"Gue takut di tolak."
Suara tawa laki-laki menggelegar di seluruh penjuru ruang kamar berwarna putih gading itu ketika Langit membuka suaranya dengan wajah tertunduk penuh kecemasan.
"Kok bisa ya orang seganteng lo mikir kayak gitu?" Sih lawan bicara bertanya, namanya Dewa, sahabat Langit sekaligus pelaku yang tadi tertawa begitu kencang saat mendengar pengakuan dari sahabat seperjuangannya.
"Lo lagi meredah untuk meroket?" gerutu Dewa yang tiba - tiba merasa geram. Bayangkan, sekarang masih jam 7 pagi, Dewa bahkan belum 30 menit memejamkan matanya setelah semalaman ia bergadang untuk menyelesaikan tugas kuliahnya yang deadline satu jam lalu. Tapi Langit datang dan mengacaukan tidurnya hanya untuk berkata seperti itu?
Rasanya Dewa ingin menghancurkan bumi dan seisinya.
Langit terdiam, memilih merebahkan badannya ke atas sofa panjang berwarna coklat pudar daripada merespon ucapan Dewa barusan.
Anjani: Maaf lang, pulang nanti aku di jemput omJari Anjani menekan tombol kirim dengan tak rela. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa membantah perintah Key dan Sean. Terpaksa, Langitlah yang harus menerima penolakan darinya.Tungkai Anjani berjalan di lorong sekolah dengan pandangan menunduk tak semangat, sementara di pundaknya ada tangan Lisa yang menggantung. Seperti biasa, mereka berjalan beriringan menuju lobby sekolah setelah bell tanda pulang berbunyi, tapi kali ini mereka berjalan tanpa Jeka karena cowok itu sedang sibuk dengan pacaran yang tengah merajuk.Tiba di lobby, Anjani mengedarkan pandangannya mencari mobil milik Sean yang ternyata terparkir tak jauh darinya. Dari sini, Anjani dapat melihat wajah Sean yang menatapnya di kursi kemudi tanpa ekspresi. Anjani mengalihkan pandang, memutuskan kontak mata dengan Sean. Cewek itu berbalik badan menatap ke arah Lisa dan Jane yang sedang membicarakan sesuatu.
Selama dalam perjalanan pulang suasana hening menyelimuti mereka. Baik Sean dan Anjani tidak ada yang membuka mulutnya, mereka saling bergelut dengan pikiran mereka masing - masing.Kondisi lalu lintas sore ini lumayan padat, itu membuat Sean sesekali mendengus dan menolehkan kepalanya ke arah Anjani yang melamun menatap keluar jendela. Anjani tak banyak omong sejak Key membentaknya di kafe tadi, Sean juga tak mengajaknya mengobral atau berusaha mencairkan suasana."Tunggu saya." pinta Sean begitu ia berhasil memarkirkan mobilnya di basement gedung apartement. Sean mempercepat gerakannya begitu melihat Anjani yang sudah berlalu lebih dulu."Saya bilang tunggu," ujar Sean begitu langkahnya seimbang dengan Anjani. Mereka berjalan beriringan menuju lift.Anjani mengangkat pundak, ia tak merespon komentar suaminya barusan.Sean mendaratkan bokongnya di sofa ruang tengah begitu mereka sudah tiba di
Satu bulan kemudian setelah Anjani dan Langit meresmikan hubungannya. Tak ada yang berubah, mereka masih sama lengketnya seperti awal mereka menjalin hubungan. Nama Anjani sempat menjadi tranding topik di sekolah dan tempat kuliah Langit. Itu karena ia berhasil meluluhkan hati Langit yang sekeras karang. Mereka bilang Anjani sangat beruntung mendapatkan pacar seperti Langit, katanya di jaman sekarang Langit termasuk cowok langkah, ia tampan tapi tidak menyalahgunakan ketampanan nya untuk menggoda wanita, kecuali Anjani.Benar, Anjani memang beruntung mendapatkan hati Langit, namun Langit bagai mendapatkan nasib buruk karena menjalin hubungan dengan istri orang.Soal itu, Anjani masih menutup mulutnya rapat - rapat. Langit masih belum mengetahui hubungan Anjani dan Sean yang sebenernya."Tebak hari ini aku mau ngajak kamu makan apa?" tanya Langit, sejak hari pertama mereka pacaran Langit memang membiasakan diri mengganti pangg
Sean membuka pintu kamar Anjani dengan ragu, lampu kamar masih menyala, tapi tidak ada sahutan dari Anjani ketika Sean memanggilnya. Sean tidak ada pilihan selain bertindak lancang. Hembusan napas pendek keluar dari hidung bangir Sean saat mendapati Anjani tertidur di depan laptop yang masih menyala. Agaknya cewek itu ketiduran.Ini adalah ketiga kalinya Sean menyelinap diam - diam kedalam kamar Anjani. Dan Sean rasa ia akan selalu seperti itu selama ada kesempatan.Dengan santai tungkai Sean melangkah menghampiri Anjani, ia menutup laptop dan merapikan peralatan tulis Anjani, buku serta bulpoint. Setelahnya Sean mengangkat tubuh mungil Anjani dengan hati - hati, memindahkan istrinya itu ke tempat tidur yang lebih empuk dan nyaman.Sean menarik selimut menutupi tubuh Anjani hingga dada cewek itu, secara naluri tangan Sean terulur menyingkir kan rambut Anjani yang menutupi wajah manisnya. Senyum Sean terlukis, tipis dan samar,
"Kenapa kamu gak pernah upload foto kita di instagram?"Anjani mengerjap menatap Langit kikuk. Untuk sesaat ia menghentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah pizza, pertanyaan dari Langit barusan membuat Anjani berpikir keras.Sementara Langit dengan santai tetap mengunyah pizza nya sembari menatap Anjani, menunggu jawaban. Hubungan mereka sudah berjalan selama tiga bulan, tapi sampai saat ini tidak pernah sekalipun Anjani mengupload foto mereka berdua di akun instagram pribadinya, berbeda dengan Langit yang hampir setiap hari instastory nya berisi video pendek atau foto Anjani yang ia ambil secara diam - diam.Seharusnya itu bukan masalah yang besar dan tidak mempengaruhi hubungan nya juga, hanya saja Langit merasa aneh seakan Anjani menyembunyikan hubungan mereka, padahal Anjani terbilang aktif di sosial media.Langit menyenggol Anjani dengan sikutnya, membuat Anjani terlonjak kaget, "Kamu selingkuh ya?
"Kamu jangan mengada - ngada, dek. Kalau papah tau kamu bisa di sidang nanti!" Suara milik Adevan Key, abangnya Anjani yang sangat di hormati dan di cintai itu menusuk indra pendengar Anjani."Apa sih, bang. Cuma foto aja kok di permasalahin?" jawab Anjani menentang. Postingan instagram terbarunya kembali jadi perdebatan. Tentu saja karena Key melihat foto dirinya bersama Langit yang di posting beberapa jam lalu."Hell... Cuma? Kamu foto berdua sama cowok yang bukan suami kamu sampe nempel, berdekatan, lengket kayak prangko dan di kasih caption emoji love, kamu bilang cuma?" ujar Key tak mau kalah argumen.Key selalu jadi orang nomor yang menegur Anjani ketika adiknya itu membuat masalah. Key tidak keberatan jika Anjani posting foto di sosial media bersama cowok, tapi tidak jika foto mereka saling nempel tanpa jarak dan di beri caption yang membuat orang lain berspekulasi yang tidak - tidak. Tidak heran jika Key akan menc
Di saat mentari masih malu - malu mengeluarkan sinarnya di ufuk timur, kaki Langit sudah menginjak lantai lobby gedung apartement tempat tinggal Anjani. Sesuai janjinya pada Anjani kemarin malam, pagi ini Langit menjemput pacarnya tepat pada jam lima pagi dengan mata yang masih mengantuk. Kalau bukan karena Anjani, mungkin Langit masih bergulung di balik selimut hangatnya. Beberapa pesan sudah Langit kirim ke Anjani dan mengabari kalau dirinya sudah menunggu di lobby, tapi tak ada satu pun pesan nya yang Anjani balas. Langit juga sudah coba menelfon Anjani, tapi hasilnya tetap nihil, tak ada respon. Langit mendaratkan bokongnya di kursi besi, pandangannya masih fokus ke layar ponsel sementara kakinya menghentak - hentak lantai dengan gerakan yang santai. Langit yakin, pacarnya itu pasti masih menyelam di dalam dunia mimpi. Langit mengusak rambutnya, berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tidak bisa hanya duduk
Dalam satu menit mata Sean sudah melirik sebanyak lebih dari sepuluh kali kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sean duduk gusar di atas sofa ruang tengah, lelaki itu masih berpakaian kantor lengkap, hanya saja dasinya sudah sedikit lebih longgar sekarang.Biasanya setelah tibanya Sean di apartement, lelaki itu langsung membersihkan diri dan istirahat, atau kadang melanjutkan pekerjaan nya yang belum tuntas yang ia bawa dari kantor. Tapi hari ini, setelah kakinya menginjak lantai marmer apartement nya, Sean langsung berjalan menuju kamar Anjani, mengecek apakah istrinya itu sudah pulang atau belum, meskipun rasanya mustahil jika Anjani pulang lebih cepat darinya.Sean mengigit kukunya risau, seharian ini dirinya di buat tidak tenang. Bahkan satu pun pekerjaan nya tak ada yang tersentuh di kantor, Sean hanya melamun dan memikirkan jalan keluar dari masalah ia dan Anjani. Sean harus mencari cara agar Anjani memaafkan dirinya dan m
"Anjani, jangan tinggalin aku." Anjani menatap nanar Langit yang terkapar di jalanan. Lelaki itu tidak sepenuhnya sadar karena efek alkohol yang habis di minumnya. Anjani mengalihkan pandangannya, tak tega menatap suaminya yang berubah kacau seperti tak terurus. Penampilannya berantakan dan tubuhnya menjadi lebih kurus dari yang terakhi ia lihat satu bulan lalu. Tangan Anjani terkepal, amarahnya terhadap Ibu mertua semakin menjadi. Satu bulan lalu, Rita meminta Anjani untuk melepaskan Langit jika memang Anjani tidak sudi untuk di madu. Lalu setelah Anjani pergi dan Langit terpuruk seperti ini, Rita tidak mengambil tindakan apapun. Mungkin sudah, tapi tidak mempan. Buktinya sejak 3 hari belakangan ini Rita selalu mencoba menemui Anjani, wanita itu meminta Anjani untuk kembali pada Langit dan membujuk Langit ke jalan yang benar seperti dulu. Katanya, sejak Anjani pergi dari rumah, Langit berubah, pria itu jadi pemabok dan
"Aku capek mas sama mamah kamu." Langit mengusap pundak Anjani. Mendengar istrinya mengeluh, ia jadi tidak enak hati. Langit tahu kalau selama ini mamahnya membuat Anjani tertekan. Bahkan bukan hanya menekan Anjani saja, namun Langit juga. Sering kali Rita menyuruh Langit untuk bersikap tegas kepada istrinya. Tapi Langit abaikan, Langit tidak ingin dirinya di kontrol penuh oleh Rita meskipun wanita itu wanita yang melahirkannya, tapi jika urusan rumah tangga, Rita tidak punya hak untuk ikut campur. Rita terlalu kebelet ingin mempunyai cucu. Maklum, Langit ini anak satu-satunya, hanya Langit dan Anjani yang bisa memberikan Rita cucu. "Sabar, mamah memang begitu. Jangan di ambil hati. Apa yang mamah omongin ke kamu tadi?" ujar Langit menegarnya. Suasana hati Anjani selalu berubah suram setiap mereka pulang dari rumah Rita. Entah apa yang Rita bicarakan kepada Anjani, tapi Langit yakin kalau yang Rita bicarakan hari ini pasti sudah kelewatan hingga membu
Anjani mengusap perutnya dengan pandangan lurus menerawang. Bibirnya terlukis senyum tipis, namun bersamaan dengan itu air matanya menetes. Ia teringat ucapan dokter lima bulan lalu, dimana dokter tersebut mengabarkan bahwa ia sedang mengandung janin usia dua minggu. Rasa bahagianya saat itu masih Anjani ingat dengan jelas. Lima bulan, ya, seharusnya saat ini kandungan Anjani berusia lima bulan. Mata kosong Anjani meneteskan air mata lagi. "Bayiku.." lirihnya menyedihkan. Sudah satu minggu ia kehilangan bayi yang di kandungnya. Anjani mengalami keguguran dan sampai saat ini cewek itu masih merasa kehilangan, penyesalan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Rasanya menyakitkan sekali. "Sudah, jangan di tangisi." Langit selalu berada di sampingnya, berusaha menegarkan dan menanamkan rasa iklas di hati istrinya itu. "Harusnya aku turutin kata mas, harusnya aku gak
Setelah gagal mempertahankan rumah tangganya bersama Anjani dan Yuna, Sean memilih lari dari kota Jakarta bersama anaknya, Keenan. Bali adalah tempat tujuan Sean, berharap pulau indah itu bisa menciptakan lembaran hidup barunya dan mengikis kenangannya bersama Anjani yang sudah menjadi milik pria lain. Tapi ternyata Sean salah, niatnya untuk melupakan Anjani tidak membuahkan hasil meski tahun demi tahun berlalu. Sean sudah mencoba berbagai cara untuk melupakan mantan istrinya itu. Berkencan dengan beberapa wanita hingga menjadi member eksklusif di sebuah bar mewah demi bercumbu dengan wanita berbeda disetiap malamnya. Tapi tetap tidak ada kemajuan, hidup Sean malah tambah berantakan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Sean menyerah, menuruti perintah sang mamah untuk kembali ke Jakarta setelah 4 tahun lamanya melarikan diri dari ibu kota. Sean kembali menemukan jati dirinya, namun yang membuatnya tak habis pikir, ia kembali jatuh cinta dengan gadis muda yang tinggal di seb
Beberapa tahun kemudian... Sinar matahari yang semakin terik menembus tirai jendela kamar Anjani, membuat Anjani secara spontan menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat merasakan sengatan sinar mentari pada wajahnya. Perempuan itu mengulet kecil seraya membalikan tubuhnya, mata Anjani lantas terbuka ketika dadanya menabrak sesuatu. "Good morning, wife..." suara berat itu menyapa dengan mata yang masih tertutup rapat, tangan kekarnya menarik pinggang Anjani untuk semakin dekat lalu memeluknya. Anjani tersenyum melihat pemandangan bangun tidurnya yang luar biasa. Wajah sang suami yang masih terlelap tampak sayu, terlihat polos dan begitu menenangkan. Anjani menggerakan tangannya, mengusap pipi sang suami dengan hati-hati. "Good morning, mas Sky." Cup! Anjani mengecup pipi Langit dengan secepat kilat, membuat Langit langsung membuka matany
Jantung Anjani berdebar kencang saat kakinya satu persatu menuruni anak tangga. Cewek itu sudah cantik dengan gaun selutut yang membalut tubuhnya, membuat mata siapapun yang memandang akan takjub dan sulit berpaling darinya. Langkah Anjani berhenti, masih diambang anak tangga. Tampaknya dia tidak sanggup melanjutkan langkahnya saat suara yang saling bersahutan diruang tengah terdengar semakin jelas.Anjani memegang dadanya yang berdebar, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya, mencoba merilekskan diri sejenak sebelum pingsan didepan dua keluarga sang mantan suami dan mantan pacar yang melamarnya secara bersamaan.Tubuh Anjani hampir saja terjungkal saat Diandra datang dan menarik tangannya dan membawanya kedalam kamar. Anjani didudukan secara paksa di atas ranjang, sementara Diandra dan Roger bersedekap dada di hadapannya, kedua mata suami istri itu tampak kebingungan namun juga marah."Kamu kalau selingkuh main
"Jan, Jeka sudah punya pacar belum sih?"Anjani yang baru saja selesai mengaplikasikan skincare malam ke wajah langsung menoleh kearah Rena yang memandangnya serius -menunggu jawaban. Anjani mendengus samar, pasti tadi Rena melihat dirinya di jemput Jeka, bau - baunya Rena pengen minta Anjani kenalin ke Jeka.Pandangan Anjani menoleh lagi ke kaca didepannya, memasukan kapas - kapas bekas membersihkan make - up kedalam tong sampah kecil, kemudian Anjani bangkit dan merebahkan diri disamping Rena."Memangnya kenapa kalau belum?" tanya saja sambil fokus dengan ponsel digenggamannya."Yaelah pake nanya lagi, lo gak liat nih teman lo yang satu ini sudah lumutan menjomblo lima bulan lamanya.""Ah, lima bulan sih belum lama - lama amat kali. Lebay deh!"Rena memegang lengan kecil Anjani, lalu ia memasang wajah mengenaskan agar tampak menyedihkan dimata Anjani."Jan, ken
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se