Sebuah mobil berhenti di depan toko bunga. Rosalina yang sedang merapikan bunga dalam sebuah pot besar spontan mendongak dan melihat ke arah mobil. Sepertinya itu mobil Giselle.Setelah penglihatan Rosalina pulih, Giselle pernah pulang dan membawa pergi mobil. Rosalina ingat plat mobil Giselle. Mobil Giselle adalah mobil BWM seri 7 yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-18. Rosalina ingat begitu Giselle mendapatkan kunci mobil, dia sengaja pamer di depan Rosalina dan berkata Rosalina tidak akan pernah bisa memiliki mobil sendiri, juga tidak akan bisa mengendarai mobil. Karena Rosalina buta.Rosalina merasa suara tawa Giselle saat pamer di depannya seakan-akan masih bergema di telinganya. Sekarang, Rosalina punya mobil sendiri, juga punya beberapa mobil mewa. Namun, dia masih belum bisa mengendarai mobil. Itu fakta. Rosalina sudah mempertimbangkan untuk mengikuti ujian SIM, tapi dia belum punya waktu.Rosalina sibuk dengan pekerjaan sekaligus harus mulai mempersiapkan pernikahanny
“Kalian berdua anggap aku pengemis,” tuding Giselle.Rosalina berhenti menatap Giselle dan terus menggunting batang bunga sambil bersikap acuh tak acuh. “Kamu punya tangan punya kaki. Cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Aku punya uang, tapi aku nggak akan kasih ke kamu.”“Rosalina, aku punya hak atas sebagian aset keluarga Siahaan. Jangan harap kamu dan Jordan bisa ambil semuanya,” teriak Giselle. “Kakak macam apa kamu ini? Sebentar lagi mau Tahun Baru, kamu bahkan nggak kasih aku uang untuk rayakan Tahun Baru.”“Sebentar lagi semua orang libur Tahun Baru. Kamu malah suruh aku cari pekerjaan? Sekalipun aku pergi cari kerja, aku juga nggak bakal dapat uang untuk Tahun Baru. Nggak ada uang, aku bakal mati kelaparan. Cepat kasih aku uang. Aku mau bayar kontrakan, isi bensin, beli kue dan baju baru untuk Tahun Baru nanti.”Rosalina tetap tidak menatap Giselle. Dia hanya berkata dengan dingin, “Jordan dapat harta yang diberikan orang tuamu. Dia punya banyak uang. Tapi saat liburan musim
Bagian mana dari aktingnya yang tidak bagus sehingga menunjukkan celah? Giselle palsu merasa dia sudah melakukan yang terbaik.“Kenapa aku nggak punya aura nona dari keluarga kaya? Memangnya orang buta seperti kamu punya? Rosalina, sekalipun sekarang kamu bisa melihat lagi, di mataku kamu tetap si buta. Buta, buta!”“Kalaupun aku seperti tomboi, preman, itu semua juga karena kamu dan Jordan. Kalian berdua sudah monopoli harta keluarga Siahaan dan nggak mau kasih aku sepeser pun. Jordan bilang dia akan kasih aku 30 atau 40 juta per bulan, tapi kamu suruh dia kasih aku 6 juta saja. Beberapa waktu lalu aku menjalani operasi kecil. Jordan baru naikkan jadi 10 juta per bulan. Uang segitu bisa buat apa? Buat makan sekali dua kali saja sudah habis.”Rosalina tetap mengatakan hal yang sama, “Kamu punya tangan punya kaki, masih muda masih sehat. Kamu bisa cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Kalau nggak bisa kerja yang susah, kamu bisa seperti kedua tantemu. Demi cari uang, jadi tukang bersi
“Aku nggak akan pergi. Kamu coba saja suruh mereka aku usir aku. Aku akan teriak sepanjang hari di tokomu, biar kamu malu. Toh, reputasiku sudah rusak. Tapi kamu beda. Sekarang kamu menantu keluarga Adhitama.”“Aku nggak takut kamu nggak peduli dengan reputasimu. Sekalipun kamu benar-benar nggak peduli, keluarga suamimu juga nggak peduli? Sekalipun mereka melindungi kamu, orang lain tetap akan bicarakan kamu, bilang kamu nggak pantas jadi menantu keluarga Adhitama. Kalau bukan karena kamu, seharusnya akulah yang akan menikah dengan Calvin. Kamu yang rebut kebahagiaanku.”Rosalina tertawa sebentar. “Kalau kamu bisa, ambil saja kembali apa yang kamu anggap kebahagiaan itu. Kalau nggak bisa, nggak usah teriak-teriak di depanku. Seharusnya? Seharusnya aku juga nona keluarga Siahaan. Tapi bagaimana cara kalian perlakukan aku? Awalnya banyak harta keluarga Siahaan yang seharusnya jadi milikku. Bukankah semua itu juga diambil orang tuamu?”“Sejak awal kamu dan mamamu yang bermimpi ingin menda
Giselle palsu ditugaskan menjadi pengganti Giselle dalam waktu yang terlalu singkat, sehingga dia tidak sempat memperhatikan apakah ada ciri khusus pada tangan Giselle yang asli.“Suruh dia lepaskan aku. Tanganku sakit. Aku nggak akan pukul kamu lagi.”Giselle mulai ketakutan. Ada pengawal yang begitu hebat di samping Rosalina. Jika dia berani menyentuh Rosalina barang sehelai rambut pun, dia yakin dia akan kehilangan kedua tangannya.Rosalina duduk kembali di meja kasir, lalu memberi isyarat kepada pengawalnya untuk melepaskan Giselle.Si pengawal melepaskan tangan Giselle, tapi dia tidak pergi. Sebaliknya, dia berdiri tidak jauh dari Giselle sambil menatap Giselle dengan waspada. Giselle terus menggosok pergelangan tangannya dengan tangannya yang lain. Pergelangan tangannya memerah, kentara sekali seberapa kuat tenaga yang digunakan pengawal keluarga Adhitama.Saat ini, dua mobil berhenti di depan toko Spring Blossom. Yang satunya mobil mewah, yang satunya lagi sepertinya mobil penga
“Aku dengar Bu Rosalina buka sebuah toko bunga dan tokonya sangat besar. Bunga-bunga di toko juga sangat indah. Aku sudah lama ingin datang dan melihat-lihat, tapi nggak pernah punya waktu. Kebetulan sekarang adik iparku sedang libur, jadi nggak perlu aku antar jemput ke sekolah setiap hari.”“Mumpung ada waktu luang, aku keluar jalan-jalan. Baru ingat kalau besok ulang tahun mama mertuaku. Aku sudah siapkan kado ulang tahun untuk mama mertuaku. Tapi masih kurang bunga. Aku baru ingat Bu Rosalina buka toko bunga. Jadi aku langsung ke sini.”Lisa sangat menghayati perannya sehingga Rosalina pun tidak ingin mengeksposnya. Sebelum dia melepaskan topeng Lisa, dia tidak bisa bilang kalau Lisa adalah Giselle.“Bu Lisa sangat berbakti. Mau beli buket bunga sebesar apa, Bu? Biar aku bantu pilihkan bunganya. Dijamin mama mertua Bu Lisa pasti suka.”“Aku jadi menantunya, kasih buket bunga yang sederhana atau yang cocok untuk kasih ke mama mertua saja. Buket bunga terbesar biar papa mertuaku yang
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa