“Apa Pak Calvin dan Bu Rosalina pacaran?” tanya si pelayan itu. “Memang apa hubungannya hal ini sama kamu?” tanya Rosalina dingin. Si pelayan sempat terdiam lalu berkata, “Bu Rosalina, Bu Sinta dan Bu Giselle nggak pernah suka sama Bu Rosalina ketika mereka tinggal di sini. Mereka selalu berusaha menindas Bu Rosalina. Tapi kami nggak bisa melakukan apa pun ketika mereka menindas Bu Rosalina, sekalipun kami bersimpati sama Ibu. Karena Bu Sinta yang merekrut kami untuk bekerja di sini.”“Bu Rosalina pastinya juga tahu kalau saya nggak pernah melakukan apa pun yang bisa menyakiti Ibu. Hanya saja, kami memang nggak pernah menghiraukan Bu Rosalina. Pelayan ini tidak pernah menghiraukan Rosalina, makanya dia juga tidak pernah menyakiti Rosalina. Si pelayan ini memang bukan orang baik, tapi dia juga bukan orang jahat. “Sekarang Bu Sinta dan Bu Giselle sudah masuk penjara. Kemungkinan besar Bu Sinta akan menerima hukuman yang cukup berat, sedangkan Bu Giselle bisa bebas dalam beberapa tahu
Stefan langsung berdiri dan berjalan menuju lantai atas. Dia sama sekali tidak peduli dengan masalah adiknya. “Kak!”“Pergi sana!”Calvin hanya bisa terdiam seribu bahasa menyaksikan kakaknya yang pergi meninggalkannya. “Dia sudah punya kehidupan yang bahagia. Makanya dia nggak peduli lagi sama kehidupan adiknya,” gumam Calvin kesal setelah Stefan menghilang dari pandangannya. Pak Arif masuk ke dalam rumah sambil membawa seikat bunga di tangannya. Calvin langsung memerintahkannya untuk memotong bunga di halaman ketika Calvin baru saja datang. “Pak Calvin, apa Pak Stefan menyuruh Bapak untuk menyiapkan sarapan? Kenapa Bapak datang pagi-pagi sekali ke sini sampai mengalahkan suara ayam pagi ini?” tanya Pak Arif.Ayam memang biasa bangun pagi-pagi sekali untuk berkokok. “Pak Calvin, saya sudah selesai menyiapkan buket bunga yang Bapak perintahkan tadi,” tambah Pak Arif sambil menyerahkan sebuket bunga yang ada di tangannya kepada Calvin. Calvin mengambil buket bunga itu dan melihatn
Russel langsung bersemangat setelah mendengar kalau dia akan membawakan sarapan untuk ibunya. “Sayang, kamu dan Russel tuh kayak ibu yang mau anterin anaknya ke sekolah setiap pagi,” ujar Stefan sambil menatap Olivia dan Russel dengan penuh senyuman. Olivia langsung menoleh ke arah Stefan. Dia ingin mengatakan kepada Stefan kenapa dia belum juga mengganti pakaiannya. Namun, ternyata Stefan sudah selesai mengganti pakaiannya. “Kamu bangun pagi, ya? Kok cepat banget kamu sudah pakai baju dan jasmu?” tanya Olivia heran. “Aku bangun pagi gara-gara orang bodoh yang lagi jatuh cinta untuk pertama kalinya,” jawab Stefan kesal. Olivia langsung bisa menebak kalau orang itu adalah Calvin.“Calvin telepon kamu? Kamu nggak tiba-tiba muncul lewat saluran telepon lalu mukul dia, kan?” tanya Olivia dengan wajah bercanda. “Sayangnya, aku nggak mukul dia. Dia itu nggak bisa ngatasin masalah kecil kayak gitu. Dulu saja, dia sering banget nertawain aku dan jadiin aku bahan leluconnya. Lagi pula, ke
Stefan meletakkan ponselnya dia atas meja lalu berkata kepada Olivia, “Nenek makin susah di ajak ngomong.”Stefan sebenarnya ingin mengatakan kalau sikap neneknya semakin licik. Namun, dia tidak jadi mengatakannya karena dia takut kata-katanya itu terdengar sampai kuping nenek dan neneknya akan langsung menghukumnya.“Tugas mak comblang kan memang begitu,” ujar Olivia sambil tersenyum.Tugas nenek hanyalah mencari calon istri untuk para cucunya dan cucunyalah yang harus mengejar calon istrinya masing-masing. Nenek tidak perlu lagi bertanggung jawab untuk hal tersebut.Nenek masih memiliki beberapa cucu lagi yang masih lajang dan beberapa di antaranya sudah mulai memasuki usia menikah. Mereka semua terlihat gugup dan panik ketika mengetahui bagaimana cara nenek mendapatkan calon istri untuk para cucunya. Setiap hari mereka terus bertanya-tanya, kira-kira perempuan seperti apa yang akan neneknya pilihkan untuk mereka?Mereka juga sudah sering merayu nenek dengan mulut manis mereka agar n
Olivia pergi ke rumah sakit bersama Stefan setelah Russel pergi belajar ilmu bela diri. Olivia sempat meminta Stefan berhenti di Spring Blossom karena dia ingin membeli bunga untuk kakaknya sekaligus berbicara dengan Rosalina. Namun, nyatanya Rosalina tidak ada di toko.“Bosmu sedang ngirim bunga, ya?” tanya Olivia kepada pegawai toko.“Bu Rosalina pergi pagi-pagi sekali untuk membeli barang. Mungkin baru akan kembali sekitar jam 10. Apa ada yang mau Bu Olivia sampaikan kepada Bu Rosalina? Nanti saya akan bilang sama Bu Rosalina agar menelepon Bu Olivia kalau dia sudah kembali,” jawab si pegawai toko.“Oke! Nanti tolong bilang sama dia ya untuk telepon aku,” ujar Olivia sambil mengangguk lalu keluar dari toko sambil diantar oleh si pegawai toko. Kemudian Olivia masuk ke dalam mobil sambil membawa buket bunga yang dibelinya seraya berkata kepada Stefan, “Rosalina sudah pergi beli barang dari pagi. Mungkin dia baru akan balik jam 10. Kamu tolong bilang sama Calvin kalau aku mungkin ngga
Daniel merasa kesal setelah mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Olivia. Perempuan ini memang pantas menjadi istri Stefan karena mereka memiliki cara pandang yang sama. Selain itu, mereka berdua juga mengutarakan hal yang hampir sama kepada Daniel.“Olivia, aku cuma mau bilang kalau aku nggak akan menyerah sampai Odelina menikah lagi,” jawab Daniel serius. Olivia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi setelah melihat kegigihan di mata Daniel. Bagaimanapun juga, Olivia memang cukup mengagumi sifat Daniel. Mereka bertiga akhirnya berjalan bersama menuju ruang rawat Odelina. Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika mereka melihat Roni sedang berdiri di dekat pintu ruang rawat Odelina. Roni terlihat berdiri sendirian di sana tanpa di temani ibu ataupun kakaknya. Dia juga terlihat membawa buket bunga dan termos sup di tangannya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya untuk dia bawa. Olivia tampak terkejut ketika melihat Roni di depan pintu ruang rawat Odelina. Apa
Stefan langsung memberi isyarat kepada pengawalnya dengan menggunakan tatapan matanya. Si pengawal dengan cepat mengerti maksud dari isyarat itu. Dia buru-buru menutup pintu kamar Odelina kembali setelah Olivia, Stefan dan Daniel masuk ke dalam ruang rawat Odelina. Roni langsung merasa kesal ketika melihat Daniel membawa bunga dan termos sup yang sama seperti dirinya ke dalam ruang rawat Odelina. Dia pun berinisiatif berteriak, “Odelina ... Odelina ....”Namun, Hendra buru-buru membekap mulut Roni untuk mencegahnya kembali berteriak. Hendra masih sangat muda. Selain itu, dia juga pernah tergabung dalam dunia gangster. Jadi, seseorang seperti Roni yang terbiasa bekerja duduk di balik meja bukanlah saingan Hendra yang merupakan seorang anak muda berusia 18 tahun. Hendra membekap mulut Roni lalu membawanya menjauh dari ruang rawat Odelina. Setelah itu, barulah dia melepaskan berkapanya dari mulut Roni. “Kamu mau membekapku sampai mati, ya?” ujar Roni kesal.Kemudian dia kembali berkat
Olivia melihat Daniel keluar dengan terburu-buru. Kemudian dia menatap Stefan yang terlihat sangat tenang seakan dialah yang mengendalikan Daniel untuk bersikap seperti itu. Kemudian Stefan juga ikut keluar untuk mengantar Daniel. “Olivia kamu kan juga sibuk sama tokomu. Jadi, sudah sana urus tokomu dulu saja,” ujar Odelina. “Nggak kok, Kak. Aku di sini saja jagain Kakak,” balas Olivia. “Aku nggak perlu kamu tungguin lagi, kok. Aku sudah baikkan. Aku juga sudah bisa bergerak lebih bebas. Aku pasti sudah keluar dar rumah sakit hari ini kalau bukan karena dokter yang melarang aku,” ujar Odelina yang teringat akan tanggung jawabnya di restoran.“Kakak harus dengarkan perkataan dokter. Kakak masih harus dirawat di rumah sakit beberapa hari lagi. Lagi pula, Kakak juga nggak boleh langsung kerja setelah keluar dari rumah sakit. Kakak masih harus banyak istirahat di rumah,” ujar Olivia. “Kakak sudah dirawat di rumah sakit lebih dari 2 minggu. Kakak bisa tambah sakit kalau masih harus tid
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap