Dengan cepat Olivia berkata, "Aku tahu. Hanya ketika baru hamil dan aku masih belum mengetahuinya, aku banyak beraktivitas di luar sehingga merasa perut bawahku nyeri. Setelah aku tahu sudah hamil, aku juga terkejut."Saat itu dia juga tidak berani memberi tahu Stefan karena takut lelaki itu khawatir. Memikirkan bahwa Olivia tidak bisa pergi jauh untuk bulan madu karena hamil membuat Stefan berencana membawanya berkeliling di Mambera. Olivia mengatakannya karena mempertimbangkan dia akan kelelahan jika perjalanan jauh.Stefan menghela napas lega ketika mengetahui bahwa itu hanya kejadian masa lalu. Setelah tahu Olivia hamil, perempuan itu sudah mengurangi pekerjaannya. Dia tidak akan ikut Amelia keluar ke sana kemari.Kerja di kantor tidak membuatnya kelelahan karena fisiknya cukup kuat. Bagaimanapun, perempuan itu pernah berlatih bela diri dan tidak dimanja sejak kecil.Sebenarnya Stefan ingin menyarankan Olivia tetap istirahat di rumah setelah libur menikah. Namun, dia tahu Olivia ti
Olivia terus tertidur hingga keesokan harinya. Sebelum melihat jam, dia mengira hari sudah gelap. Ketika dia mengambil ponsel di nakas, Olivia baru menyadari bahwa hari sudah pagi.Suaminya sudah bangun pagi-pagi sekali. Tanpa perlu ditanya juga tahu bahwa lelaki itu turun untuk mempersiapkan sarapan untuknya. Olivia terbangun dengan perut lapar. Namun, karena tidur cukup lama, dia merasa kondisinya sangat baik.Perempuan itu langsung turun dari kasur dan mendapat bahwa di bawah kasur ada keponakannya, Russel. Olivia terkesiap dan tidak mengerti kenapa bocah itu ada di kamarnya?Melihat Russel tidur di bawah kasur tanpa selimut dengan setelan jas yang sudah diganti membuat Olivia menebak kemungkinan bocah itu masuk ketika Stefan bangun. Kemudian Russel tertidur ketika menunggunya bangun.Olivia merangkak ke bawah kasur dan hendak menggendong keponakannya. Namun, bocah itu terbangun ketika baru saja digendong.“Tante,” panggilnya yang membuat Olivia meleleh. Kemudian kedua tangannya mem
Russel langsung menggelengkan kepala dan berkata, “Aku nggak mau. Kalau nggak pulang bersama Tante, Mama mau bawa aku ke sekolah.”Olivia terdiam dan dia terkekeh sambil berkata, “Hari ini hari Sabtu, meski kamu pulang, kamu juga nggak perlu sekolah. Russel, bilang sama Tante seberapa nggak suka kamu sekolah?”“Waktu awal-awal sekolah, kamu sangat senang. Baru sebulan lebih kamu sudah nggak suka sekolah?”Russel memanyunkan bibirnya dan gumam, “Bukan nggak suka juga. Aku hanya merasa di rumah lebih menyenangkan.”“Kalau mamamu dengar, kamu akan diomelin lagi. Waktunya sekolah, sekolah yang benar. Waktunya main, maka mainlah dengan puas.”Russel menunduk dan berkata, “Tante, aku tahu. Mama juga bilang begitu. Aku akan sekolah dengan benar biar lebih baik dari Liam. Ketika main, maka mainlah dengan puas.”“Tante, ketika libur panjang, Tante akan membawaku mencari Liam?”Russel masih merindukan teman mainnya.“Tunggu libur sekolah saja baru pergi. Kamu harus belajar yang benar. Ketika li
Olivia langsung menyerahkan tanggung jawab pada Stefan sebelum anaknya keluar. Lebih baik dia mengurus kehidupan anaknya saja. Masalah tugas sekolah dan yang lainnya diserahkan pada Stefan. Lelaki itu sangat tegas, dia pasti bisa mengurus anaknya dengan baik.“Baik, aku saja,” kata Stefan sambil tertawa.Stefan sudah membeli cukup banyak buku untuk mendidik anak sebagai persiapan.“Lapar? Sarapan sudah aku siapkan.”“Sudah lapar dari tadi. Aku baru mau bawa Russel turun, tapi kamu sudah masuk.”Stefan menggendong keponakannya dan menggandeng Olivia sambil berkata, “Ayo, kita turun untuk sarapan.”Setelah keluar dari kamar, Olivia menyadari rumah tersebut sangat sepi. Dia tahu jika semua orang tengah tertidur.“Kemarin malam kamu jam berapa balik kamar?” tanya Olivia dengan perlahan.“Aku masuk kamar begitu langit gelap. Tadi pagi waktu bangun, aku tahu dari pengurus rumah kalau kemarin malam banyak yang mabuk. Akibatnya semua orang mabuk,” kata Stefan sambil tertawa.Kemarin malam, rat
“Nenek, pergilah, nanti aku akan keliling-keliling.”Kehidupan ketika libur menikah memang menyenangkan. Tidak perlu bangun pagi untuk bekerja dan tidak perlu mengurus pekerjaan. Hanya perlu makan dan minum dengan baik.Nenek tertawa dan berkata, “Setelah aku sarapan, kita berdua keliling-keliling lagi.”Setelah mereka selesai makan, Nenek baru masuk ke rumah. Olivia menunggu perempuan tua itu sarapan hingga Russel tertidur di pelukannya.“Anak ini baru bangun dan tertidur lagi.”Olivia mengelus wajah keponakannya penuh sayang dan berkata, “Russel juga pasti kelelahan.”“Dia tertidur, aku bawa dia ke atas. Nanti kamu temani Nenek jalan dulu. Aku nggak ikut karena mau tidur sama Russel.”Stefan kemarin malam sudah kembali ke kamar cukup awal. Dia seperti tidur cepat, tetapi sesungguhnya lelaki itu tidak bisa tertidur karena terlalu antusias. Lelaki itu terlelap setelah berbaring di kasur cukup lama. Pagi ini dia bangun cukup awal untuk menyiapkan sarapan.Yang paling penting, Stefan di
“Kita keluar untuk cari angin dulu. Hari ini nggak ada matahari dan sedikit berangin. Kita jalan di halaman sambil menikmati angin.”“Nenek baru saja selesai sarapan.”Nenek berkata, “Kita jalan pelan-pelan saja. Nggak perlu mengelilingi vila, hanya jalan-jalan di sekitar sini saja.”“Hari ini kamu masih muntah?” tanya Nenek penuh perhatian.Ketika Olivia hendak bilang dia masih muntah, dia teringat bahwa pagi ini dirinya tidak merasa mual. Mendadak dengan girang dia berkata, “Nenek, sepertinya sudah nggak. Hari ini aku nggak mual ketika bangun.”Setelah bangun dan mengganti pakaian, Olivia membersihkan diri dan langsung turun untuk sarapan bersama dengan keponakannya. Mungkin karena terlalu sibuk, dia lupa dengan rasa mual. Atau mungkin masa-masa mualnya sudah berakhir?Nenek tertawa dan berkata, “Akan membaik secara perlahan. Sepertinya kamu nggak seperti Tiara yang mual terus hingga melahirkan. Kami juga bisa merasa tenang.”Semuanya khawatir dengan Olivia yang akan muntah hingga pe
Olivia berkata, “Nenek, aku nggak buat diriku tertekan. Biarkan semuanya berjalan begitu saja.”“Nenek, aku nggak memberi tekanan pada diriku. Biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.”Nenek berdeham dan berkata, “Iya, jalani saja. Anak lelaki dan perempuan itu jodoh dan berkah.”“Nenek ada sembilan cucu lelaki, kelak akan ada sembilan cucu menantu perempuan. Pasti ada seseorang yang bisa mengabulkannya.”Nenek terkekeh dan berkata, “Nenek kemungkinan nggak akan hidup selama itu untuk melihat mereka semua menikah dan memiliki anak.”Sandy masih sekolah. Tunggu lelaki itu menikah masih harus sepuluh tahun lagi. Nenek tidak yakin dia bisa hidup puluhan tahun. Dia merasa mungkin bisa hidup delapan hingga sepuluh tahun lagi. Setelah itu, dia akan mencari pasangannya untuk berkumpul kembali.Anak cucu memiliki keberuntungan masing-masing, selanjutnya tergantung pada nasib mereka sendiri.“Nenek.”“Iya, Nenek nggak bahas ini lagi. Kita jalan-jalan di kaki gunung saja.”“Nenek bisa lel
Sebenarnya, dia bisa pulang sendirian. Lelaki itu ada rumah di Harfa Residence. Hanya saja dia tidak tenang meninggalkan Odelina dan takut perempuan itu kesepian. Sehingga Daniel memutuskan untuk menginap di sana.Odelina juga tidak mengusirnya dan hal itu membuat Daniel cukup terkejut.Meski Odelina belum memastikan hubungan dengannya, seiring berjalannya waktu, Odelina akan terbiasa dengan kehadirannya. Kemungkinan juga akan mengizinkannya masuk dalam kehidupan perempuan itu.Daniel sendiri juga tidak lagi mengungkapkan perasaannya. Keduanya bersama dan bisa saling merasakan kasih sayang yang tulus di antara mereka.“Aku terbiasa bangun pagi. Kemarin malam tidur lebih awal. Begitu langit terang, aku langsung terbangun.”Daniel tersenyum melihat kondisi perempuan itu yang jauh lebih membaik. Mata yang kemarin membengkak karena menangis sudah tidak bengkak lagi. Hal itu membuat Daniel menjadi lebih tenang.Orang yang sudah menahan terlalu lama akan merasa hancur ketika bebannya dikelua