Share

Bab 69 Aku Milikmu Malam Ini

Author: LyonaAdira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mereka sengaja mematikan sumber listrik di rumah ini, jadi kamera pun mati. Tidak ada rekaman di sini nyatanya." Pramudita membuang napas kasar.

"Tidak ada yang hilang, Mas. Semua berkas juga aman," ucap Linggar kemudian. "Mungkin mereka hanya ingin mencari sesuatu saja dan tidak ada di sini. Setelah menemukan berkas itu mereka pasang di meja ini, mungkin tahu Bapak dan Ibu akan datang."

Juwanto mengangguk menanggapi. "Mungkin saja seperti itu. Apa lagi tidak ada hal yang bisa menjatuhkan kalian berdua. Yang namanya hati seseorang sudah iri dan dengki, pasti akan melakukan segala macam cara agar tujuannya tercapai."

"Apa kamu serius menaikkan kasus kemarin, Pram?" Juwanto bertanya.

Pramudita mengangguk mantap. "Tentu saja, aku tidak membiarkan wanita jahat sepertinya akan melakukan hal yang lebih dari ini. Aku tidak terima, Pak. Pradipta pun salah sebagai suami, tidak mengarahkan istrinya ke hal yang baik."

"Aku juga tidak mau jika berdamai dan menyelesaikan secara kekeluargaan," ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 70 Promil?

    "Sepertinya kamu sedang bahagia sekali, Pram." Senopati terkekeh perlahan, ia meletakkan berkas di meja bos muda tersebut.Pramudita mengangkat kepalanya, senyuman terlukis di bibirnya. "Tentu saja. Tidak ada alasan untuk tak bahagia, Seno."Pria yang menjabat sebagai sekretaris itu terkekeh perlahan, kepalanya menggeleng pelan berulang kali. "Pasti ada sebabnya, Pram. Tidak biasanya kamu seperti ini.""Bukannya hari ini kamu masih mengajukan cuti? Kenapa sudah masuk?" Seno bertanya."Linggar yang menyuruh masuk saja, di rumah sudah ada mertua yang menjaga dia. Aku dipaksa untuk kembali masuk saja. Akhirnya aku pasrah," jawab Pramudita membuang napas panjang.Seno mengangguk berulang kali. "Paham sekali aku, Pram. Bukankah kondisinya sudah membaik?""Iya, sudah sangat membaik. Aku senang sekali melihat dia pulih dengan cepat, setidaknya membuat hatiku tidak terlalu cemas memikirkannya. Rasanya khawatir jika dia sendirian di rumah, Seno, aku takut terjadi hal seperti kemarin terulang k

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 71 Sebuah Pengakuan

    "Urus urusanmu sendiri," tegas pria yang tengah sibuk memakai jam tangannya. Rahangnya tampak tegas, tidak terlalu peduli dengan ratapan melas dari sang istri. Ia malah enggan menoleh, bahkan tatapannya lurus dan tajam. Wanita itu berjalan mendekat, berupaya menggoda dan merayu sang suami. Meski berakhir nihil."Mas, aku butuh kamu. Aku butuh dukungan kamu, Mas. Kenapa kamu malah seperti malas untuk membantu dan mendukung istrimu sendiri? Kamu seperti lebih memihak kakakmu sendiri ya?" Wanita itu menudingkan tatapan menyipit. Pria itu menoleh, tatapannya tajam. "Kenapa? Aku membela mana yang benar. Kamu yang salah, Ndhis. Lagi pula kenapa kamu sampai tega melakukan hal itu? Dia itu adik sepupu kamu, sampai hati melakukan itu semua." "Dia yang membuat perhatian kamu menjadi jauh berbeda dengan aku, Mas. Aku tidak suka hal itu terjadi. Aku tidak mau! Aku benci jika kamu terlena sama aku," jawab wanita itu dengan nada tak kalah tinggi.Pradipta memijat keningnya yang tiba-tiba terasa

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 72 Boleh Menikah Asal ...

    "Siapa saja, Bapak berpesan jangan pernah kalian menemui Ibu. Bapak tidak suka! Ibu yang meninggalkan kita selama ini demi pria lain. Ibumu mementingkan kepentingan pribadi daripada kalian. Kalian tahu, Ibu kalian itu malah menjadi pelacur." Pramudita membuang napas kasar, ucapan Juwanto selalu terputar di kepalanya. Bahkan hingga usianya tiga puluh dua tahun tidak pernah berani menentang ucapan Juwanto. Hingga akhirnya rasa penasaran itu muncul, lebih lagi puluhan tahun tidak lagi bersama dengan wanita tersebut. Pada umumnya mulai dari kecil hingga sampai detik ini seorang Ibu tetap mendampingi, malah ia terpisah jauh.Tangan lembut Linggar menepuk bahu Pramudita, pria itu menoleh disambut senyuman oleh istrinya. "Kenapa, Mas? Kamu ada masalah?"Pria itu menggeleng, menarik lembut tangan sang istri. Merengkuh pinggang wanita itu, kemudian mengecup pipinya. "Tidak ada, aku hanya sedikit bingung.""Bingung kenapa, Mas? Kamu takut bertemu Bu Tin?" tanya Linggar menyentuh wajah Pramudit

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 73 Cerai!

    Dahi semakin mengerut di kulitnya yang tidak lagi kencang, tampak bagaimana raut wajahnya cukup khawatir. Ia takut jika apa yang direncanakan berakhir kegagalan. Sejak pagi, ia memilih menyendiri dan merenung di taman belakang. Sembari memandang tanaman hijau di depannya. Awan hitam menggumpal, sebentar lagi hujan turun, tak ada niat dalam hatinya untuk beranjak dari sana.Kopi di cangkir telah tandas tak tersisa, tetap saja tak membuatnya hengkang. Kedua tangannya tertaut di atas meja, kembali menatap lurus gerombolan tanaman di hadapannya. Pikiran tak ingin tenang, pindah dari masalah satu ke yang lainnya. Raga diam, tapi tidak dengan isi kepalanya."Mas, nanti aku ingin dibangunkan taman kecil untuk kita bersantai ya? Aku ingin menikmati sore atau pagi hari dengan duduk santai." "Apa kamu masih hidup di sana, Tini?" Senyuman simpul terbit tiba-tiba di bibirnya. "Sudah tidak lama bertemu, apa kamu masih sama seperti yang dulu?"Pria itu terkekeh. "Apa mungkin wajah cantikmu masih s

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 74 Aku Ikut Ibu

    "Tidak semudah itu, Dipta. Jangan memutuskan sesuatu hal dengan penuh emosi, Nak, penyesalan itu datangnya selalu ada di akhir. Dinginkan kepalamu terlebih dahulu, baru dapat berpikir dengan jernih. Kamu ini masih diselimuti rasa marah dan emosi yang begitu besar," ucap Juwanto kepalanya menggeleng berulang."Lagi pula jika masih bisa diperbaiki, kamu perbaiki terlebih dahulu, Nak. Bapak ingin yang terbaik untuk kamu dan keluarga kecilmu. Tidak ada yang ingin pernikahannya berakhir pada perceraian, selesaikan masalahmu dengan berbagai cara," lanjutnya.Helaan napas Pradipta terdengar berat, ia memijat kepalanya yang terasa pusing tiba-tiba. "Masalah kami tidak memiliki jalan keluar yang lain, Pak. Satu-satunya kamu harus berpisah, aku tidak memiliki cara lain. Sudah aku pikirkan matang-matang, tetap saja jalan buntu.""Dipta, tidak mungkin selalu berakhir buntu 'kan? Kamu bisa mencari jalan lain, tidak hanya jalan itu saja." Juwanto menepuk bahu anak bungsunya. "Pak, hidup bersama de

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 75 Baju Dinas

    "Bagaimana kelanjutan masalah Mbak Gendhis, Mas?" Wanita dengan gaun tidur satin berwarna hitam duduk di pinggir ranjang sambil mengurai rambutnya. "Aku sudah lama tidak dengar kabar tentang dia, bahkan Dipta sekarang juga tidak bersama Mbak Gendhis lagi."Pramudita membuang napas berat, menoleh sesaat. "Kenapa memangnya? Masalah itu semua sudah aku serahkan ke pengacara dan polisi, mereka yang lebih berhak menangani. Aku ingin Gendhis mendapatkan hukuman yang setimpal. Masalah hubungan Dipta dan Gendhis, aku tidak tahu. Memang akhir-akhir ini mereka jarang sekali bersama.""Yang aku dengar dari Bapak, Dipta tidak ingin melanjutkan pernikahannya. Katanya dia lelah menjalani hubungan dengan wanita yang tidak dia sukai. Ibu Gendhis katanya juga suka ikut campur," tambah Pramudita."Jadi, mereka cerai?" Linggar membulatkan matanya.Pria itu berjalan mendekati Pramudita, kemudian duduk di samping sang istri. Tangannya merengkuh bahu wanita tersebut, mencium puncak kepalanya begitu lembut.

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 76 Pernikahan Tak Menarik

    "Bapak mohon, dekatkan Ibu dengan Bapak kembali ya?" Pramudita membuang napas panjang, bibirnya perlahan mengunyah sereal di depannya. Keningnya mengerut dalam mendengarkan permohonan dari Juwanto. Pasalnya ia sendiri pun bingung harus bagaimana. Terlebih lagi Kartini seperti telah enggan untuk memiliki hubungan kembali dengan mantan suaminya. "Apa yang bisa Pram lakukan, Pak? Ibu juga punya perasaan, tidak bisa dipaksakan begitu saja. Mungkin Ibu telah lelah menghadapi Bapak, Pram yakin sekarang Ibu sudah bisa berdamai dengan masa lalunya, Pak." Linggar menatap suaminya, dahinya mengerut meminta penjelasan yang lebih. Sayangnya pria itu hanya memberikan kode tangan, tentu akan memberitahukan nanti. Bagiannya hanya mendengarkan tipis-tipis. "Pram, Bapak tahu kamu lebih dekat dengan Ibu. Hanya kamu yang bisa bantu Bapak sekarang, Pram. Tolong, Pram. Bapak ingin kembali rujuk dengan Ibu. Apa kamu tidak ingin melihat Bapak dan Ibu kembali rukun bersama?" Suara Juwanto terdengar begi

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 77 Jatuh Cinta Kembali

    "... 7 tahun penjara." Wanita menangis tersedu-sedu, tak dapat berbuat apa-apa. Nasibnya telah final, palu telah terketuk. Tak hanya itu saja, selain hukuman penjara ia harus menanggung persidangan yang lain, sidang cerai. Dalam waktu berdekatan wanita itu melakukan dua kali persidangan. Sang suami tega melayangkan gugatan cerai atas apa yang sudah ia lakukan. Akibat satu kesalahan berakibat cukup fatal, hingga merambah ke jalinan asmaranya. Pernikahan baru seumur jagung harus kandas di peradilan agama. Teringat akan kesalahan yang bertumpuk-tumpuk telah diperbuat ke adik sepupunya. Dari mereka belia hingga detik tak pernah surut rasa iri yang tertanam di dalam hatinya. Entah apa pun yang dapat dicapai oleh adik sepupunya, ia selalu tidak terima akan timbul rasa tidak suka. Lebih lagi seluruh keluarga besarnya selalu membanggakan prestasi adik iparnya dan membandingkan dengan dirinya.Jiwa kecilnya selalu terbentuk untuk balas dendam. Lantas melakukan segala cara agar semuanya dapa

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hasutan

    "Kamu, kenapa senyam-senyum sendirian?" Wanita itu tampak tertawa, menatap wajah teman pria yang sedang tersenyum memegang ponsel di tangan. "Apa yang kamu lihat?" lanjutnya.Pria itu berdehem, wajahnya sumringah, kebahagiaan memancar begitu kental. Tidak ada keraguan sedikit saja. Ia memperlihatkan foto itu ke teman wanitanya, membuat tawa itu sirna dari garis wajahnya."Sudah lama aku suka sama dia, sayangnya aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaan ini. Sepertinya selama ini pun dia hanya menganggap aku sebagai teman biasa saja. Menurut kamu bagaimana?" Pria itu menoleh.Kerutan di dahinya tampak semakin jelas. "Kamu kenapa cemberut? Apa kamu nggak suka aku ada perasaan sama dia?"Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat, kemudian memunculkan senyuman penuh dengan kehangatan. "Siapa bilang? Aku bahagia sekali!""Apa saja yang sahabat aku lakukan, pasti aku bahagia!" Wanita itu bersorak dengan mengepalkan tangan ke depan."Terima kasih, Rim. Kamu tahu tidak bagaimana cara mende

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Kesalahan Aku

    "Aku dengar, kamu sempat menikah. Lalu, kenapa sekarang kamu ada di sini?" Wanita dengan rambut cokelat gelap itu menoleh, mengerutkan dahinya.Pria itu membuang napas, wajahnya tampak seperti tak ingin membahas permasalahan tersebut. Sayangnya, wanita itu bertanya lebih detail mau tak mau harus ia jelaskan lebih detail. Tidak mungkin ia biarkan wanita cantik yang beberapa bulan terakhir ini mengisi harinya menunggu lebih lama lagi."Dari siapa?" "Bukankah seharusnya kamu menikah dengan temanku, mengapa bisa bertukar menjadi kakakmu? Aku menunggu penjelasan darimu," jawabnya.Pradipta termenung sesaat, ia membenarkan jaket bulu tebal yang membungkus tubuhnya. Pandangan mata lurus menatap danau di hadapannya. Bibirnya tampak kelu untuk memberikan penjelasan lebih sebenarnya, hanya saja ia tidak ingin membuat wanita itu semakin bertanya-tanya.Wanita itu membuang napas, kemudian menundukkan wajahnya. "Mungkin pertanyaanku terlalu sensitif untukmu, tidak masalah jika kamu tidak ingin me

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Anak Genius

    Linggar dan Pramudita dianugerahi anak laki-laki yang sehat dan tampan. Kelahiran putra pertama mereka disambut hangat dan sukacita oleh kakek dan neneknya dari keluarga Linggar dan juga Pramudita, maklum saja dia adalah cucu pertama mereka. Abimanyu, nama sapaan si ganteng keturunan Pramudita.Wajah Abimanyu tampan seperti ayahnya sayangnya sikap dan perilaku menurun dari ibunya. Ibarat kata Abimanyu adalah Linggar versi laki-laki. Terkadang bisa teramat cerewet layaknya anak perempuan pada umumnya. Tapi, di usianya yang menginjak empat tahun ini banyak progres dari pertumbuhannya.Bahkan Abimanyu gemar membaca buku tentang IPA dan Matematika, membuat Linggar takut jika anaknya terlalu cepat dari anak-anak sebayanya. Apa lagi Abimanyu juga belum ikut paud, masih belajar atau tidak bersama dirinya. Tapi kecerdasan yang dimiliki Abimanyu sudah melebihi seusianya, antara sedih dan senang Linggar malah bingung sendiri. Ia takut jika kelebihan yang anaknya miliki adalah sebuah beban di ke

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Hamil dan Ngidam

    7 bulan kemudian.Linggar yang sedang hamil tidak bisa menahan nasabnya untuk ngemil. Setelah melewati masa tiga bulan yang penuh beban seperti sering muntah, tidak bisa makan apa pun kecuali bubur dan sering lemas di pagi hari, menginjak bulan keempat dan hingga sekarang, bulan ketujuh kandungannya membaik. Berbagai makanan mulai dari rujak sampai camilan ingin ia coba semua kecuali olahan dari susu sapi, iya mual tiap kali mencium bau susu. Kehamilannya justru membuat Pramudita senang, karena setiap pulang kerja selalu ada makanan yang diminta untuk dibelikan.Selama hamil ia juga merasa perlu badan cantik dan wangi, iya juga tidak suka parfum miliknya dan lebih suka menggunakan parfum milik sang suami. Alhasil, beberapa deret parfum yang telah ia beli isi botolnya masih terisi penuh. Berbeda dengan milik Pramudita yang tersisa hanya seperempat botol saja setiap minggunya."Mas Pram mana sih, kok nggak pulang-pulang." Linggar kembali menggerutu dengan memangku satu toples keripik si

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 81 Buah Hati

    "Kamu mau anak berapa, Sayang?" Pramudita memeluk erat tubuh istrinya dari belakang, mereka masih berbalutkan selimut. Wanita tersebut tampak kurang nyaman, matanya sedikit terpejam. Badan terasa remuk, terlebih suaminya selalu minta penyatuan lebih dari satu kali. Hal ini menguras tenaganya lebih banyak, tentu membuat tubuh semakin lemas. "Sayang, jangan tidur dulu dong. Kamu ingin anak berapa nanti?" tanya Pramudita dengan menggoyangkan tubuh Linggar, membuat wanita itu membuka mata kembali. "Apa, Mas? Memangnya kamu tidak ngantuk?" Mata Linggar masih tertutup. Pramudita menggeleng. "Siapa kata aku mengantuk, Dik? Aku tidak pernah mengantuk, yang aku inginkan hanya bersama kamu selalu." "Aku saja capek, Mas, masa kamu tidak? Kita istirahat sebentar saja, Mas, nanti kita main lagi." Linggar mengusap tangan Pramudita yang berada di perutnya. "Aku ingin anak dua atau tiga, Dik. Aku ingin membuat rumah kita menjadi ramai, saat aku pulang disambut anak-anak dan kamu tentunya. Pasti

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 80 Tidak Seperti Yang Dulu

    "Tini, aku ingin hubungan kita seperti dahulu kala. Apa kamu tidak ingin kita kembali memperbaiki hubungan kita?" Wanita dengan rambut digulung ke atas itu membuang napas kasar, wajahnya tampak tidak begitu antusias. Cenderung murung dan masam, bahkan pandangan matanya tertunduk. Tak menatap pria yang pernah ada di hatinya tersebut."Sudah aku katakan, Mas, aku tidak bisa. Hubungan kita telah berakhir dan aku tidak ingin memulainya kembali. Aku sudah menutup buku kenangan tentang kita, tidak akan ada lagi kita di masa depan. Sekarang aku hanya fokus untuk anak-anak saja," jawab wanita itu tegas."Kita menikah pun anak-anak pasti akan senang, Tini. Mereka akan bahagia melihat kedua orang tuanya kembali rukun. Apa lagi sudah lama mereka tidak pernah melihat kedua orang tuanya saling bahagia bersama," bujuk Juwanto.Aroma latte menguat di ruangan ber-Ac. Kartini memejamkan mata menikmati aroma yang begitu menggiurkan. Latte adalah salah satu kopi yang menjadi favoritnya sejak kepergian

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 79 Minta Bantuan

    "Kamu mau ke mana?" Pemaudita melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya tampak datar dengan rahang mengeras."Itu sudah menjadi tanggung jawab kamu, Dipta. Kamu ingin lari dari tanggung jawabmu?" Pria dua puluh tujuh tahun itu membuang napas panjang, berdebat dengan sang kakak selalu tak mendapat celah. Pramudita selalu berhasil membuat lawan bicara mati gaya. "Aku hanya ingin mencari ketenangan sebentar saja, Mas. Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab, maka dari itu aku ingin kamu yang sementara ini memegang perusahaan. Satu tahun nanti aku akan kembali ke sini, Mas, aku hanya titip sebentar ke kamu. Tidak mungkin aku serahkan kembali ke Bapak 'kan, Mas? Bapak mana mungkin mau mengurus perusahaan," jelas Pradipta."Yang bisa mengurus itu hanya kamu, Mas. Aku percaya sama kamu, Mas. Lagi pula kamu bisa mengajak Linggar. Kalian bisa kerja sama berdua mengurus perusahaan 'kan, Mas? Ayolah, Mas, kamu pegang dua perusahaan. Aku satu bulan sekali bakal pulang," lanjutnya.Pramu

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 78 Perhiasan Cantik Hanya Kamu

    "Maaf, Dik, aku salah besar selama ini ke kamu. Maafkan aku." Linggar mengangguk, air mata terasa berada di pelupuk matanya. Ia tak dapat menahan rasa sedihnya melihat saudara sendiri memakai baju tahanan. Terlebih wajah kakak sepupunya itu begitu pucat dan melas, tidak seperti hati biasanya yang cantik dengan balutan riasan. "Terlalu banyak salah yang aku perbuat ke kamu ya, aku sampai bingung harus dengan cara apa aku meminta maaf ke kamu. Pasti jadi kamu pun tidak mudah, belum tentu hatimu lapang untuk memaafkan kesalahan aku. Tidak masalah, aku sama sekali tidak memaksa kamu untuk memaafkan kesalahanku." Wanita itu mengusap air matanya. "Setidaknya kamu masih mau bertemu denganku, artinya masih ada kesempatan aku untuk mengubah semua menjadi lebih baik. Maafkan kesalahanku, Dik.""Aku bahkan dengan sengaja merebut calon suami kamu di hari bahagiamu, Dik. Itu semua salah, aku sangat salah besar. Harusnya tidak seperti itu," lanjutnya berurai air mata."Iya, Mbak, aku sudah mema

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti   Bab 77 Jatuh Cinta Kembali

    "... 7 tahun penjara." Wanita menangis tersedu-sedu, tak dapat berbuat apa-apa. Nasibnya telah final, palu telah terketuk. Tak hanya itu saja, selain hukuman penjara ia harus menanggung persidangan yang lain, sidang cerai. Dalam waktu berdekatan wanita itu melakukan dua kali persidangan. Sang suami tega melayangkan gugatan cerai atas apa yang sudah ia lakukan. Akibat satu kesalahan berakibat cukup fatal, hingga merambah ke jalinan asmaranya. Pernikahan baru seumur jagung harus kandas di peradilan agama. Teringat akan kesalahan yang bertumpuk-tumpuk telah diperbuat ke adik sepupunya. Dari mereka belia hingga detik tak pernah surut rasa iri yang tertanam di dalam hatinya. Entah apa pun yang dapat dicapai oleh adik sepupunya, ia selalu tidak terima akan timbul rasa tidak suka. Lebih lagi seluruh keluarga besarnya selalu membanggakan prestasi adik iparnya dan membandingkan dengan dirinya.Jiwa kecilnya selalu terbentuk untuk balas dendam. Lantas melakukan segala cara agar semuanya dapa

DMCA.com Protection Status