***Yamazaki tersenyum melihat Gadis dan Harumi tertawa bersama. Yamazaki berniat untuk menghampiri keduanya, baru saja ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja suasana menjadi ricuh karena terdengar suara letusan senjata api yang membuat orang-orang berhamburan ke luar dan berteriak. Kejadian buruk itu terekam lagi di ingatan Yamazaki, saat ia melihat orang-orang panik dan berhamburan, ketika suasana khidmat berubah jadi mencengkam. Tubuh Yamazaki ambruk, ia memegang kepalanya erat-erat, sangat sakit karena ingatan buruk itu terlihat jelas di kedua matanya. Tangisan semua orang-orang dan juga bagaimana tubuh Sakura tersungkur ke lantai dengan mengeluarkan banyak darah. Yamazaki menggelengkan kepalanya dan berteriak, sebab luka itu masih terekam di ingatannya. Seperti Deja vu, kejadian buruk itu seperti terlahir kembali."Sayang... Sayang... Sayang."Yamazaki tertegun, suara Sakura terdengar dengan jelas dan tangisan Sakura terlihat oleh kedua matanya dan berubah menjadi tangisan Gadi
***Suasana di ruang laboratorium terlihat sangat berbeda seminggu terakhir ini. Tidak ada lagi wajah dingin yang selalu Yamazaki tunjukkan, tapi entah kenapa mampu membuat hangat di hati Gadis. Gadis tak bersemangat lagi, sebab pondasi kuatnya saat ini masih terbaring lemah di rumah sakit.Albert memperhatikan Gadis yang terus saja muram. Albert tahu bahwa sumber dari kesedihan yang terlukis di wajah teduh Gadis adalah Yamazaki. Albert tahu bahwa keduanya menyimpan perasaan satu sama lainnya."Gadis tunggu!" Albert langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri Gadis yang berhenti dan menatap padanya."Ada apa?" tanya Gadis."Mau ke perpustakaan?""Iya, tapi aku mau makan dulu. Tadi pagi aku melewatkan sarapan," balas Gadis."Aku juga belum sarapan pagi ini. Biasanya Paula selalu menyiapkannya, tapi karena pagi ini ada temannya yang datang membuat dia tidak bisa menyiapkannnya untukku," ucap Albert. "Aku bisa makan denga
***Kenapa selalu saja ada kerikil keraguan yang menghentikan setiap langkahku untuk menujunya? Apa benar dia hanya melihat bayangan cinta pertamanya dari wajahku saja? Apa aku hanya jadi bayang-bayang perempuan itu? Benarkah dia tulus ingin menua bersamaku? Benarkah aku satu-satunya perempuan yang ingin hatinya dilabuhkan?Gadis tak bisa memejamkan matanya. Setiap ia memejam, potret Sakura yang memang harus ia akui mirip dengannya terlintas begitu saja. Bahkan saat Gadis melihat senyum yang merekah dari kedua sudut bibir Yamazaki di foto yang Aisyah tunjukan padanya kemarin membuat ia cemburu. Senyum itu tak pernah sekali pun lelaki itu berikan padanya. Apa benar Yamazaki hanya ingin mengobati sisa luka yang tersisa lewat dirinya?Gadis menghela napas panjang, ia sudah berulang kali beristighfar dan terus saja meminta pada Allah agar tak ada lagi kerikil keraguan dalam hatinya. Hari ini ia akan bertemu Maryam. Gadis ingin menceritakan segala gelisah ya
***Aku seperti bulan dan dia adalah matahari. Untuk apa aku membanggakan diri, jika cahaya yang kupantulkan ternyata meminjam pada matahari. Seperti bayangan, di hatimu mungkin aku adalah cahaya bulan, bukan matahari yang kamu harapkan.Gadis terus saja melamun memikirkan dirinya adalah sebuah bayangan dari perempuan yang sebenarnya tanpa lelaki itu sadari masih bertahta di hati Yamazaki. Lamunannya buyar saat Noor menyapanya."Ternyata ada tamu!" seru Noor. "Apa kabar, Gadis?" tanyanya tersenyum."Alhamdulillah, baik. Sudah lama ya kita enggak bertemu," balas Gadis."Iya, lumayan lama. Alhamdulillah aku bisa ketemu sama kamu, dari dulu pingin ketemu sama kamu karena ada hal yang ingin aku bicarakan. Akhirnya bertemu di sini," jawab Noor senang.Gadis tersenyum dan tanpa sengaja ia melihat sorot kedua mata Aisyah yang sepertinya menyimpan api kecemburuan karena mendapati dirinya sedang berduaan dengan Yamazaki. Ga
***"Gadis, kamu sedang apa di sini?" tanya Yamazaki, ia terkejut melihat perempuan itu ada di kamar pribadinya.Gadis terkejut dan foto yang sedang ia pegang terlepas dari tangannya. Gadis menatap Yamazaki kecewa, air matanya jatuh tanpa sadar dan ia lari begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Yamazaki.Yamazaki termenung, ia terpaku dan menatap foto Sakura di lantai. Ia mengambilnya dan menatap foto itu beberapa detik dan menghela napasnya. "Pasti dia salah paham tentang foto ini," gumamnya.***Gadis sudah berada di apartemennya, ia masih saja menangis. Sekarang ia sudah tahu semuanya, semua keraguannya terjawab sudah. Lelaki itu memang tak pernah menempatkan dirinya di hatinya. Ia hanya bayangan dari perempuan itu saja. Gadis jelas terluka sangat dalam, ia tak mau lagi bertemu dengan Yamazaki untuk saat ini. Hatinya masih butuh ruang untuk sendiri.Ratu dan Mesya yang datang menemui Gadis terkejut dengan banyaknya tissue yang berseraka
***"Gadis, tunggu!" Yamazaki mengejar Gadis yang dari tadi terus saja menghindarinya."Ada apa, Sensei?""Saya bisa bicara denganmu?""Masalah apa? Bicara masalah pribadi atau seputar riset yang sedang saya kerjakan?"Yamazaki terdiam. Ia tahu rasanya tidak pantas jika berbicara masalah pribadi di kampus.Gadis tersenyum tipis. "Kalau masalah pribadi, kampus bukan tempat yang tepat. Dan juga saat ini saya mau fokus dengan riset saya. Bukankah Sensei yang lebih paham?""Nanti malam kita bisa bicara?" tanya Yamazaki.Gadis menggelengkan kepalanya. "Saya dan teman-teman mau berdiskusi. Maaf.""Jangan salah paham, masalah foto itu...""Stop! Maaf, Sensei. Saya bukannya lancang memotong ucapan Sensei. Saya butuh waktu untuk berpikir. Saya yang akan menghubungi Sensei nanti, Insya Allah," ucap Gadis memotong ucapan Yamazaki."Jangan terlalu lama. Say
***Sudah empat bulan berlalu, semenjak Gadis tidak bisa melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius dengan Yamazaki. Dunia Gadis tentu saja berubah, tidak ada lagi perasaan yang berdebar saat mengingat Yamazaki, hanya ada kesedihan jika mengingatnya. Gadis sudah berusaha melupakan lelaki itu dengan membunuh waktunya dengan kesibukan. Nyatanya tetap saja, saat malam tiba dan ia akan memejamkan mata, bayangan Yamazaki tiba-tiba saja mendominasi. Gadis tidak bisa melupakan lelaki itu. Semakin ingin ia melupakannya, maka perasaannya semakin kuat menjerat. Bayang-bayang Yamazaki selalu membuatnya resah tak bertepi.Hari ini Gadis menemani Albert untuk menemui Fatih. Albert memintanya untuk menemani dirinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Awalnya Gadis tak percaya dengan niat Albert yang ingin bersyahadat, tapi lelaki itu meyakinkannya bahwa dirinya memang ingin memeluk Islam tanpa paksaan dan atas kesadarannya sendiri.Setelah Albert sukses mengucapkan kedua kali
***Gadis terkejut melihat orang lain yang saat ini sedang duduk di kursi yang biasa Yamazaki tempati di ruang labotarium. Gadis bertanya-tanya, di mana Yamazaki. Apa lelaki itu sedang sakit? Atau ada urusan mendadak sampai harus diganti oleh dosen yang lainnya. Gadis mulai gelisah karena tak melihat Yamazaki hari ini."Selamat pagi!""Pagi!" Semua anggota laboratorium menjawabnya dengan serempak, mereka pun terkejut dengan kedatangan orang lain di ruang lab."Saya Miss Ellen yang akan menggantikan Profesor Yamazaki untuk sementara waktu. Jika kalian ingin bertanya hal apapun masalah riset bisa ke saya untuk sementara.""Maaf, Miss. Memangnya Sensei ke mana? Apa Sensei tidak jadi ketua laboratorium atau jadi dosen pembimbing kami?" tanya Deborah."Profesor Yamazaki masih jadi ketua di labotarium dan tetap jadi dosen pembimbing kalian. Beliau sedang ada seminar dan ada penelitian baru di Prancis. Jika kalia
Lima tahun kemudian...Musim gugur di Kyoto adalah selalu jadi impianku. Dulu aku ingat saat masih duduk dibangku menengah atas, aku hanya melihat di internet, bagaimana indahnya Kyoto. Salah satu tujuanku ke Jepang dulu, yaitu ingin melihat indahnya negara sakura ini.Dan saat ini... mimpiku satu per satu, Allah kabulkan. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur dengan kebaikan Allah padaku? Sampai detik ini pun, aku masih merasa ini seperti mimpi.Lima tahun yang lalu, aku dan Yamazaki memutuskan untuk menetap di Kyoto dan aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anakku, Yuichi. Hadirnya dia di hidup kami memberikan banyak warna.Aku bahkan sangat bersyukur karena dipercaya untuk menjadi ibunya. Kedua orang tua Haruka pun hanya mempercayakan pengasuhan Yuichi pada kami.Dan juga setelah dua tahun merawat Yuichi, tanpa pernah kami harapkan lagi, ternyata Allah memberi kado terindah bagi kami, kado indah di musim
***The University of Tokyo Hospital.Gadis dan lainnya sedang berdiri di pelataran rumah sakit tersebut. Dini hari tadi, dia terkejut mendapatkan kabar kalau Haruka masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan saat ini kondisinya sedang kritis karena wanita itu terlalu lama menghisap asap karbonmonoksida dari briket yang ia bakar.Tampak kedua orang tua Haruka sedang menangis sesenggukan, dan sangat jelas kesedihan dan rasa putus asa terlukis jelas di wajah kedua orang tua itu.Gadis di hatinya merasa menyesal karena kemarin mungkin ucapannya secara tidak langsung membuat batin Haruka tersiksa. Sungguh dia tidak ada niat untuk membuat Haruka terluka atas ucapannya.Yamazaki menatap Gadis yang tampak murung, lalu dia meremas bahu istrinya pelan.Gadis menoleh dan dia hanya tersenyum getir.“Jangan menyalahkan dirimu, Sayang.” Yamazaki seolah tahu apa yang istrinya sedan
***“Kamu memilih untuk masuk ke penjara?” tanya Fumie lirih.Yamazaki mengangguk. “Iya, Ma. Penjara lebih aku sukai, daripada aku harus menuruti fitnah yang keji ini,” balasnya. Lalu, pria itu mengenggam jemari ibunya. “Maafkan aku, Ma. Maafkan aku yang selalu membuat Mama, papa, dan Harumi kecewa. Masalahku ini malah melibatkan kalian, dan aku lah yang akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Aku akan buktikan pada Mama dan semuanya kalau apa yang dituduhkan padaku itu fitnah. Doakan anakmu ini.”Fumie pun tak bisa menahan air matanya, dan dia hanya bisa menangis sesenggukan. Dia tidak sanggup berbicara dan membayangkan bagaimana nanti putra kesayangannya harus tinggal di penjara. Dia tahu bagaimana sifat putranya itu. Anak laki-lakinya itu bukan seorang kriminal! Dia adalah pemuda Tokyo yang membanggakan negaranya dan juga sudah melakukan kontribusi yang besar, tapi saat masalah ini muncul... satu titik noda itu malah m
***“Saya sudah tahu masalahnya dan juga masalah Sensei sudah menjadi isue publik saat ini.” Fatih menatap pria yang dihadapannya dengan prihatin.“Iya, dan saat ini pihak kampus pun meminta saya untuk cuti mengajar dan saya harus menyelesaikan masalah saya. Jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak bersalah, maka saya bisa kembali mengajar, dan kamu tahu berapa hari yang mereka minta?”Fatih menggelengkan kepalanya.“Besok dan sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau apa yang dituduhkan itu fitnah. Banyak orang yang meninggalkan saya dan saat ini mereka seperti menjauh, termasuk keluarga saya hanya karena fitnah ini.”“Bagaimana dengan istri Sensei?”Yamazaki tersenyum tipis. “Dia... saya tidak mau menganggunya dulu. Saya ingin memberikan sedikit waktu untuknya. Saya harap dia percaya pada saya, suaminya. Saya hanya ingin Allah menyentuh hatinya agar dia tida
***"Sayang, kamu percaya padaku, kan? Suamimu?Gadis mematung, matanya terasa kosong. Saat ini lidahnya terasa kelu untuk menjawabnya dan pikirannya pun berkecamuk." Huhuhu... " Haruka menangis sesenggukan sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya.Semuanya pun tersadar, lalu Fumie membawa selimut dan menutupi tubuh polos wanita itu. Jelas sekali, di matanya menyimpan banyak kecewa."Bi... Bi... Maafkan aku... Aku... Aku... " Wanita itu mengatakannya dengan terbata-bata.Fumie menghela napas, dia malah bertanya. "Dimana bajumu?"Haruka langsung menunjuk ke arah ranjang. Lalu, Fumie melihatnya dan membawa baju Haruka. "Kamu pakai lagi, masuk lah ke kamar mandi dan kita pulang bersama."Haruka hanya mengangguk pasrah dan dia pun hanya menunduk.Di sisi lain, Yamazaki mematung di tempatnya, kedua matanya masih tertuju pada Gadis yang masih saja diam dengan tatapan kosong.Plak!Sebuah tamparan mendarat dengan mulus
***Dua jam yang lalu...Haruka menatap kosong Yamazaki yang sudah berbaring di atas kasur. Selama hampir satu jam, posisinya masih tetap duduk menatap pria itu. Dia memang sudah gila, merencanakan sandiwara dan jebakan ini dengan apik. Bahkan Haruka tak tanggung-tanggung membayar mahal untuk orang-orang yang terlibat dengan sandiwara yang dia lakukan.Posisi Haruka terjepit, dia tidak tahu lagi cara bagaimana agar dirinya bisa jadi milik pria itu. Dulu adalah kesalahannya, mengalah dan merelakan pria yang sangat dicintainya direbut oleh saudari kembarnya sendiri.Saat ini, dia tidak mau mengalah. Dia tidak mau ikhlas dan melepaskan lagi. Sudah cukup dia merasakan penyesalan luar biasa di hidupnya dulu. Saat ini dia tidak jahat, kan? Haruka tidak berniat untuk memisahkan Yamazaki dengan Gadis, dia hanya ingin menjadi salah satu bagian dari keduanya. Seharusnya tidak apa-apa, bukan?Haruka tersenyum menatap pria itu, lalu dia melihat
***Setelah selesai acara, Yamazaki langsung kembali ke ryokan. Ryokan adalah penginapan tradisional Jepang yang menakjubkan. Yamazaki memang sengaja memesan ryokan karena Gadis lebih senang menginap di sana daripada hotel. Dan sebenarnya saat ini dia diam-diam sedang memberi kejutan pada Gadis untuk merayakan empat tahun pernikahan mereka lusa. Yamazaki sengaja melarang Gadis ikut ke Kyoto karena ingin menyiapkan segalanya. Dia tidak boleh gagal lagi tahun ini karena saat tahun ketiga mereka menikah, Gadis langsung tahu kalau dia dulu telah menyiapkan kejutan. Tahun keempat ini ingin sekali merayakannya dengan cara yang indah. Tahun keempat, Yamazaki hanya ingin membuang sisa kesedihan di hati Gadis karena istrinya itu masih memikirkan kalau rumah tangga mereka belum juga dikarunia seorang anak.Yamazaki memilh Ryokan di Hoshinoya Kyoto. Hoshinoya adalah ryokan yang ada di tepi sungai Oigawara di kaki Gunung Arashiyama. Untuk bisa datang ke sini harus menaiki perahu d
***“Yamazaki kemana?” tanya Putri.“Oh, dia sedang ada tugas di Kyoto.”“Kamu nggak ikut, Nak?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu. Ini ada acara dari kekaisaran Jepang dan Yamazaki diundang secara khusus.”“Ah, iya. Suamimu itu kan salah satu aset Jepang dan juga kebanggaan dari negaranya,” puji Putri.Tiba-tiba Gadis ingat sesuatu tentang masalah Dhea yang mencoba meracuni Devano. “Ma, tadi Mesya cerita padaku kalau Dhea ada masalah, ya?”“Ah, iya. Nak. Dhea... saat ini dia sedang ada di kantor polisi. Dia ditahan karena percobaan pembunuhan pada Devano. Alhamdulillah... keadaan Devano sudah berangsur membaik dan saat ini sudah sadarkan diri. Ibu dan ayahmu besok Insya Allah mau jenguk.”“Astaghfirullah... Gadis juga terkejut saat Mesya cerita masalah Dhea. Gadis tidak menyangka kalau Dhea bisa sampai g
***Satu bulan telah berlalu...Haruka sudah pulih, dan anaknya pun sudah sehat. Dan selama itu juga tidak ada komunikasi dari Haruka pada keluarga Yamazaki. Dan seminggu itu membuat hati Yamazaki menjadi tenang karena tidak adanya desakan dari Haruka maupun Fumiko.Sedangkan Gadis, dia masih bimbang karena dia merasa akan ada rencana yang dipikirkan oleh Haruka padanya. Dia pun mencoba menenangkan hatinya, apalagi saat ini dia diminta Haruka untuk bertemu. Awalnya Gadis menolak, tapi akhirnya dia berubah pikiran karena penasaran apa yang ingin Haruka bicarakan padanya.“Oke. Aku ingin tahu apa yang nanti akan kamu lakukan untuk mengusik rumah tanggaku,” gumam Gadis. Lalu, dia meminum teh hangat untuk menenangkan hatinya.Tak menunggu lama, sosok wanita itu muncul di hadapan Gadis. Wajah Haruka terlihat lebih tirus dan juga kelelahan, mungkin wanita itu begadang karena mempunyai seorang bayi.“Maaf, aku datang sedi