Share

Sang Mertua

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-25 22:15:12

"Angga? Ada apa datang kemari? Nova mana?"

Keterkejutan menyambut kedatangan Angga di sebuah rumah yang ia pijaki terakhir kali dua tahun lalu.

Semenjak menikah dengan Nova, Angga tak pernah lagi menyambangi rumah ini dan memilih untuk memfokuskan diri pada pekerjaan dan misi balas dendamnya.

Namun, siapa sangka, misi balas dendam yang seharusnya menjadi senjata untuk pembalasan berikutnya malah membuat Angga jatuh ke pelukan Nova.

Seorang wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapan Angga adalah satu-satunya orang yang telah mewarisi paras cantiknya pada Nova. Sayangnya, sifat kedua wanita itu jauh berbeda.

Pertanyaannya tadi cukup membuat Angga tersudut. Kedatangannya terkesan tak pernah sekalipun diinginkan oleh si tuan rumah. Tetapi, Angga tidak peduli. Ia justru mengulas senyum penghormatan pada sang ibu mertua, lalu menjawab.

"Aku ingat kemarin adalah ulang tahunmu, mama. Jadi aku menyempatkan diri datang kemari. Maaf kedatanganku terlambat," ucap Angga.

Wanita di depannya b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Gelisah

    Langkah kaki saling bersahutan di belakang Mark sama sekali tidak menggetarkan hatinya untuk menoleh ke belakang.Sementara, ada seorang wanita yang sedang mati-matian menuntut alasan sebenarnya atas kandasnya hubungan mereka. Jalinan cinta antara Nova dan Mark sudah pupus dua bulan lalu. Namun, masih banyak rentetan pertanyaan di kepala Nova yang belum terjawab. "Mark, tunggu!" Nova mencekal langkah mantan kekasihnya itu dengan menggenggam bisep kekar milik Mark."Bisakah kamu berhenti menerorku seperti ini, Nova? Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi, jadi pergilah," ucap Mark dingin. Tatapan Mark tak sehangat dulu, dan itu membuat hati Nova tercabik-cabik. Nama Mark masih setia mengisi setiap sudut hati Nova hingga detik ini. Alasan di balik hubungan mereka kandas semakin membuat Nova tak yakin Mark benar-benar mengakhiri kisah cinta mereka. Nova bergerak gelisah. Niat bicara empat mata dengan Mark pun lenyap begitu saja, dipatahkan dengan penolakan Mark barusan."Aku yakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pinjam Dulu Tiga Miliar

    Rasanya Angga seperti dikuliti hidup-hidup ketika pertanyaan itu keluar dari mulut mertuanya sendiri. Sorot mata Marrie penuh harap, terkesan setia menunggu jawaban dari sang menantu tiba. Wanita ini, sangat ambisius untuk segala hal berbau uang dan kekayaan. Tak heran bila dulu, Marrie dan sang suami mematok nilai mahar dengan nominal hampir seperempat nilai kekayaan Angga. Tentunya, demi gengsi dan misi balas dendam, nominal itu adalah angka yang sepadan.“Um, kurang lebih laba bersihnya senilai lima belas triliun rupiah. Itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan nilai investasi yang sekarang sedang aku jalankan. Nominalnya jauh lebih besar dari yang aku sebutkan tadi,” jawab angga jumawa. Perhatian bisa dibeli oleh uang, dan itu adalah rencana yang sedang Angga lakukan. Wanita di depannya ada akar dari semua masalah. Keluarga komplotan pembunuh seperti mereka tidak seharusnya hidup dalam ketenangan dan kemewahan seperti saat ini. “Waw, kamu hebat sekali, Angga. Pasti Nova sena

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kalung Tanda Jadi

    Raut wajah penuh amarah dari sang mertua adalah hiburan bagi Angga. Kimi, pria itu menampakkan senyum lebar sambil sesekali gelak tawanya terdengar mengejek. Marrie menatapnya dengan sorot tajam, tak suka dipermainkan menantunya sendiri. “Jawab mama, Angga. Apa maksud ucapan kamu barusan?” kata Marrie berapi-api. Sungguh, Angga tidak menyangka reaksi sang mertua akan semarah ini. Angga masih sibuk mengontrol dirinya, di tengah Marrie yang terlihat seperti bahan lelucon. “Hahaha, astaga, ma. Kenapa mama marah seperti itu? Aku hanya bercanda,” ucap Angga santai. Tatapannya menyimpan ratusan lapis misteri yang sulit untuk dipecahkan siapapun. Mendengar itu, raut wajah Marrie berubah drastis. Seolah malu dengan tingkahnya yang emosional, dan reaksi yang berlebihan, Marrie kembali berkilah. Emosinya seakan menguap terbawa angin, berbanding terbalik dengan senyuman yang kini ia pamerkan di hadapan Angga. Dasar wanita culas, batin Angga. “Astaga, Angga. Kamu ini suka sekali membuat ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Satu Untuk Istriku

    “Pak Angga, kau darimana saja?” Angga baru saja masuk ke area ruang tamu rumahnya dan pertanyaan Chris menjadi sambutan atas kedatangannya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan, pukul sepuluh malam dan kedua matanya masih betah terjaga setelah berkendara mengelilingi kota. “Mencari udara segar. Kenapa kau masih di sini?” Angga bertanya balik. “Bukankah jam kerjamu sudah berakhir tiga jam lalu?” “Kau tidak menjawab pertanyaanku, pak. Hari ini kau menghilang begitu saja tanpa kabar.” Chris terlihat frustasi. Pria itu mengikuti langkah Angga menuju ruang kerjanya. Sudah larut malam pun Ambisi Angga untuk bekerja masih berkobar. Tidak ada pelampiasan lain dari penuhnya kepala yang diisi oleh bayangan sang istri. Menenggelamkan diri pada tumpukan dokumen dan menghadiri rapat-rapat penting adalah upaya Angga untuk mengurangi sakit di dada. Sakit jantungnya tidak seberapa mematikan dibandingkan sakit hati karena kehilangan sang istri. Angga duduk di kursi kebesarannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Ilusi

    “Sayang, aku sudah membuatkanmu sup buntut. Lihatlah, penampilannya menggugah selera, bukan?” Chris duduk di kursi salah satu sisi meja makan. Ia menelan salivanya dengan berat. Pemandangan di depannya membuat Chris mematung tak menyangka.Ia hendak menyuap kembali sesendok nasi lengkap dengan sup buntut ketika seseorang di sampingnya bersuara. Ya, Angga. Pria itu terlihat asik bermonolog ke arah kursi kosong di seberangnya. Perlu beberapa kali bagi Chris mengucek kedua matanya saat melihat pemandangan memiluka itu. “Bagaimana? Enak tidak?” kata Angga lagi pada satu titik yang sama. Lidah Chris kelu, kata-kata yang menumpuk di kepalanya tidak ada satupun yang terungkap. Matanya masih awas memantau gelagat aneh bosnya. Entah apa yang terjadi dengan pria itu setelah menghilangkan jejak seharian ini. Puas bermonolog, Angga beralih pada Chris di sampingnya. Gerakan kepala Angga perlahan memutar dan berhenti tepat di depan wajah Chris. Sorot mata Angga kosong, dengan serabut merah ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Di Ujung Jurang

    Nova kalah dengan tekadnya sendiri. Apalagi ketika Chris melayangkan permohonan berkali-berkali bahkan rela bersimpuh di hadapan Nova. Disinilah Nova berada sekarang. Bagaikan dejavu, Nova dibawa kembali pada situasi dimana dirinya dikelilingi oleh sekelompok orang yang memandangnya rendah. “Eomma, aku sudah membawanya kemari. Kau harus mengenalnya dulu.” Mark tidak memberi jarak sedikitpun pada Nova yang berdiri di belakangnya. Pria itu nampaknya benar-benar menepati janjinya untuk membuat keluarganya yakin akan hubungan mereka.Ya, pada akhirnya Nova luluh dengan permohonan maaf Mark beberapa hari lalu. Tentunya, dengan beberapa kesepakatan yang sudah disetujui oleh keduanya.Meski bukan yang pertama kalinya Nova akan berhadapan pada keluarga sosialita ini, jantungnya belum bisa berpacu normal apalagi membiasakan diri untuk berbaur dengan situasi saat ini.Seorang wanita paruh baya, dan pria yang duduk di samping wanita itu kompak mengangkat kepalanya. Kedatangan putra mereka bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tanpa Restu

    Suasana di ruang makan seketika berubah hening setelah Mark menyatakan sebuah pernyataan yang mencengangkan banyak pihak. Tidak terkecuali Nova yang duduk di sampingnya. Dahi Nova berkerut heran. Tidak menyangka Mark akan mengucapkan itu disaat mereka telah membuat komitmen untuk menghindarinya. Tidak hanya Nova, kedua orang tua pria itu juga tak kalah terkejut. Namun masing-masing dari mereka memiliki caranya sendiri untuk mengekspresikannya. “Jadi, kamu benar-benar sudah menodai Nova dengan nafsumu, Mark?” tanya papa Mark dengan wajah yang sudah berubah jadi merah padam. Nova khawatir, setelah ini akan terjadi pertumpahan darah antara ayah dan anak. Papa Mark bahkan sampai bangkit dari posisi duduknya. Bersiap untuk melampiaskan emosinya pada sang putra. “I-iya, Appa. Aku kalah dengan nafsuku sendiri hingga menghamili Nova. Tapi kumohon jangan salahkan Nova. Aku yang memaksanya saat itu dan aku gelap mata,” balas Mark panjang lebar. Pria itu nampak tak takut dengan ancaman amar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Keraguan

    Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemen, suasana di dalam mobil yang Nova tumpangi hening. Menatap ke luar jendela mobil, pemandangan kota ternyata jauh lebih indah dibandingkan bayangan masa depannya bersama sosok pria di samping Nova sekarang.Tidak ada yang menjamin pernikahannya dengan Mark berujung bahagia di tengah restu yang tak kunjung terikat di dalam hubungan mereka.Sesuai dugaan Nova sebelumnya. Pertemuan kedua dengan orang tua Mark kali ini akan berakhir sama. Sama-sama merendahkan harga diri Nova. Nova mendesis ketika desakan di perutnya terasa semakin brutal. Kegelisahan yang sedang ia rasakan berdampak pada reaksi janin dalam kandungannya.“Nova, kamu kenapa? Perutmu sakit?” Suasana berubah cair karena pergerakan Nova terlihat tak nyaman. Sambil mengendalikan kemudi mobil, sesekali pandangan Mark beralih pada jalanan dan Nova secara bergantian. Sebelah tangannya terulur mengelus perut buncit Nova. Sekedar memberikan ketenangan pada malaikat kecil yang bersemayam

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Obrolan Bermakna

    Kamar hotel yang Nova pijaki saat ini terlihat lebih layak untuk dihuni dirinya dan bayi mungil yang kini terlelap di dalam stroller. Ketika memasuki kamar itu, rasanya jauh lebih tenang dibandingkan kamar hotel yang Nova tinggali sebelumnya. Setelah perbincangan panjang yang ia lakukan dengan Angga, pada akhirnya Nova menyetujui ajakan Angga untuk meninggalkan tempat itu. Dua hari Angga memberikan Nova waktu untuk berpikir keputusan mana yang akan ia ambil antara menetap di Korea sendirian atau menerima ajakan Angga untuk kembali ke Indonesia. “Ini kamar yang akan kamu tempati selama tiga hari ke depan,” kata Angga. Pria itu mensejajarkan langkahnya dengan Nova ikut memindai desain interior yang estetik didominasi warna putih dan biru. “Berkas pemindahanmu sedang aku urus. Tiga hari lagi kamu bisa kembali ke Indonesia. Dan jika kamu butuh apapun, kamu bisa panggil aku. Kamarku ada di sebelah,” ucap Angga lagi. Ia tersenyum canggung pada Nova, dan dibalas dengan hal yang sama. “

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kenyataan yang Harus Diterima

    Tidak ada sedikitpun kebohongan di mata Angga ketika Nova mencoba menjelajah titik kejujuran di iris hitam Angga. Pria itu, masih berdiri di posisi yang sama. Sorot matanya cukup mampu membuat nyali Nova menciut. Angga tidak hanya memaparkan sebuah fakta, melainkan juga membujuk Nova untuk mengakui ada sesuatu yang hilang dalam diri wanita itu.Nva berkata lirih, ketika ia sadar situasi tidak berpihak padanya. “Kalau kamu tahu aku yang membunuh adikmu, kenapa kamu tidak penjarakan aku saja alih-alih balas dendam?” tanya Nova.Angga masih menatapnya lamat, dari bagaimana pria itu bersikap Nova tahu Angga tidak memiliki sedikitpun niat untuk menjerumuskan ke dalam bui. “Menyeretmu ke dalam penjara juga butuh bukti dan pengakuan langsung. Aku sempat merencanakan itu sebelumnya tapi…” ucap Angga menjeda. Sesuatu di dadanya mulai mengusik. “Rasa cintaku padamu saat ini jauh lebih besar dari dendam yang pernah tertanam di hatiku.” Setitik euforia kecil bergema di hati Nova. Sebuah alasan y

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Flashback

    Hari itu, seharian langit tidak secerah biasanya. Rintih hujan terus membasahi setiap sudut kota dan menyelimutinya dengan aroma romantis. Seorang wanita berjalan di antara lalu lalang orang-orang yang sibuk menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Sedangkan dirinya, sepeninggalannya dari rumah tadi, hanya kekesalan yang berusaha ia kendalikan. Langkah kaki wanita itu terasa berat. Apalagi tiap kali melirik ke ponselnya dan membuka pesan berisi video yang membuat dadanya berkecamuk. Sesampainya di depan sebuah gedung kos, wanita itu melepas sepatu flatnya yang basah. Menggedor pintu kayu di depannya dengan tidak sabar. Tak lama, seorang pria keluar dari kamar itu sambil memamerkan raut wajah bingung. “Kamu mau kesini kenapa tidak bilang dulu, sayang?” tanya pria itu. “Kamu harus jelasin sama aku akan satu hal,” balas wanita didepannya. Sorot mata tajam menghunus langsung ke ulu hati Andre, pria itu. “Jelasin apa, Nova? Apa aku buat salah?” Alih-alih menjawab, Nova malah menero

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pemintaan Pengakuan

    Sofa biru muda di depan ranjang menjadi tempat Nova singgah sejak beberapa saat lalu. Di depannya sudah tersaji sepiring pasta yang Angga beli dari layanan pesan antar. Pria itu, kini tengah disibukkan dengan teko portable yang mengeluarkan kepulan asap. Aroma kopi menguar memenuhi setiap sudut kamar ini. Pergerakan Angga diam-diam menjadi objek pengamatan Nova. Setiap hal yang pria itu lakukan kini menjadi perhatiannya. “Kenapa tidak dimakan? Apakah menunya tidak sesuai seleramu?” tanya Angga. Ia mengambil posisi duduk di depan Nova. Sambil menaruh secangkir kopi di hadapan wanita itu. “Aku kenyang. Kamu saja makan masakan buatanmu,” jawab Nova ketus. Pandangannya sengaja beralih ke arah lain demi menghindari sesuatu yang terasa menggetarkan dadanya tiap kali menatap Angga. Angga menarik piring pasta dari hadapan Nova. Mengaduk pasta itu perlahan, kemudian menyodorkannya ke hadapan Nova. “Biar aku suapi,” kata Angga. Nova terlalu lama tenggelam dalam lamunan, hingga ia tidak me

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Petunjuk

    Sudah satu minggu lamanya, Mario menetap di hotel yang sama dengan Nova. Menjadi garda terdepan bagi nova tanpa diminta. Sore ini langit cukup cerah namun perlahan beranjak mengabu sebelum matahari benar-benar pamit dari altarnya. Mario bangkit dari sofa, diikuti sang asisten di belakangnya. “Kau sudah dapat informasi yang aku minta?” tanyanya sambil melangkah menuju mini bar di sudut ruang santai. “Sudah, Tuan. Saya dihubungkan oleh asisten beliau yang kebetulan sedang berada di Korea saat ini. Menurut informasi, Pak Angga sedang sakit.” “Sakit?” Mario mengulang. “Iya, Pak. Saya sudah coba mencari tahu tentang penyakit beliau, tapi Asisten pribadinya tidak bersedia memberi informasi detail.” “Tapi, kau sudah lakukan apa yang aku minta ‘kan?” Sang asisten mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Beliau bersedia untuk bertemu malam ini jam tujuh.” Melihat pemandangan di luar jendela besar kamar hotelnya, Mario beralih pada arloji di tangan. “Sudah pukul enam. Kita berangkat sekarang saj

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jauh Rindu, Dekat Tabu

    Lampu remang-remang di dalam klub malam di tengah kota Seoul ini membatasi pandangan Chris yang masuk ke dalamnya. Muda-mudi berlenggak-lenggok di lantai dansa. Di bawah lampu sorot mengikuti irama musik beat yang menggila. Pandangan Chris mengedar ke segala penjuru. Ia langsung bergegas dari bandara ke sini setelah menghubungi Angga. Kabarnya, pria itu berada di sini, namun sampai sekarang Chris belum menemukan petunjuk tentang keberadaan bosnya. Pergerakan Chris di tengah kerumunan orang-orang yang berdansa, menarik perhatian beberapa wanita di sana. Sesekali terdengar mereka mencoba menggoda Chris dengan panggilan-panggilan nakal. “Hai, tampan. Kau sendiri saja?” Seorang wanita mendekati Chris. Dua bingkai lensa di mata Chris ia koreksi saat berhadapan dengan wanita itu. “Kalau kau datang sendiri, aku mau menemani,” ucap wanita itu lagi. Rambut panjangnya sengaja dikibaskan di depan wajah Chris. Aroma bunga menguar setelahnya. Jelas, wanita itu sedang berusaha untuk menarik perh

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Realita Yang Disanggah

    “Bagaimana bisa Anda membiarkan orang dengan kondisi mental yang terganggu, bepergian sendirian bahkan, mengurus bayi? Apalagi Anda bukan suaminya.” Seorang pria paruh baya dengan seragam kepolisian menginterogasi Mario dengan segerombol pertanyaan. Ia menghela napas panjang, hendak menyela ucapan sang polisi namun pria itu terus berceloteh, tidak memberikan kesempatan bagi Mario untuk menjelaskan. “Anda tahu ‘kan? Apa yang Anda lakukan bisa disebut sebagai bentuk kelalaian dan berpotensi menyakiti orang lain.” “Saya paham, Pak. Itu mengapa saya ada di sini sekarang. Saya akan menebus Nova dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Tolong beri sedikit keringanan untuk Nova. Bagaimanapun dia masih punya tanggung jawab untuk mengurus anaknya yang masih bayi,” ucap Mario panjang lebar. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan untuk bicara. Tujuannya saat ini adalah membebaskan Nova dari hukuman paling berat. Mario mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku atas pelanggaran yang Nova laku

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status