"Halo, Sayang? Ada apa?" Arayi berucap ketika telepon tersambung. "Mas! Aku harus ini ke kantor Mas Arayi, kebetulan aku diminta atasanku nemenin dia buat bahas projek kerja sama kita!" Di seberang sana, Kanara tampak excited.Arayi mendengkus geli, berusaha menyembunyikan tawanya yang akan menyembur mendengar nada semangat dari sang istri."Iya, Sayang." Arayi membalas seadanya. Sementara tangannya masih sibuk mencari-cari berkas yang ia butuhkan."Nanti kan kebetulan banget aku datangnya sebelum makan siang, gimana kalau sekalian aja kita makan siang bareng, gimana?" Kanara masih berucap dengan nada antusias.Arayi menganggukkan kepalanya meskipun Kanara tidak bisa melihatnya. "Ide bagus, nanti kabarin aku kalau kamu udah sampai di kantorku.""Siap, Mas! Sampai ketemu nanti yaaa." Setelahnya, telepon dimatikan. Arayi kembali sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa saat berlalu sampai suara ketukan berhasil menarik atensi
"Kanara, tunggu!" Arayi berusaha mengejar Kanara yang telah berjalan keluar setelah mendengar pernyataan dari Jessica.Air mata telah tumpah membasahi pipinya. Kanara tidak mengerti alasan kenapa ia menangis. Ia hanya merasa terlalu kesal dengan Andriana, dan semakin kesal lagi saat ia mengetahui bahwa Andriana adalah mantan pacar Arayi.Perempuan itu terus berjalan tanpa mempedulikan tatapan-tatapan penasaran dari karyawan kantor Arayi. Rasa kesalnya sudah terlalu menguasai sampai tak memikirkan sekitar lagi.Sampai kemudian Arayi berhasil meraih tangannya dan membuat langkahnya terhenti. "Hei .... dengerin Mas dulu," ucap Arayi seraya menggenggam kedua tangan Kanara."Dengerin apa? Dengerin Mas ngomong kalau selama ini Andriana itu pernah jadi pasangan Mas dan kalian saling mencintai, begitu?!" balas Kanara marah. Air mata semakin membanjiri wajahnya, ia terisak pelan karena terlalu kesal."Nggak gitu, Sayang. Mas minta maaf .
Ucapan Arayi waktu itu berhasil membuat Andriana tidak menghubunginya lagi. Sudah terhitung tiga hari perempuan itu tak mengiriminya pesan atau menelponnya. Arayi cukup tenang dan lega mengetahui itu. Ia jadi bisa lebih fokus pada Kanara tanpa memikirkan Andriana yang terus mengganggunya."Jadi udah sepakat nih ya permintaan kedua Mas Arayi itu pengen punya anak dari aku?" Kanara bertanya seraya mengambil iPad yang ada di tangan Arayi, mengalihkan sebentar perhatian lelaki itu dari kerjaannya.Arayi mengangguk, ia menarik pinggang Kanara sampai terduduk di pangkuannya. "Iya, Sayang," balasnya. Sejujurnya Arayi sempat lupa akan tiga permintaannya pada Kanara karena tak tahu apa yang ingin ia minta.Kanara mengangguk, tangannya memegang bahu Arayi, sementara tangan yang lain memeluk erat iPad milik suaminya. "Oke, aku usahain dalam sebulan ini bisa kasih dua garis di tespack. Tapi Mas Arayi juga harus bantu aku!"Arayi terkekeh geli mendengar penutu
Arayi mengantongi ponselnya dengan rasa panik di dada. Telepon dari Andriana cukup memberi tahunya bahwa perempuan itu tidak baik-baik saja. "Kanara, aku harus pergi," ucap Arayi dengan wajah paniknya.Kanara yang awalnya sibuk membersihkan hasil dari kekacauan yang mereka buat di dapur menoleh dengan raut keheranan. "Ke mana, Mas? Kuenya aja belum matang tuh.""Ada urusan penting, aku harus pergi sekarang." Arayi masih berekspresi panik yang semakin membuat Kanara kebingungan."Urusan penting apa? Kerjaan? Kok bisa malam-malam begini? Mas juga kenapa panik banget?" tanya Kanara bertubi-tubi, tentunya ia ingin mendapat kejelasan sebelum membolehkan Arayi pergi.Sementara itu Arayi semakin khawatir pada Andriana. Ia mengusap wajahnya kasar. "Aku sebentar aja kok, nanti langsung pulang kalau urusannya udah selesai, oke?"Pada akhirnya, Kanara terpaksa mengiyakan. "Kalau ku chat Mas harus balas ya, pulangnya harus cepet."
"Jadi, kenapa lo sampai ngundang gue kemari? Tiba-tiba banget." Itulah yang pertama kali diucapkan Alea begitu sampai di kediaman Arayi dan Kanara. Ia heran sendiri saat Kanara menelponnya di jam 9 malam dan menyuruhnya untuk ke sana."Gue gak punya temen, Bu Ani udah tidur, Mocca juga," jelas Kanara seraya memimpin jalan menuju ruang tengah."Lah? Laki lo di mana?" Alea bertanya dengan raut keheranan. Ia menghempaskan badannya di atas sofa dengan mata yang tak beralih dari sang sahabat.Kanara mengendikkan bahunya, "Keluar, katanya sih ada kerjaan mendadak, tapi gue agak gak yakin."Kanara berjalan menuju dapur untuk mengambil kue yang tadi ia buat. Sementara itu Alea memilih merebahkan badannya di atas sofa panjang sambil memainkan ponselnya selagi menunggu Kanara kembali."Gue baru bikin ini tadi sama Mas Arayi sebelum dia pergi tiba-tiba, cobain deh, semoga enak." Kanara meletakkan piring berisi potongan kue di meja. Ia lalu menyalaka
"Andriana gimana?" tanya Arayi pada Jessica di seberang sana. Ia memang menelpon temannya itu untuk mengetahui kondisi Andriana. "Udah mendingan, lo gak mau ke sini buat ketemu dia?" "Gak, gue ada urusan," jawab Arayi pelan. Tangannya yang lain fokus menyetir, melewati jalanan yang cukup ramai diisi oleh kendaraan-kendaraan lain.Arayi lebih dari sadar untuk tidak melakukan hal yang bisa mengundang kemarahan Kanara. Ia pernah mengiyakan untuk tidak terlalu dekat dengan Andriana dan Jessica jika bukan hal yang mendesak. Maka dari itu, Arayi tidak ingin melanggar janjinya sendiri. Perihal Andriana, Arayi memang sangat khawatir padanya. Namun ia harus menahan untuk tidak bertemu mantan kekasihnya itu agar tidak membuatnya semakin berharap.Karena sekarang, Arayi hanya ingin fokus pada kebahagiaannya dengan Kanara. Terlepas dari perasaannya pada Andriana yang masih tertinggal.Terdengar dengkusan kasar dari seberang sana. Tampaknya Jessica kesal karena Arayi tidak ingin menemui Andrian
"Aku mau memutuskan pertunangannya sama Aryan." Andriana langsung berucap tanpa aba-aba. Hal itu berhasil membuat kedua orang tuanya melotot kaget."Ngomong apa kamu ini?! Gak ada yang boleh membatalkan pertunangan kalian!" ucap Sarah, ibu dari Andriana."Kalian akan menikah tahun depan, memutuskan pertunangan kalian hanya akan merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga Aryan!" tambah Aditya selaku ayahnya.Sudah Andriana duga bahwa reaksi orang tuanya akan seperti ini. Andriana sudah tak heran lagi."Aku gak mencintai Aryan," ungkap Andriana yang mengundang dengkusan dari sang ibu."Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Pernikahan tetap bisa dilaksanakan tanpa berlandaskan cinta, seperti apa yang Mami dan Papi lakukan."Andriana menggelengkan kepalanya. "Aku gak akan bisa mencintai Aryan, aku mencintai Arayi!" Andriana menekankan suaranya di akhir kalimat. Ia merasa terlalu lelah menjelaskan pada kedua orang tuanya ba
Andriana tak menggubris pertanyaan Kanara. Ia mencoba mengintip dari balik badan Kanara dengan maksud mencari Arayi."Arayi ada?" tanya Andriana dengan raut yang tampak menyebalkan di mata Kanara."Ngapain nyari suami saya? Mbak ada urusan apa ke sini?" tanya Kanara dengan wajah dongkol. Ia telah kehilangan respect dengan perempuan di depannya ini setelah segala sikap menyebalkan Andriana padanya.Kanara lebih dari paham cara menjaga Arayi agar tidak terlalu dekat dengan Andriana. Terlebih dengan status mereka yang adalah mantan kekasih. Tentunya Kanara semakin hati-hati dan tidak ingin hal buruk terjadi, seperti cinta yang bersemi kembali contohnya.Meskipun Kanara sangat percaya pada Arayi, namun Andriana belum tentu bisa dipercaya kan? Kanara tidak ingin Arayi digoda oleh perempuan ini. Pokoknya, Andriana tidak boleh menyentuh Arayi seujung jari pun."Saya ada urusan, kamu gak perlu tau, gak penting juga buat kamu. Ini menyangkut hubun
ByurrArayi menceburkan badannya pada kolam renang. Lelaki itu muncul ke permukaan setelah menenggelamkan diri selama setengah menit.Tatapannya jatuh pada Kanara yang memakai cardigan berwarna biru seraya memeluk dirinya sendiri. Tampaknya perempuan itu sedang kedinginan."Gak mau ikut berenang juga?" Arayi sadar, pertanyaan itu hanya sebagai pemecah keheningan di antara mereka. Karena sudah dipastikan Kanara tidak akan mau ikut menceburkan badannya ke dalam kolam di malam hari.Kanara menggeleng, ia duduk di kursi santai sambil masih melirik Arayi yang berenang sangat cepat. Perempuan itu menggigil beberapa kali karna suhu yang kelewat dingin. Kebetulan, tadi baru saja hujan."Gak dingin kamu, Mas? Masa berenang pas lagi kaya gini, aku mending selimutan di kasur," ucap Kanara.Arayi kembali memunculkan kepalanya, "Dingin, tapi seru," jawabnya."Kamu emang sering berenang malam gini ya, Mas?" Kanara bertanya, ia berjala
Arayi melirik takjub berbagai macam makanan yang terhidang di meja makan. Ini masih pagi, namun Kanara sudah memasak banyak makanan yang membuat Arayi keheranan."Kamu ngapain masak makanan sebanyak ini?" tanya Arayi dengan alis berkerut. Ia memandang Kanara yang berdiri di depannya seraya memangku Mocca.Kanara mengendikkan bahunya, "Pengen aja, sih."Arayi semakin keheranan dibuatnya. Masalahnya, makanan yang dimasak Kanara bukan porsi yang sedikit, belum lagi tidak hanya ada satu jenis makanan di sini. Arayi bahkan sampai tak habis pikir, kenapa istrinya ini selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga?"Ini .... terlalu banyak, Kanara," ucap Arayi.Kanara mengangguk, membenarkan perkataan Arayi. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya memandang Arayi dengan cengiran khas. "Bahan masakan udah pada mau layu, Mas. Jadi daripada dibuang, mending dibikin makanan aja. Sekalian aku belajar masak yang lain dan gak itu-itu aja."
Tatapan Kanara kini tertuju pada Arayi. Matanya menatap tajam sang suami selagi berujar, "Jelasin sekarang!"Arayi menganggukkan kepalanya, "Mau ku jelasin dari mana?""Dari awal, semuanya!" jawab Kanara.Arayi lagi-lagi mengangguk, "Oke.""Jadi .... aku menikah sama kamu memang karena putus dari Andriana. Kamu udah tahu kan sebelumnya bahwa Araya lah yang seharusnya menikah sama kamu, tapi karna Araya belum siap dan bertepatan aku yang baru putus, jadi aku yang mengajukan diri buat menggantikan Araya menikahi kamu," ucap Arayi memulai ceritanya.Baru awal, Kanara sudah memelotot tak terima, ia hendak melayangkan protes jika saja Arayi tak lebih dulu bersuara."Jangan protes dulu, oke? Aku jelasin semuanya." Arayi mengusap-usap punggung Kanara sembari lanjut menjelaskan. "Aku sama Andriana putus karena Andriana dijodohkan orang tuanya dengan Aryan. Andriana gak bisa menolak, jadi dia menerima perjodohan itu dan meninggalkan aku. Kebetulan hubungan kami waktu itu memang tidak direstui
"Emang lo tuh gobl*k banget masalah cewek, gak bisa mikir, otak lo ditaruh di mana sih? Di dengkul?!" serang Araya begitu kembarannya menyelesaikan ceritanya mengenai permasalahannya dengan Kanara.Arayi mengusap wajahnya putus asa, ia kelewat lelah dengan semuanya. Permasalahan Andriana dan Kanara belum juga kunjung surut, malah sekarang jadi semakin parah. Arayi tak bisa menyelesaikannya sendiri, itulah alasan kenapa ia sekarang berada di apartemen sang kembaran yang kebetulan baru saja pulang bekerja.Bayangkan saja, posisi Araya sekarang tengah kelelahan karena baru saja menangani banyak pasien seharian ini. Lelaki itu hanya ingin istirahat, namun kedatangan sang kakak kembaran justru membuatnya harus menunda istirahatnya."Terus gue harus gimana? Kanara marah banget sama gue," ucap Arayi frustasi, jas kerja masih melekat di badannya. Lelaki itu tak sempat untuk sekedar melepas jas kerjanya akibat terlalu kalut."Lo tuh!" Araya meremas rambutn
"Bahkan meski aku bilang aku akan memaafkan Mas Arayi pun, Mas tetap diam. Itu artinya benar ya, Mas? Apa yang dikatakan Andriana itu benar?"Kembali, setetes air mata keluar dari sudut matanya yang lain. Kanara berusaha menahan tangisnya dengan menutup mulutnya. Rasa sesak itu bertambah berkali-kali lipat sakitnya.Kanara menggelengkan kepalanya tak percaya, napasnya tercekat, ia hendak pergi dari ruang kerja Arayi tatkala suaminya itu berucap."Kanara .... Mas minta maaf.""Aku gak butuh permintaan maaf Mas Arayi! Aku butuh penjelasan dan Mas Arayi gak menjelaskan apapun!" seru Kanara tanpa berbalik menghadap Arayi."Aku gak nyangka bahwa Mas Arayi berani menikah di saat perasaan Mas Arayi masih untuk wanita lain! Aku gak nyangka kalau selama ini aku gak begitu berharga sampai dijadikan sebagai pelarian. Aku sakit hati banget, Mas, asal kamu tau aja."Kala itu Arayi tak bisa mengatakan apapun, bahkan sesederhana kalimat penenan
Kanara mendengkus kasar, ia menghempaskan tangan Arayi dengan ekspresi dingin. "Oke, tinggal lihat nanti Mas bisa buktiin ucapan Mas atau enggak." Arayi menghela napasnya. "Mas mencintai kamu Kanara," ucapnya tiba-tiba. Kanara berdecak kesal. Ia memandang sang suami dengan mata menyipit. "Setengah mencintai aku! Setengahnya lagi mungkin buat orang lain. Asal Mas Arayi tahu, aku gak bakal maafin Mas hanya dengan Mas Arayi bilang begitu!" Kanara benar-benar pergi setelahnya, meninggalkan Arayi yang frustasi di tempatnya. Membujuk Kanara ternyata lebih sulit dari apa yang ia kira. Kanara terlanjur marah besar padanya. Semoga setelah ini tak ada lagi masalah yang menghampirinya. ••• "Gue gak nyangka kalau hubungan Mas Arayi sama Andriana itu lebih dari sekedar mantan pacar," ucap Kanara pada Alea di seberang sana. Perempuan itu menempelkan telepin genggamnya pada telinga untuk mendengar balasan dari sang sahabat.
"Untuk apa lagi kamu menemui aku gini, Na?" tanya Arayi begitu ia duduk di depan Andriana.Andriana menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Harapan aku satu-satunya cuma kamu, Ar. Tolongin aku, aku gak bisa terus-terusan terjebak sama Aryan. Dia mukul aku lagi tadi, dia gak mau memutuskan hubungan kami."Arayi mengusap wajahnya. Kemarahan Kanara sudah cukup membuatnya frustasi, ia tidak ingin Andriana semakin menambahinya. "Kamu bisa minta tolong Jessica, Liam, atau Kevin. Kenapa harus aku?" tanya Arayi. "Karna aku pengennya sama kamu!" ucap Andriana dengan tangis yang telah menghiasi pipinya.Arayi mengacak rambutnya. Tangannya terkepal kencang, napasnya memberat karena rasa kesal yang mendominasi."Bukannya aku udah bilang kalau aku gak bisa? Jangan nyari penyakit, Na, cukup sampai sini kamu memohon sama aku seperti ini."Andriana menggelengkan kepalanya. Keinginannya masih tetap sama, ia tak akan menyerah selagi Arayi masi
Andriana tak menggubris pertanyaan Kanara. Ia mencoba mengintip dari balik badan Kanara dengan maksud mencari Arayi."Arayi ada?" tanya Andriana dengan raut yang tampak menyebalkan di mata Kanara."Ngapain nyari suami saya? Mbak ada urusan apa ke sini?" tanya Kanara dengan wajah dongkol. Ia telah kehilangan respect dengan perempuan di depannya ini setelah segala sikap menyebalkan Andriana padanya.Kanara lebih dari paham cara menjaga Arayi agar tidak terlalu dekat dengan Andriana. Terlebih dengan status mereka yang adalah mantan kekasih. Tentunya Kanara semakin hati-hati dan tidak ingin hal buruk terjadi, seperti cinta yang bersemi kembali contohnya.Meskipun Kanara sangat percaya pada Arayi, namun Andriana belum tentu bisa dipercaya kan? Kanara tidak ingin Arayi digoda oleh perempuan ini. Pokoknya, Andriana tidak boleh menyentuh Arayi seujung jari pun."Saya ada urusan, kamu gak perlu tau, gak penting juga buat kamu. Ini menyangkut hubun
"Aku mau memutuskan pertunangannya sama Aryan." Andriana langsung berucap tanpa aba-aba. Hal itu berhasil membuat kedua orang tuanya melotot kaget."Ngomong apa kamu ini?! Gak ada yang boleh membatalkan pertunangan kalian!" ucap Sarah, ibu dari Andriana."Kalian akan menikah tahun depan, memutuskan pertunangan kalian hanya akan merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga Aryan!" tambah Aditya selaku ayahnya.Sudah Andriana duga bahwa reaksi orang tuanya akan seperti ini. Andriana sudah tak heran lagi."Aku gak mencintai Aryan," ungkap Andriana yang mengundang dengkusan dari sang ibu."Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Pernikahan tetap bisa dilaksanakan tanpa berlandaskan cinta, seperti apa yang Mami dan Papi lakukan."Andriana menggelengkan kepalanya. "Aku gak akan bisa mencintai Aryan, aku mencintai Arayi!" Andriana menekankan suaranya di akhir kalimat. Ia merasa terlalu lelah menjelaskan pada kedua orang tuanya ba