Dengan tubuh yang segar dan wangi, Seno keluar kamar. Senyumnya mengembang setelah mendengar kabar dari Putra. Akhirnya Angga bergerak cepat."Apa Angga tidak sabar mengulang malam panasnya dengan Lea?" batin Seno yang memiliki definisi berbeda soal tidur yang dimaksud Putra."Ngebet sih ngebet, tapi nggak di kantor juga kali?" gumam Seno beranjak ke sumber suara tangis di rumah ini.Tampak Bi Tami sedang mencoba menenangkan Keysa. Bayi cantik itu baru saja selesai dimandikan. Sepertinya kali ini, penyebab tangisnya bukan karena gerah atau buang air."Keysa, Sayaaaang! Kenapa anak om nangis cantik sore ini?" tanya Seno sembari mengulurkan kedua tangannya.“Ouum ...,” rengeknya cemberut."Ayo kita lihat kelinci sama kucing!" ajak Seno yang kemudian menirukan suara kucing mengeong.Keysa akhirnya mau berpindah ke gendongan Seno. Jangan bayangkan mereka berdua akan menuju ke kandang hewan berbulu itu. Di penthouse Angga, tidak ada hewan yang bisa lolos masuk, kecuali semut dan kupu-kupu.
Lea menghela napas panjang lalu masuk ke dalam kamar mandi. Senyumnya mengembang melihat air mandi dan aromaterapinya bahkan sudah tersedia. Sungguh, Lea merasa diratukan. Sesuatu yang dulu tak pernah berani ia harapkan.Selesai mandi dan berganti pakaian, Lea mencari ponselnya. Ia harus menghubungi Melati. Namun, ia tak melihat di mana ponselnya. Tasnya sendiri masih tertinggal di loker karyawan. Ia dibawa pulang dalam keadaan tertidur pulas.Memutuskan untuk keluar kamar, Lea menarik pelan pintu berwarna hitam itu. Pemandangan yang disaksikannya kembali membuat Lea terkejut.Ia merasa begitu kecil di dalam ruangan yang tampak begitu luas. Ditambah lagi interior dan furnitur ruangan yang tampak sederhana tapi terkesan mewah. Entah berapa harga rumah ini.Suara gelak tawa bayi membuat Lea menoleh. Di sisi kanan ruangan, tampak ada area bersantai. Langkah kaki Lea beranjak pelan karena penasaran dengan suara tawa dari dua yang berbeda.Tampak Angga tidur terlentang di atas karpet dengan
Sepanjang perjalanan pulang ke apartemennya, Melati hanya diam. Ia masih tak habis pikir dengan jalan hidup Lea beberapa bulan terakhir. Belum cukup 100 hari sejak Lea kembali dari Singapura. Namun, hidup sahabatnya itu sudah seperti tayangan drama."Lagi mikirin apa?" tanya Juna."Lea, Dok. Hidupnya aneh banget. Dia kayak pemeran utama FTV yang biasanya jadi bahan gosip para perawat di rumah sakit," jawab Melati.Juna mengulum senyum. Sama sekali tak menampik ungkapan Melati. Para rekan kerjanya memang kerap kali menggosipkan tayangan drama sebagai hiburan disela-sela penatnya pekerjaan."Hidup memang tidak ada yang bisa menebak jalan ceritanya. Sama seperti saat dulu saya merasa terpaksa menggantikan Angga menemui gadis yang hendak dijodohkan dengannya. Saya bilang sama Angga, saya ogah karena saya malas ketemu cewek matre. Siapa sangka, saat pertama kali bertemu kamu dalam acara kencan buta menggantikan Angga, saya tidak bisa lupa sama kamu," ungkap Juna.Mobil yang dikendarainya b
Melati tak menjawab, justru memilih memejamkan mata. Perlahan hujan turun kian lebat. Terjebak kemacetan membuat Melati merutuk kesal dalam hati. Mengapa malam ini ia harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Dokter Juna?"Tidur saja, kalau sudah sampai nanti saya bangunkan. Saya tahu kalau siang tadi kamu ada operasi. Kamu pasti kelelahan," ucap Juna sambil menekan tombol sehingga bangku penumpang yang diduduki Melati perlahan bergerak hingga posisinya lebih landai dan nyaman untuk beristirahat."Terima kasih," sahut Melati."Sama-sama. Kalau tidur kamu nyenyak, setidaknya akan mengurangi rasa bersalah saya karena sudah menculik kamu ketemu Keysa," balas Juna mengulum senyum."Kalau saja Keysa tidak menggemaskan, Anda tidak saya maafkan!""Saya tidak yakin.""Jangan berisik, Dok! Saya ngantuk!""Selamat tidur, Bidadari Bumi ...," lirih Juna tersenyum tipis."Gombal!" batin Melati yang memilih pura-pura tidak mendengar.Dua jam berlalu, Juna akhirnya tiba di basemen apartemen Melati
Setelah menidurkan Keysa di ranjang bayi, Lea duduk termenung di sisi tempat tidur berukuran king size itu. Kemelut pikirannya tak sempat membuatnya berlama-lama mengagumi penthouse milik Angga. Ada masalah berat yang memenuhi kepala Lea.Masalah itu adalah ... Seno.Lea tak menyangka jika pria itu tinggal sementara di apartemen ini. Lea sendiri awalnya ingin ikut pulang bersama Melati dan Juna. Namun, Keysa mendadak rewel saat melihat Lea juga beranjak."Bagaimana kalau Mas Angga tahu kalau aku pernah tidur dengan sahabat baiknya? Mereka berdua bahkan terlihat sudah seperti saudara," batin Lea resah.Lea tak menampik jika di lubuk hatinya ia juga ingin memiliki sebuah keluarga. Apalagi memiliki seorang anak yang secantik dan selucu Keysa. Ungkapan kesungguhan Angga padanya pun dapat ia rasakan adanya ketulusan dari pria diktator itu."Sebaiknya, aku jujur aja sama Mas Angga. Lebih baik semua ini terungkap lebih awal daripada dia tahu belakangan. Aku nggak mau dia tahu dari orang lai
Rasa takut, tegang dan resah menyelimuti Lea. Namun, ia juga tidak bisa memulai hubungan dengan kebohongan. Sebelum ia mengakuinya pada Angga, ia harus memastikannya lebih dulu.Apakah benar pria yang tidur dengannya adalah Seno atau orang lain?Apakah Seno menjualnya pada seorang pria asing atau seorang mafia?Jika benar pria itu adalah Seno atau orang lain. Apakah Seno sudah memberitahukan hal itu pada Angga?"Seingat saya, Anda membawa saya masuk ke dalam kamar 1002. Saya juga ingat kalau Anda memanggilkan staf hotel untuk membantu saya. Saya muntah di kamar mandi dan staf hotel itu membantu memapah saya ke ranjang. Tapi setelah itu, saya tidak ingat apa yang terjadi sampai ...." Lea terdiam dan teringat bagaimana kacaunya ia saat menyadari telah kehilangan keperawanannya."Sampai apa?" tanya Seno memasang wajah datar.Saat ini ia tengah berusaha menahan tawa melihat Lea gelagapan. Mirip seperti anak gadis yang sedang disidang ayahnya karena menginap di luar."Katakan saja, karena
Seno meneguk kopi seduhannya lebih dulu lalu berkata, "Lea takut lo pecat dari Tanufood. Dia juga takut kalau lo buang dia ke pulau terpencil. Dia takut ngaku sama lo, karena dia nggak perawan lagi pas nikah sama lo. Katanya dia diperawanin sam mafia. Mafia yang rambutnya gondrong dan punya tato kepala harimau di punggungnya!" pungkas Seno menunjuk tepat ke wajah Angga sembari tertawa lepas.Ekspresi wajah tegang Angga perlahan memudar. Pria itu justru ikut tertawa seperti halnya Seno. Lea yang menatap kedua pria itu dengan penuh kebingungan dan rasa frustasi."Mas Angga nggak marah? Aku udah nggak perawan, Mas. Aku bukan gadis baik-baik. Aku nggak pantes buat jadi istri kamu. Apalagi jadi mamanya Keysa," ungkap Lea dengan linangan air mata.Angga berdeham lalu berlutut di depan Lea. Ia menggenggam sebelah tangan kecil dan lembut itu. Kemudian, sebelah tangannya terulur naik mengusap pipi Lea yang basah."Malam itu, kamu main kabur aja tanpa lihat wajahku lebih dulu?" tanya Angga."Ka
Lea memukul lengan Angga dan pria itu tertawa renyah. Angga duduk di samping Lea dengan posisi memunggunginya. Tak ada tato kepala harimau yang seperti yang Lea bayangkan. Hanya ada bekas luka jahit dan bekas luka seperti luka terbakar."Tatonya sudah aku hapus sejak aku memutuskan untuk mengambil tanggung jawab atas Keysa. Aku tidak mau dia sampai ketakutan melihatnya," ujar Angga saat merasakan jemari Lea menyentuh sisi punggungnya yang memiliki bekas tato yang dihapus."Dia rela menghapus sesuatu yang selama ini melekat di tubuhnya demi keponakannya. Konon katanya, tato menjadi sebuah kebanggaan atau memiliki arti tersendiri untuk mereka yang memasangnya. Tapi demi keponakannya, Mas Angga rela menghapusnya," batin Lea terkesan."Apa kamu mau memaafkanku? Tidak peduli seberapa lama waktu yang kamu butuhkan, aku pasti akan berusaha mendapatkan maaf dari kamu, Lea,” ucap Angga. Sudah lama ia ingin mengatakannya, tapi ia takut Lea membencinya.“Mas, a-aku cu-”“Tapi tolong, jangan ting
Senyum yang pudar dan kantung mata yang menebal. Sorot mata kosong dan keheningan yang tak kunjung pergi. Diamnya Angga membuat pria itu seperti mayat hidup. Suaranya hanya terdengar saat menenangkan Keysa.“Ga, lo cukuran dulu gih! Udah tiga hari loh ini. Keysa nanti malah takut lihat papanya sendiri. Jangan salahin gue kalau nanti dia lebih milih ikut gue ketimbang sama lo,” ungkap Juna.Angga hanya mengangguk seolah tak benar-benar menyimak ucapan sepupunya. Setelah membaringkan Keysa, Angga hendak ke ICU. Namun, kedatangan Melati menunda niatnya.Gadis bar-bar sahabat istrinya itu memaksanya makan siang lebih dulu. Melati mengancam akan melaporkan kelakuan Angga yang mulai tidak waras itu saat Lea sadar nanti.“Ya terserah Anda saja. Sekali saya bilang bakalan buka mulut sama Lea, tak ada yang bisa mencegah. Biar saja, Lea tahu. Anda pikir, saya mengatakan ini karena Lea akan memarahi Anda nantinya? Tidak, Tuan Anggara Yang Ter
Gani menoleh lalu menjitak kepala Seno. Ya ampun, Seno baru tahu kalau kebiasaan Angga itu adalah warisan sifat dari Presdir Tanufood ini. “Ampun, Om.”“Jangan berpikir yang tidak-tidak!”“Iya, maaf, Om. Terus, yang tadi om bilang itu maksudnya apa? Kehilangan lagi? Kehilangan apa, Mo?” desak Seno.Gani menghela napas panjang. “Lea keguguran. Angga sama sekali tidak tahu kalau Lea hamil. Dokter menduga Lea sendiri belum menyadari kalau ada janin yang tumbuh dalam rahimnya.”“Dia mungkin berpikir kalau perubahan kecil di tubuhnya karena efek program induksi laktasi yang Lea laku- humpp.” Seno membelalak menutup mulutnya sendiri.“Om sudah tahu kalau Lea melakukan prosedur itu. Om juga tahu kalau demi Keysa dia melakukannya. Padahal, ada resiko untuk tubuhnya sendiri dari keputusannya itu,” ucap Gani mengusap sudut matanya.Hari ini, kebahagiaan yang dirasakannya han
“Jadi Lea hamil? Hamil anak kami?” batin Angga yang matanya berkaca-kaca. Baru saja ia kehilangan calon anaknya.“Innalillahi ...,” lirih Angga yang merasakan dinding lorong itu perlahan menyempit. Menghimpit tubuhnya yang kini terasa remuk.Tatapan mereka kini beralih pada Angga. Pria itu tampak lebih syok sampai nyaris tidak bisa berdiri dengan tegak. “Kamu kenapa tidak bilang kalau Lea hamil?” tanya Ivanka.Angga menggeleng pelan sembari berkata, “Aku tidak tahu.”Sang dokter mengangguk lalu berkata, “Kemungkinan besar, Ibu Lea juga belum menyadari kehamilannya. Usia kandungannya memang masih muda, baru memasuki minggu keempat atau usia satu bulan. Umumnya wanita hamil belum merasakan gejalanya. Pendarahan yang dialaminya tadi, membuat janinnya kekurangan oksigen. Ditambah dengan efek racun yang menyebar di area lukanya.”Sejam kemudian, Lea sudah dipindahkan ke ICU. Di sampingnya, Angga duduk meggenggam tangan istrinya.Hal yang tengah dirasakan pria itu sekarang adalah terguncang
Tangis Keysa tak juga berhenti. Bayi itu melihat Lea dibawa pergi oleh Angga meninggalkan dirinya. Panggilan mama yang mereka dengar dari Keysa bagaikan goresan sembilu. Bayi cantik itu seakan tahu bahwa mama angkatnya tidak sedang baik-baik saja.Sejak tadi Angga mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Kembali mendengar tangisan Keysa yang terbangun membuatnya lekas menghampiri Ivanka. Mereka baru saja tiba setelah proses pemeriksaaan awal.“Sini, sama papa, Sayang,” kata Angga mengambil alih Keysa.Belum ada satupun dari keluarga Angga yang beranjak. Seno, Putra dan asisten Gani yang saat inI bergerak untuk masalah penyerangan teradap Lea.Masih terngiang jelas teriakan Angga. Begitu menghampiri Lea yang tergeletak tak berdaya, Angga berteriak kencang. Ia tidak membolehkan siapapun keluar dari ballroom dan gedung kantor Tanufood sebelum diperiksa oleh staf keamanan dan pihak kepolisian.“Pappapa ...,” lirih Keysa.
Banyak yang mempertanyakan asal-usul dan latar belakang Lea. Mereka penasaran, Lea sebenarnya berasal dari keluarga mana? Namun, masalah itu seakan ditepis dengan prestasi risetnya.Sikapnya yang sopan dan berkelas. Kelembutannya pada cucu sang presdir. Ditambah lagi tatapan penuh cinta dan kekaguman dari Angga. Mereka mewajarkan jika seorang Gani Hartanuwiguna dan Ivanka menerima gadis itu sebagai menantunya.Setelah Lea naik ke panggung dan menerima trofi penghargaannya. Ia mengundang suaminya untuk menemani di panggung. Dengan polosnya Lea mengungkapkan jika kakinya lemas karena banyak pasang mata yang tertuju padanya.Setelah Lea, kini satu persatu karyawan berprestasi lainnya naik ke panggung. Mereka mendapatkan reward sesuai prestasi dan kinerja mereka. Termasuk Seno yang mewakili kerja sama antara Adecoagro dan Tanufood.“Congratulations!” ucap seseorang yang menghampiri Seno dengan membawa sebuah buket.Kehadiran model cantik itu nyatanya turut mencuri panggung. Apalagi meliha
Melihat penampilan Lea malam ini membuat Angga terpukau. Istri lugunya tidak tampak seperti gadis belia. Gaun dan riasannya menegaskan jika Lea adalah wanita dewasa.“Aku kelihatan aneh ya, Mas?” tanya Lea sambil memutar tubuhnya di depan Angga.“Apa Melati yang merekomendasikan penampilanmu malam ini?” tanya Angga.Lea mengangguk mantap sambil tersipu kala melihat senyum suaminya. “Sahabatmu layak dapat bonus.”“Bonus? Bonus apa?” tanya Lea penasaran.“Beasiswa pendidikan spesialis sepertinya bonus yang tidak akan dia tolak,” jawab Angga.Mata Lea kembali berbinar. Ia tahu bagaimana jatuh bangunnya Melati menanbung untuk bisa kuliah spesialis. “Beneran, Mas? Melati kalau denger langsung pasti bakalan joget-joget kayak member blackpink.”Angga mengangguk dan mengajak Lea keluar. Di ruang tamu sudah ada Seno dengan penampilannya yang paripurna. Tuxedo mewah menambah kadar ketampanannya. Begitu juga dengan Keysa yang tampak cantik di gendongannya.“Ayo, Papa, Mama, kita berangkat!” ucap
Sejak Melati menegaskan padanya untuk berhenti menyukainya, Juna pun mulai menjaga jarak. Bukan untuk menyerah, melainkan mencoba memberi Melati ruang. Tepatnya ruang rindu yang diharapkan Juna.Melati menikmati hidupnya seperti biasa. Namun, harus ia akui jika setiap kali tiba di rumah sakit, ada sesuatu yang hilang. Namun, ia justru mengira sesuau yang hilang itu adalah karena rasa kesepian setelah Lea memutuskan tinggal bersama suaminya.Mendapatkan undangan langsung dari CEO Tanufood untuk menghadiri acara penting perusahaan itu, tak Melati lewatkan. Pasalnya, Angga membocorkan sebuah rahasia penting tentang prestasi Lea. Karena itulah, sore ini Melati menyempatkan diri mampir ke pusat perbelanjaan untuk membelikan Lea hadiah.Saat mendapat pesan dari ayahnya, Melati setuju untuk duduk bersama. Ayahnya juga diundang dalam acara itu. Kali ini ia tidak ingin melewatkan kesempatan sejak ayahnya meminta maaf.Ayahnya memang sudah berjanji akan memberikannya keadilan. Keadilan yang bah
Ketidakhadiran Lea di kantor selama sebulan terakhir menghadirkan banyak tanya. Banyak rekan kerjanya di Tanufood yang penasaran ke mana Lea. Pasalnya, karyawan di tim Adecoagro juga mencarinya.“Aku heran loh, ke mana Lea sebenarnya? Masa anak Adecoagro malah nanya ke aku?” ungkap salah satu karyawan bagian quality control.“Apa jangan-jangan ... Lea dipecat? Anak Adecoagro bilang, Lea nggak ada di kantor pusat Adecoagro,” tambah rekan yang lain.Tatapan mereka beralih pada sang ketua tim. Bukankah pria itu harusnya tahu ke mana perginya sang bawahan?“Kayaknya Lea cuti panjang. Mungkin dia hamil. Soalnya saya tidak sengaja lihat dia di rumah sakit, keluar dari ruangan dokter spesialis kandungan,” jawab pria itu.“Hamil?” gumam mereka kompak mengernyit.“Kalian lupa? Lea kan pernah bilang kalau dia sudah menikah sama petani?”“Kasihan juga ya, jadi Lea. Padaha
Dari cerita Lea semalam, Angga tidak bisa menerka tujuan kedatangan kedua orang tuanya. Benarkaah hanya sekedar kangen Keysa? Akal sehat Angga mencoba menerima walau itu sulit.Namun, menyadari mereka datang ke rumahnya saat ia tidak berada di rumah. Bahkan tidak mengabarinya, membuat Angga menaruh curiga. Rasanya ada udang di balik batu.Sebelum ke kantor, Angga sengaja mampir ke rumah orang tuanya. Lebih baik bertanya langsung tujuan mereka datang ke rumahnya. Ia tidak yakin jika Lea berkata jujur sepenuhnya. Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan hal buruk dan hanya bercerita yang baik-baik saja.Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan sikap kasar orang tuanya. Ia cukup mengenal watak ayah dan bundanya. Keegoisan mereka bukanlah hal yang baru dalam hidupnya.“Tumben kamu pagi-pagi datang ke rumah?” tanya Ivanka terkejut bukan main.Ada apa dengan putra bungsunya ini? Gani sendiri sampai terheran-heran karena Angga datang tanpa kabar