dihajar olehnya. Namun, kewaspadaan tetap ia jalankan, mengingat peringatan dari pak Hadi.Waktu libur yang lebih panjang, Amberly bersama Sully kedaerahnya, bertemu dengan kedua anaknya. Yang satunya sudah remaja berumur 14 tahun, cantik seperti ibunya. Yang kedua baru berumur sembilan tahun, seorang anak laki-laki."Inilah alasanku bekerja, Am. Kinara sudah mau masuk SMA. Ia mengincar sekolah favorit yang cukup besar biayanya." terang Sully."Kamu pasti bisa dengan gajimu sekarang, dipertambangan.""Aku juga harus berbagi dengan ibuku yang merawat kedua anakku. Aku menabung juga untuk membeli rumah sendiri." ungkap Sully."Ibuku juga menganggap, pendidikan hal yang terpenting. Meski dengan warung kecilnya, beliau mampu menjadikan aku sarjana." Ceritakan tentang hidupmu, Am. Sejauh aku kenal dirimu, tidak pernah menceritakan keluargamu." pinta Sully."Aku l

DMCA.com Protection Status