Beberapa hari berlalu setelah itu, Christa melihat anaknya yang semakin bertumbuh dan matanya sudah mulai bisa melihat dengan fokus, hanya saja dia semakin ragu ketika Hansen lebih mau diam dengannya.Kurang lebih bayi ini sudah mulai memasuki usia enam Minggu. Sudah sebulan lebih Christa mengurusnya dan Hafens sama sekali tidak ada niatan untuk memintanya agar berhenti. Itu membuatnya khawatir, hingga setelah menidurkan Hansen malam ini, dia berjalan ke arah luar kamar dan menatap sekitarnya yang hening.Dia sebenarnya ingin meninggalkan kamar tapi karena terlihat bayinya itu tidak akan pernah diam kalau dia pergi maka dia kembali masuk dan menunggu di dalam. Dia duduk dengan ragu di pinggiran ranjang sambil berpikir apa yang bisa dia katakan untuk membuat Hafens sadar. "Kalau dipaksakan terus seperti ini mau sampai kapan? Harusnya setelah ini aku bisa kembali memperbaiki diri dan fokus untuk hamil anak kedua. Kenapa dia harus melakukan ini padaku dan membiarkanku menjaga anaknya?"S
"Dengan datanya yang tidak ditemukan bahkan tidak ada sambungan bersama sekali dengan Albene Adixon. Mulai dari data lahir sampai data diri ketika dewasa nama ayahnya bukan Albene Adixon tapi George Denson. Hasil tes DNA menunjukkan kalau dia memang bukan anak kandung dari Albene, dari sini bisa disimpulkan kalau Nona Christa sungguhan bukan anak dari pembunuh orang tua Anda."Prang!Wajah Hafens begitu mengerikan sekarang dan dia terlihat seperti orang yang tidak percaya dengan fakta tapi nyatanya sudah dilengkapi dengan data. Tatapan mata pria cuma merah hingga terlihat mengkilap seperti Guntur, napasnya sesak dan dia terlihat mengepalkan tangannya seperti ingin menghantam sesuatu."Christa bukan anak pembunuh sialan itu? Dia bukan anak pembunuh orang tuaku?!" tanyanya sekali lagi membuat Dave mengangguk mantap walau dia ragu."Bahkan setelah ditelusuri tentang data keluarga Albene sama sekali tidak ada anaknya yang tertera di sini dan sepertinya dia dengan istrinya mandul makanya d
"Aku hanya mau memelukmu sebentar, jangan lepaskan dulu ..."Christa hanya bisa diam mendengarnya, dia tak tahu apa yang dirasakan oleh Hafens. Mungkin saja pria ini baru saja mendapatkan sebuah masalah atau sedang menahan sesuatu. Hafens menarik napas dan menghirup aroma tubuh Christa yang menenangkan. Walau dia masih merasa semua ini adalah hal yang masih sangat mengganggu hatinya, tapi setidaknya dia bisa merasakan aroma tubuh wanita ini ketika dia dalam masalah dan dalam keadaan terguncang. Christa yang bukan merupakan anak pembunuh dari orang tuanya tentu saja membuatnya kepalang malu kata siapa yang sudah dia lakukan pada Christa. Dia juga merasa kalau apa yang dia lakukan adalah hal yang tidak bisa dilakukan Christa padanya dulu. Saat ini dia merasa sakit dan juga terguncang tapi Christa ada dan hanya diam saat dia memeluknya. Sementara saat wanita ingin mengalaminya, dia hanya bisa sendiri dan tak mampu untuk meminta bantuan siapapun.Dia hanya sendiri sementara Hafens dan p
Beberapa hari berlalu dan suasana masih sama. Hafens bahkan sudah menerima laporan dari DNA kedua dimana darah Christa kembali dicek hanya untuk memastikan sekali lagi apakah dia benar-benar bukan anak dari Albene atau tidak.Tangan Hafens bergetar membacanya sementara wanita yang sudah dia jadikan korban pelampiasan dendamnya itu sedang ada di halaman dan menggendong Hansen di sana. Tatapannya terlihat sangat rumit, sementara Christa sudah mulai menjadi seorang perawat yang baik untuk anaknya.Apalagi saat wanita itu tahu kalau Hafens sudah memecat perawat yang dia minta untuk menjaga anaknya. Makanya Christa tak keberatan dan hanya diam saja dengan fokus seraya merawat anaknya."Sudah dicari tahu dimana anak pria itu yang sebenarnya?""Sejauh ini mereka tidak memiliki anak dan sama sekali tidak ada tanda-tanda apakah ada anak dari istri Albene atau tidak. Kami tidak berhasil mencari tahu mengenai hal itu karena mereka cukup tertutup dan bahkan sampai saat ini kami tidak pernah berhas
Christa benar-benar mendapatkan perawatan dari anggota spa dan perawatan yang dipanggil Hafens. Dia bingung dengan apa sebenarnya yang dilakukan oleh pria itu, dia hanya meminta pelayan untuk membuatkannya jamu, tapi bisa-bisanya Hafens malah membawakan satu paket karyawan yang ada di spa untuk merawatnya menjadi lebih baik."Mungkin dia melakukannya untuk membuatku segera hamil anak kedua. Aku bisa saja langsung hamil tapi keadaan tubuhku yang tidak baik-baik saja ini tentu saja membuatnya tidak akan suka." Christa memegang perutnya yang masih agak lembek. "Aku masih belum kembali seperti diriku yang dulu. Tetapi dia tidak harus memperlakukan aku seperti ini hanya untuk kembali melakukan hubungan itu. Bukankah tujuannya adalah untuk melahirkan anak untuknya? Kenapa dia harus mengeluarkan uang banyak?"Christa sebenarnya tidak sanggup lagi jika harus seperti ini dan dia masih belum sanggup untuk hamil lagi tapi dia harus bersiap cepat atau lambat. Dia hanya tinggal menyelesaikan satu t
Malam itu Christa tidur dengan tenang dan paginya barulah dia bangun setelah mendengar suara anaknya yang merengek. Dia membuka matanya perlahan dan menoleh, hingga benar-benar menemukan Hansen yang tampak merengek di pelukan Hafens."Sudah bangun? Susunya habis, kau tak memerahnya lagi makanya aku tidak bisa memberikan susu. Bisa bantu aku?"Christa menarik napas dan bangkit pelan dari tidurnya. Dia menatap wajah Hafens yang sudah bergerak dan duduk di hadapannya. Diserahkannya Hansen pada Christa hingga wanita itu menerimanya lalu menatap wajah Hafens."Alat perahnya tertinggal di kamarmu.""Tidak usah, langsung saja." Hafens berkata dengan wajahnya yang datar.Christa menatap Hafens lalu menghela napas. "Aku perlu alat-""Christa ..." "Kau kenapa sih? Kau yang sudah membuat peraturan ini dan aku hanya sedang menjalankannya saja. Aku tidak mau tersiksa bersama dengan anakmu dan aku berharap kau mengerti apa yang kukatakan." Christa berkata dengan wajahnya yang tampak berubah. Hafen
Christa menatap Hafens yang sedang menidurkan anaknya sementara dia ada di atas ranjang dan pria itu bergerak mengayunkan lengannya dengan lembut. "Tidurlah, apalagi yang kau tunggu? Aku yang akan menjaga Hansen."Christa diam mendengar suara Hafens yang dia ketahui, sedang bicara padanya. Dia tidak tahu entah apa yang membuat pria ini berubah tapi yang pasti dia sedikit takut dengan kenyataan ini. Walau dia takut entah karena apa sebab sepertinya Hafens benar-benar sudah lebih baik dibandingkan dulu.Saat pria itu sedang berusaha untuk menidurkan anaknya, Christa memberanikan diri untuk bertanya."Kapan kita akan memulai program anak kedua?" Hafens diam dan bahkan gerakannya yang sedang menidurkan Hansen sedikit terhenti tapi dia kembali melanjutkannya dan tak menjawab apa yang dikatakan oleh Christa."Setelah aku mendapatkan perawatan darimu aku merasa tubuhku sudah kembali seperti semula sebanyak 70%. Hanya saja aku bertambah gemuk karena aku memproduksi ASI. Tetapi untuk kehamil
"Apa? Obat perangsang?"Christa sebenarnya sangat malu tapi mau tak mau dia mengangguk dan menatap wajah Gerson yang tampak tak percaya di depannya. Tadinya Gerson datang untuk pemeriksaan rutin yang dilakukannya pada beberapa anak buah tapi saat wanita ini mengajaknya untuk bicara sebentar kelihatan rasanya kaget mendengar Christa."Hanya ini jalan satu-satunya, kau pasti mengerti apa yang kukatakan," ujar Christa seolah tak terima jika dia dikatakan sebagai seorang gadis yang murahan.Gerson menggeleng. "Aku sama sekali tidak paham."Christa menghela napas pelan. "Kau tahu sendiri kalau hubungan kami seperti aneh dan tidak lagi berjalan seperti semestinya. Hafens bahkan tidak pernah mau menyentuh tubuhku dan mengajakku untuk memulai program kehamilan kedua. Padahal itu sudah ditandatangani di surat dan akan ada denda yang besar kalau aku tidak mau melaksanakannya. Bagaimana ini? Aku hanya bisa menggunakan obat perangsang sebagai cara agar dia memiliki karena kalau aku memintanya mela
Setelah pulang dari menjenguk Albene dan Alex, Christa merasa kehidupannya sudah sangat lengkap dan tidak ada lagi yang harus dia khawatirkan. Ayah angkatnya yang selama ini dia pikirkan dalam diam nyatanya hidup dengan baik walau harus menjadi petani anggur dan bisa dikatakan juga menjadi anak buah dari Hafens."Mau makan apa malam ini? Aku akan buatkan."Hafens menatap wajah Christa yang sedang bertanya padanya sambil membantu melepaskan jas yang dia pakai. Hari ini pelayan semua cuti dan memang sedang memasuki sebuah hari perayaan, dalam satu tahun memang biasanya Hafens akan memberikan para pelayan untuk libur, jadi sekarang yang akan memasak adalah Christa sampai dua hari lagi pelayan akan kembali ke rumah mereka untuk bekerja."Aku sudah meminta anak buah untuk membawa beberapa bahan makanan. Hari ini kita bakar-bakar daging dan beberapa makanan di luar nanti, ini malam pergantian tahun jadi akan sangat bagus kalau berbaquean, Sayang," ucap Hafens membuat Christa tersenyum."Bai
Hafens berhenti melangkah dan menunjuk arah sebuah tempat di mana mereka bisa melihat dua orang pria sedang asyik berkebun. Keduanya terlihat seperti ayah dan anak yang begitu akrab, di bawah pohon anggur keduanya sedang memetik hasil panen dan tertawa satu sama lain seperti membicarakan sesuatu hal yang lucu."Itu mereka? Ayah dan Alex?" tanya Christa tak percaya membuat Hafens bergumam sebagai jawaban.Christa masih tercengang tak percaya Karena ayahnya dan Alex benar-benar mendapatkan perlakuan yang baik dan bahkan menjadi petani anggur di sebuah lahan yang besar. Ada sebuah rumah tadinya yang sepertinya adalah tempat tinggal ayahnya dan Alex, lalu kini dia malah melihat ayahnya dan Alex yang sedang memetik anggur dan bercanda satu sama lain.Dia sempat mengira kalau Ayahnya mungkin berada di sebuah kurungan yang merupakan pembalasan dari Hafens. Tetapi nyatanya ayahnya hidup dengan begitu baik dan bahkan jauh lebih baik dibanding yang dia kira, karena malah menjadi petani anggur wa
Mendengar Hafens mengatakan semua itu, Christa merasa sangat senang. Dia langsung memeluk tubuh suaminya dan mencium rahang tegas Hafens dengan lembut."Terima kasih, aku senang sekali kau mau menuruti permintaan ini dan mau membawaku ke sana. Setidaknya walaupun hanya sekali kau mengizinkannya aku sangat berharap bisa melihat keadaannya. Dia adalah musuh dan kau membencinya, tapi dia tetap orang yang memiliki jasa padaku karena telah membesarkanku. Jadi sedikit banyak aku tidak bisa melupakan tentang hutang budi ini dan aku merasa harus terus mengingatnya karena dia menyayangiku selama bertahun-tahun seperti anakmu sendiri." Christa berkata seraya menatap Hafens dengan tatapan berkaca-kaca karena terharu.Hafens tersenyum pelan dan mengecup bibir Christa dengan lembut sebelum melumatnya penuh perasaan tanpa ada tuntutan sama sekali. Setelahnya dia kembali memeluk tubuh wanita itu dan mengejamkan matanya karena sebenarnya dia mengantuk, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Christa dan
"Sudah semuanya?"Christa mengangguk, meringis melihat banyaknya paper bag yang bersusun di depan dan sedang diangkat oleh pelayan toko pakaian, anak buah dan juga security mall."Sepertinya belanja hari ini terlalu banyak dan aku sedikit kalap karena sudah lama tidak belanja. Beberapa hari ini aku melihat pakaian Cherry sedikit banyak sudah mulai sempit karena dia semakin bertumbuh besar. Dia tidak pernah menuntutku untuk membelikannya pakaian baru karena dia selalu berkata kalau masih bisa digunakan maka dia akan selalu menggunakannya. Apakah aku sudah membuat anak-anak terlalu sederhana, Hafens?" tanya Christa membuat Hafens tersenyum dan mengecup pipinya lagi."Itu sangat penting untuk mereka. Mereka harus tetap menggunakan kesederhanaan walau mereka adalah anak-anak kita yang ke depannya sulit kemungkinan mereka akan hidup susah karena aku sudah membuat deposito yang begitu panjang dan bahkan bisa mempunyai hidup mereka sampai mereka tua. Itu untuk mengontrol sikap dan emosi supa
"Tuan Besar Barack, selamat datang."Langsung pemilik universitasnya yang menyangkut kedatangan Hafens, Christa dan Hansen. Cherry sudah masuk sekolah setelah libur dua minggu lebih jadi dia tidak bisa ikut datang melihat universitas kakaknya. Hafens hanya mengangguk dan menatap putranya. Hansen sudah tersenyum dan mencium tangan ibu dan ayahnya, sengaja melakukan semua itu untuk meminta restu belajar. Beberapa mahasiswi memperhatikannya seraya berbisik-bisik, mereka tak pernah bertemu dengan Hansen secara umum karena pria ini jarang keluar dan hanya di rumah saja setiap hari setelah pulang sekolah, makanya sekarang dia yang muncul di hadapan mereka semua membuat para mahasiswi memperhatikannya dengan kagum.Walau tidak semua orang kenal dengan Hansen karena pria itu selalu menyembunyikan dirinya, tapi dari mulut ke mulut mereka bisa menemukan fakta dan juga beberapa ciri-ciri tentang yang merupakan anak mafia dan juga penguasa terbesar di Klan ini. Bukan sebuah rahasia, karena bagaim
Hari kelulusan tiba dan Hasan berhasil mendapatkan nilai yang baik. Dia libur selama beberapa hari sebelum akhirnya masuk ke dalam universitas, tak ada lagi yang bisa mengganggu seperti dia berada di sekolah menengah ke atas, karena Claudia juga sudah semakin diam dan tidak banyak mengganggu sejak dia terakhir kali mengancamnya. "Kalau nanti sudah di universitas, kau akan sangat sibuk. Tetap yakin mau pulang pergi dan tidak menginap di asrama?" tanya Christa seraya menemani putranya itu memakan potongan buah."Ya, Bu. Aku akan tetap pulang pergi. Ayah sudah memberikan aku satu mobil jadi aku akan menggunakan itu dan tidak mau menginap di asrama. Menginap di asrama terlalu jauh dan juga lama, aku tetap mau pulang melihat Ayah, Ibu dan adik. Bagaimana tidak begitu jauh jaraknya dari rumah kita dan aku akan tetap bisa pulang setiap selesai pembelajaran." Handphone berkata sambil menggeser tabletnya dan belajar kecil-kecil.Christa tersenyum pelan mendengarnya. "Kalau kau punya teman dan
Hafens melihat halaman belakang dimana istrinya sedang duduk di atas matras dan melakukan senam yoga. Dia mengakui Christa pasti akan selalu melakukan kegiatan dan gaya hidup sehat yang biasa dilakukan oleh wanita yang menginginkan bentuk tubuhnya bagus dan sempurna.Christa juga biasa gym dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk kesehatan tubuhnya, membuat Hafens kadang suka memperhatikannya dari jauh."Wanita yang dulu hampir putus asa itu, sudah bisa melihat dan menyaksikan masa depannya yang dulu suram. Aku berharap bisa terus menjadi bagian dari masa depanmu, Christa."Ini bukan hanya soal kisah dendam antara mafia, juga ada kisah cinta dan pelajaran hidup. Semuanya lengkap dan Hafens merasa semua yang dia rasakan lebih baik dan tidak ada yang harus diubah. Wanita itu dengan segala macam hal yang dia punya membuat Hafens merasa jatuh cinta tanpa paksaan, hingga tak terasa nyatanya sudah hampir delapan belas tahun mereka bersama."Tuan butuh sesuatu?"Hafens menatap pelayan itu dan me
Hafens menatap putranya yang baru kembali, hingga dia menaikkan alisnya dan mengajak Hansen duduk di kursi sebelah taman dan agak menjauh dari rumah."Kau baru dari satu tempat?"Hansen mengangguk dan menatap ayahnya. "Menemui pria tua bangka yang tidak pernah mau mati itu. Aku kesal karena anak perempuannya suka mengganggu Cherry dan terang-terangan melakukan aksi pengejaran karena dia suka padaku. Hanya dengan melihat dia mati maka keluarga itu akan berhenti untuk melakukan hal yang menyebalkan," ujarnya datar membuat Hafens tersenyum kecil."Ayah sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Cherry tadi, dia mengadukan hal itu pada ibu kalian. Sepertinya keputusan Ayah untuk memindahkannya sekalian adalah hal yang baik, tapi kemudian Ayah berpikir untuk memindahkan anak itu saja kalau misalnya tidak memungkinkan. Bagaimanapun satu tahun lagi Cherry akan segera lulus dan dia membutuhkan tempat yang sama untuk mendapatkan nilai yang baik sesuai dengan harapannya. Kalau pindah sekolah maka
Beberapa tahun kemudian ...Hansen menatap wajah adiknya yang tampak merah padam dengan tatapan kesal."Bisa-bisanya Claudia mengatakan semua itu! Aku kesal padanya, dia sudah keterlaluan!"Hansen tersenyum pelan, mengacak rambut adiknya itu dengan gemas. "Sudah kukatakan abaikan saja dia," ucapnya santai. "Kita akan segera lulus dari sekolah ini, kenapa harus peduli dengannya? Aku dan kau akan pergi ke universitas yang tidak semua orang bisa memasukinya. Kau dan dia tidak akan pernah bertemu lagi."Cherry menarik napasnya beberapa kali dengan tak beraturan hingga membuat Hansen tersenyum dan membawanya ke arah kantin. Dia tahu apa yang terjadi pada Cherry makanya tidak mengatakan banyak hal. "Makanlah, aku akan membayarnya." Hansen berkata seraya mendudukkan diri dihadapan adiknya yang sudah duduk di kursi seberang. "Kau mau makan apa, katakan saja."Cherry menghela napas, merasa lebih baik karena kakaknya selalu tahu kalau dia marah maka akan memberikannya makanan yang banyak untuk