Andri akhirnya mengajak Siska ke ruangan pribadinya. Waktu istirahat membuat mereka tidak menjadi pusat perhatian rekan kerjanya yang lain karena semua sibuk untuk makan siang."Aku yakin kamu tahu kalau Pak Herman sudah punya istri. Jadi aku minta kamu berhenti kasih harapan sama dia, kecuali kamu siap jadi istri kesekian aki-aki itu! Ketus Andri dengan tatapan matanya yang mengintimidasi."Um, iya aku tahu," jawab Siska yang juga tadi tidak nyaman bicara dengan Herman."Kamu tahu tapi masih aja mau dekat sama dia." Andri geram."Biasa aja kok cuman ngobrol biasa aja," elak Siska mencoba bersikap biasa saja dihadapan sang mantan."Halah, biasa aja tapi setiap hari aku lihat kamu berdua terus sama dia." Andri menggeram kesal."A-aku cuman mau cari informasi aja ...." Siska ingin menjelaskan."Gak usah! kamu balik ke Jakarta aja yang lebih aman," saran Andri yang mengkhawatirkan keselamatan Siska."Kok gitu? aku di pecat gitu?" Mulut Siska menganga tak percaya dirinya akan di berhentik
Seusai menghadiri upacara bendera versi keinginan ibu hamil muda, mereka semua menghabiskan waktu untuk makan siang menjelang petang di kantin sekolah. Rupanya sejak tadi pagi Dina sudah mengajukan izin kepada kepala sekolah dan dewan guru dengan di bantu oleh Bu Lala, guru BK yang dulu menjadi teman curhat Dina kala ia masih memakai seragam putih abu-abu.Ternyata Dina juga berteman akrab dengan anak sulung Bu Lala semasa kuliah di universitas yang sama. Komunikasi keduanya tetap terjalin erat karena Dina menemukan sosok Mama dalam diri Bu Lala. Karena itu, mengetahui Dina ternyata sudah menikah dengan Dodit jelas merupakan suatu kejutan luar biasa mengingat bagaimana drama mereka dulu semasa sekolah."Duh, kalian ini kayaknya cocok jadi pemain sinetron ikatan hati sejak SMA," ledek Bu Lala."Bu, nama saya bukan Andin, tapi Dina," sahut Dina."Semoga gak ada Elsa ya di kehidupan pernikahan kalian." Doa Bu Lala."Amiin... makasih doanya Bu," ucap Dina."Dit, kamu kenapa diam saja? gak
Amarah Bambang begitu menggelegak mendengar kabar Dodit telah memukuli Panji di kantor nya. Kunjungan kerja yang dijadwalkan seharusnya selesai esok lusa terpaksa dimajukan hari ini juga karena dia tidak bisa menahan diri untuk segera menemui anaknya.Otak liciknya berputar mencari cara membalaskan perbuatan Dodit. Rupanya setelah menggenggam kekuasaan yang diberikan oleh Eyang Soeroso kini bocah ingusan itu telah berani menunjukkan taringnya. Dengus Bambang."Tuan, kita mau langsung pulang atau ke kantor?" tanya supir pribadinya."Kantor Panji," jawab Bambang.Sejenak sang supir yang tidak mengetahui apapun tertegun dan berpikir. Melihat supirnya hanya diam membisu membuat Bambang emosi dan membentaknya."Kau sudah bosan kerja?! Apa telinga mu bermasalah? Perlu aku korek telinga mu dengan benda tajam?!" maki Bambang beruntun.Sang supir bergidik ngeri mendengarnya. Tangannya mendadak bergetar tak karuan saking takutnya. Dia memang baru dua minggu bekerja bersama Bambang yang memang l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco