Jacob melebarkan mata dan menatap Suzy.“Kamu, kamu kok sudah pulang?”Dia sengaja untuk tidak bersama Suzy satu mobil, memperhitungkan estimasi lama perjalanannya dengan menggunakan bus hingga sampai di sini seharusnya siang.Saat ini, dia sudah bernegosiasi dengan pembeli yang ingin membeli rumah terakhir kali, dan dia ingin melihat rumah itu secara langsung.Jadi idenya adalah ketika Suzy sampai, rumah ini sudah terjual, dan sudah tidak ada hubungannya dengan Suzy.Pada saat ini, Jacob benar-benar terkejut ketika dia melihat Suzy yang tidak mungkin ada di sini dalam waktu cepat, tetapi sudah ada di sini.Tapi, melihat bos besar yang berdiri di sebelahnya, Jacob menggertakkan giginya dan berhasil menenangkan diri sendiri."Mengubur ibuku tidak akan menunda penjualan rumahku. Lagi pula, abunya juga tidak dimakamkan di rumah." Dia mendengus pelan, “Suzy, aku dapat melihat usahamu yang telah merawat ibuku, makanya aku membiarkanmu ikut pulang untuk memakamkannya. Tapi kamu hanyalah oran
Keduanya mengedipkan mata satu sama lain, dan ekspresi mereka tiba-tiba berubah.“Suzy, kamu mengatakan bahwa itu adalah surat wasiat yang ditulis oleh nenekmu. Coba sini saya lihat, jangan-jangan kamu bohong ya?” Cindy memprovokasi.Suzy melihat ekspresi wajahnya yang buruk dengan ekspresi penuh perhitungan di wajahnya.Dia sudah sangat mengenal Cindy“Kenapa? Kalian kepikiran untuk merobek surat wasiat ini, kan?" Suzy segera menjadi waspada di dalam hatinya.Jacob menunjukkan sedikit kekejaman,"Itu benar, tanpa surat wasiat dari nenek, rumah ini milikku."Dengan mengatakan itu, dia bergegas menuju Suzy.Cindy juga melangkah maju untuk membantu, dan berteriak: "Nak, bantu ambil surat wasiat dari tangannya!"Pasangan itu dengan cepat bergegas ke Suzy, siap untuk memulai perebutan.“Coba saja kalian memegangnya!”Terdengar suara peringatan dari arah pintu, dan suara Andy meminta bantuan, "Ayah, ibu ..."Jacob dan Cindy menoleh pada saat yang sama, dan melihat seorang pria muda jangkung
Suzy tidak terburu-buru untuk membukanya, tetapi mengambil kotak itu dan masuk ke mobil.Mobil melaju keluar dari ujung desa dan melewati rumah Anna Wen. Anna ingin masuk untuk mengambil barang-barangnya, dan Ivan Zhang menghentikan mobilnya.Anna mengambil tas kecil, dan orang tuanya berdiri di gerbang halaman mengawasinya masuk ke mobil, dengan mata mereka yang terlihat sedang memikir sesuatu.Tetangga di dekatnya berkata dengan iri: "Anna anak mu punya pacar yang kaya!"Pasangan itu menanggapi dengan senyuman, lalu berbalik dan kembali ke rumah.Dengan pintu tertutup, telinga Anna sedikit merah.Menghadap Ivan dengan berkata, “Tetangga suka asal nebak, jangan terlalu peduli.”“Tidak apa-apa,” ucap Ivan dengan santai, tidak mempermasalahkannya.Sebaliknya, setelah berkata itu Anna menundukkan kepalanya. Tidak tahu apa yang dipikirkan,telinganya menjadi merah sepanjang jalan.. . . .Di sisi lain, mereka melewati kembali rumah nenek Suzy untuk menuju keluar dari desa, tidak langsung
Sial!Dia mengutuk dalam hati dan meneguk anggur.Leon memandang Robert Calvin yang berbaring di sofa."Apa harus aku lakukan, dulu aku bisa langsung mengantarnya pulang, tetapi sekarang Kakak ipar sudah pergi, Kak Robert mabuk seperti ini, siapa yang akan mengurusnya?"Leon melihat ke sekeliling ruangan, dan bertanya pada pria yang duduk paling jauh: "Frank? Kau yang tertua di sini. Kau mau mengurusnya?"“Bilang aku sudah tua, mau cari mati?” Frank mengutuk.Mengingat anak kucing liar di rumah baru mengeluh tentang usianya kemarin, sekarang dia ingin menghajar Leon.Leon mengalihkan pandangannya ke Sean di sebelahnya, melihat pria itu juga setengah sadar, dia mengurungkan niatnya."Joris, kau sendirian di rumah, bukan?"Joris tersenyum tipis dan mengambil mantelnya, "Maaf, ibuku tidak mengizinkan aku membawa pria pulang."Setelah berbicara, dia berbalik dan pergi.“Brengsek, dasar wanita tidak berperasaan, berpura-pura jadi anak alim di hadapanku!” Leon melihat ke punggungnya yang me
Karen Wang menatap wajah Robert Calvin dengan hangat, sudah tidak sabar untuk menyentuhnya.Tiba-tiba, pergelangan tangannya dicengkram.Detik berikutnya, dia menjerit kesakitan dan jatuh di samping tempat tidur.“Putriku, kau baik-baik saja?” Suara Wendy Wang terdengar dari luar pintu.Karen Wang menggertakkan gigi dan bangkit, menggosok pergelangan tangannya, "Tidak apa-apa!""Ok, kalau begitu santai saja, jangan terlalu kasar!"Setelah berbicara, suara langkah kaki di luar pintu menjauh.Karen Wang, yang pantang menyerah, bergegas maju lagi ...Keesokan paginya.Sinar matahari menembus gorden kasa jendela dan menyinari tempat tidur.Robert Calvin terbangun dalam keadaan linglung, dan secara spontan meremas pelipisnya yang terasa sakit.Ketika mengangkat tangannya, dia menyenggol tubuh yang lembut.Aroma parfum yang terlalu menyengat membuat hidungnya merasa tidak nyaman.Dia mengerutkan kening dan perlahan membuka matanya.Pemandangan kamar tidur dengan desain kekanak-kanakan segera
Ivan Zhang biasanya tinggal di asrama, dia juga ikut menginap karena mengantar Suzy dan Anna Wen semalam.Suzy tidur di kamar Anna Wen semalam, Anna Wen bercerita banyak tentang Gurunya."Guru benar-benar sangat baik. Tidak hanya mengajariku desain, tapi juga membuatkan pakaian untukku. Dia juga merawatku dengan sangat baik, mengajakku berbelanja dan melihat pameran. Setelah menjadi muridnya, aku merasa telah membuka sebuah pintu baru dalam hidupku, aku tidak berani berpikir dapat hidup seperti ini sebelumnya.""Tapi aku juga seringkali merasa khawatir, jika suatu hari pintu ini tertutup dan aku harus kembali ke sudut yang gelap."Bagaimanapun, Anna Wen adalah seorang gadis yang rapuh dan sensitif, dan lingkungan hidupnya yang tidak memadai membuatnya tidak percaya diri.Suzy menyentuh kepalanya dan tersenyum: "Tidak, semua yang kau alami sekarang akan membuatmu menjadi lebih baik. Bahkan jika suatu hari, pintunya tertutup, aku percaya pada saat itu, kau pasti bisa membuka jendela baru
"Benar, Suzy, bukankah kau berkata akan berpartisipasi dalam proyek Profesor Smith selanjutnya? Sebelum keluar negeri, pasti ada banyak dokumen yang harus diurus. Tinggallah di rumahku sementara ini, agar kau bisa mengurus semua dokumen mu dengan tenang." Ivan Zhang berkata dengan kagum.Profesor Smith adalah seorang master di bidang medis yang terkemuka di dunia, dia juga berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian medis Profesor Smith!Anna Wen mengangguk, "Kak Suzy, dengarkan Guru dan Kak Ivan. Tinggallah di sini."Suzy akhirnya tinggal di rumah Zhang.Villa Keluarga Zhang tidak besar, selama ini hanya Tania Mo yang tinggal di sana. Sedangkan Tuan Zhang, karena alasan kesehatan, telah dirawat di luar negeri selama bertahun-tahun.Ini juga alasan Ivan Zhang memilih belajar kedokteran - dia ingin mengobati penyakit ayahnya.Selama ini, keuangan Keluarga Zhang ditopang oleh Tania Mo.Karena dia suka mendesain pakaian, selain tiga kamar tidur dan sa
Ivan Zhang tertegun, setelah beberapa saat, dia berkata, "Begini saja, karena dompet ini berkaitan dengan latar belakang hidupmu, biarkan ibuku melihatnya nanti. Ibuku juga suka menambahkan elemen sulam ke dalam desainnya, dia mengenal banyak penyulam yang hebat, mungkin dia mengetahui sesuatu.""Tidak perlu repot-repot. Aku sebenarnya tidak berniat mencari orang tua kandungku. Aku sudah terbiasa hidup sendiri selama ini. Kupikir petunjuk yang dimaksud Nenek mungkin secarik surat atau semacamnya, jadi aku bisa langsung mengetahui siapa orang tuaku."Suzy menggelengkan kepalanya dan melihat dompet di tangannya, "Tidak bisa mendapatkan petunjuk apapun dari dompet ini. Sepertinya saat meninggalkan aku, mereka juga tidak berniat bertemu denganku lagi, jadi untuk apa bersusah payah mencari mereka."Suzy memasukkan dompet ke dalam kotak kayu, dan meletakkannya di lemari, lalu berkata, "Ayo kita pergi, sebaiknya urus dokumen untuk ke luar negeri dulu."Ivan Zhang mengangguk, tetapi sebelum pe
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny