Share

BAB 33

last update Last Updated: 2024-01-14 13:39:19

“Mau kuantar ke mana?” Vatra membuyarkan lamunan Silia.

“Terserah kamu saja. Aku sedang tak tahu mau ke mana.” Silia masih menatap keluar kaca mobil dengan pandangan kosong.

“Kau sudah makan?”

“Aku tak berselera makan.”

“Kalau mau, kita pergi ke restoran kenalanku yang baru buka.”

“Tidak usah. Aku tak mau mengganggu selera makan orang-orang saat mendengar aku muntah.”

Vatra bisa melihat kesedihan dari raut wajah Silia. Sebagai orang yang pengertian, ia memilih untuk tak bertanya apa-apa lagi. Vatra sengaja membiarkan Silia hanyut dalam pikirannya sendiri.

“Kamu mau lihat pantai atau ke taman kota?” Vatra menawarkan salah satu dari dua tempat favorit Silia.

Wanita yang sedang hamil muda itu hanya memandanginya dengan tatapan seolah meminta pendapat.

“Atau mau main ke rumahku?” Vatra menggoda Silia.

“Ketiga tempat itu juga boleh.” Silia akhirnya tersenyum. Ia tahu kalau Vatra hanya sedang berusaha untuk menghiburnya.

“Benarkah?” Vatra senang melihat Silia mengiyakan. “Jadi,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 34

    “Kau ke mana saja semalaman? Kenapa tidak pulang? Apa kau tak tahu kalau aku ketakutan sepanjang malam?!”Silia mencecar Roby dengan pertanyaan saat pemuda itu datang pagi ini. Wajah lelah dan lesu Roby terlihat begitu ia membuka topi yang menutupi kepalanya.Roby memilih untuk tak mengindahkan pertanyaan Silia. Ia terus berjalan masuk ke dalam rumah dan bersikap seolah punya kesibukan.Roby mengambil handuk dan baju bersih di dalam lemari. Ia mau mandi. Namun tiba-tiba saja Silia menahan tangannya.“Tolong lepaskan. Aku mau mandi dan tidur.”“Kenapa denganmu, Roby?! Apa kini kau secara terang-terangan menunjukkan kalau kau tak menyukaiku? Kau sudah tak mau melanjutkan pernikahan ini? Mau melanggar perjanjian kita?!” Silia marah karena merasa tak dipedulikan.Semalaman ia menunggu Roby dalam keadaan takut. Karena tak lama setelah Vatra pulang, Silia terbangun dan menyadari kalau Roby tak ada. Padahal sudah hampir tengah malam. Roby tak kunjung datang dan tak mengangkat panggilan

    Last Updated : 2024-01-16
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 35

    “Kau dari mana?” Roby bertanya kikuk.“Aku tadi keluar mau cari masakan siap saji, buat kamu makan.”“Buat apa beli itu? Aku sudah belanja kan kemarin?” “Aku tak bisa masak.” Silia menunduk malu. Menjadi wanita yang sama sekali tak tahu mengolah dapur adalah sesuatu yang menjadi kekurangannya.Roby membuang nafas. “Biar aku yang memasak. Kau cukup duduk manis di rumah, tak usah ke mana-mana. Apalagi sampai pergi keluar berjalan kaki hanya untuk mencari makanan. Ini adalah daerah yang asing buatmu. Bagaimana kalau kau tersesat atau terjadi sesuatu yang buruk?”“Maaf. Aku hanya ingin mencoba berbaur dengan warga sekitar. Dari sejak pindah ke sini, aku belum pernah menyapa tetangga. Tadinya aku juga tak berniat keluar. Tapi aku pikir, kau pasti lapar. Dan semalam mungkin kau tak sempat makan. Jadi aku berinisiatif untuk keluar cari makanan.” Silia masih menunduk. Ia takut Roby memarahinya seperti tadi pagi.“Jadi kau sempat menyapa tetangga?” kedua mata R

    Last Updated : 2024-01-19
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 36

    “Aku akan menarik kata-kataku dulu, yang bilang bahwa selama menikah, aku tak akan menjalankan kewajibanku sebagai seorang suami. Mungkin aku pernah mengatakan bahwa aku akan mengurus diriku sendiri, dan kau mengurus dirimu sendiri. Tapi sekarang aku menarik semua perjanjian itu.”Silia mengecilkan matanya. Alisnya bertaut. “Aku tak mengerti apa maksudmu Roby?”“Silia, aku sudah memutuskan untuk bersikap layaknya seperti seorang suami bagimu. Aku tahu, pernikahan kita ini hanya sebuah perjanjian yang akan segera berakhir, begitu kau melahirkan. Tapi waktu yang hanya beberapa bulan ini, akan aku gunakan sebaik mungkin untuk membuat diriku menjadi seorang suami yang berguna. Yang benar-benar menjaga dan melindungi istrinya.”Silia menggeleng, semakin bingung. “Tapi kenapa kau mau melakukan hal seperti itu, Roby? Aku tak pernah meminta apalagi memaksamu.”“Memang. Ini adalah keinginan atas kesadaranku sendiri.”“Iya. Tapi kenapa?” Roby tak langsung menjawab. Ia memandang Silia sej

    Last Updated : 2024-01-31
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 37

    Yesika mematut diri di depan cermin.“Ah, cantik sekali. Kalung seindah ini mana cocok kalau Silia yang pakai. Memang lebih tepat kalau perempuan secantik aku yang mengenakannya. Kalung ini akan kupakai saat nanti bertemu lagi dengan Vatra. Dia pasti kagum saat melihat benda berkilau ini menghiasi leher jenjangku.” Yesika memuji dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.Ia tersenyum-senyum sendiri, mengingat kejadian tadi siang saat mengantar ibunya ke pasar.Meski awalnya sempat marah-marah karena diajak pergi belanja sayur di tempat yang panas dan bau, siapa sangka ia justru berjumpa dengan Hanisa, Ibunda Vatra.Yesika tentu saja langsung berusaha mengakrabkan diri. Kesempatan bagus tidak mungkin ia lewatkan begitu saja. Meski baru sekali bertemu dengan Hanisa, Yesika mengingat wanita itu dengan baik ketika mereka berkenalan di hari pernikahan Silia dan Roby.Hanisa bahkan sempat memujinya tadi siang.“Kamu benar-benar calon istri dan menantu idaman. Padahal secantik ini, tap

    Last Updated : 2024-02-02
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 38

    “Bagaimana rasanya?” Silia memandang Roby yang sedang menyendokkan kuah ke mulut.Pemuda itu mengecap beberapa kali sambil memandang Silia yang terlihat menanti penilaian dengan penuh harap.“Ini sayur lodeh atau kolak?” godanya.Silia mengambil sendok di tangan Roby dan ikut mengecek rasanya.“Apa terlalu manis? Aku tadi Cuma beri sedikit gula.” Silia merasa kalau tak ada yang salah dengan masakannya.Meski baru belajar, Silia yakin rasanya tak mungkin aneh.“Coba sini aku rasa lagi. Tapi tolong ambilkan mangkok plastik kecil.” Silia mengambilkan barang yang diminta. Roby terlihat menyendok isi sayur lodeh agak banyak ke dalam mangkok dan mengambil tempat duduk.“Enak tidak? Kenapa malah makan sayur?”“Enak.” Sahut Roby pendek sambil melahap makanannya dengan lahap.“Tadi katanya manis.”“Oh, mungkin karena tadi aku makan sambil melihat kamu.” Roby menjawab cuek.“Maksudnya?” Silia tak paham.“Yang manis bukan sayur lodehnya, tapi kamu.”Roby mengaduh saat Silia memuku

    Last Updated : 2024-02-04
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 39

    “Silia, buka pintunya!”Gedoran di luar terdengar semakin keras, mengejutkan Silia yang tadi sempat terlelap tidur. Saat melihat jam di ponselnya, waktu sudah menunjukkan hampir jam 3 pagi.Dengan mata yang masih terasa sepat, ia bangun untuk keluar membuka pintu rumah.“Ini sudah jam berapa, kenapa kau baru---pulang?” Silia terkejut melihat keadaan Roby yang tak seperti biasanya.Mata pemuda itu memerah dan seperti tak mampu menahan bobot badannya sendiri.“Apa kau mabuk Roby?!”“Minggir, aku mau lewat!” Roby menghalau Silia yang menghalangi jalannya dengan tangan kiri.“Roby....”Silia yang tak puas hati karena Roby tak menjawab pertanyaannya, mengikuti langkah Roby dari belakang. Namun ia langsung panik saat pemuda itu roboh begitu saja di depannya.“Aku tak apa-apa! Menyingkirlah. Aku bisa bangun sendiri.”Roby berusaha bangun namun kakinya terasa tak bertulang, ia kembali jatuh setelah sempat berjalan sempoyongan beberapa langkah. Akhirnya tetap saja Silia yang membantu

    Last Updated : 2024-02-07
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 40

    “Kok tumben Mama ke sini?” Silia meletakkan secangkir teh hangat di atas meja untuk Amira.“Mama Cuma kangen. Lagi pula, ada yang mau bicarakan sama kamu.” Amira celingak-celinguk, memastikan tak ada Roby di sekitar mereka.“Roby lagi ke kamar, Ma. Dia tak mungkin dengar kalau kita ngomong pelan-pelan,” ujar Silia, seolah tahu isi hati ibunya.“Begini, sekitar beberapa hari yang lalu ada Vatra datang ke rumah. Dia menemui Mama dan menitipkan sesuatu untuk diberikan kepada kamu.”“Menitipkan sesuatu? Beberapa hari yang lalu?”“Iya.” Amira mengangguk.“Menitipkan apa, Ma?”“Sebuah kalung. Cantik sekali. Dan sepertinya mahal. Dia bilang sudah lama dia beli waktu masih di Singapura. Katanya untuk kamu.”“Kenapa dia tak memberikannya langsung padaku? Baru-baru ini aku bersama Vatra seharian. Tapi dia tak ada mengatakan apa pun soal kalung.”“Kamu seharian sama Vatra? Memangnya pergi ke mana? Apa Roby tidak cemburu?” Amira terlihat heran mendengar pengakuan anaknya.Sementara itu

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 41

    “Ini memang kalung yang kau berikan pada Silia. Tapi aku tidak mengambilnya.”Jawaban Yesika membuat kening Vatra berkerut heran.“Lantas, bagaimana bisa ada denganmu?” tanyanya.“Silia memberikannya padaku. Dia bilang, kalung ini tak boleh berada di tangannya. Dia sudah punya suami, tak pantas menerima hadiah dari laki-laki lain dalam bentuk apa pun dan dengan alasan apa pun. Roby bisa marah kalau sampai tahu. Dan dia tak mungkin akan berbohong selamanya. Karena itu, dia memberikan kalung ini padaku.”Vatra menurunkan pandangan, seakan masih sangsi akan pengakuan Yesika. Haruskah ia percaya? “Kalau memang dia tak bisa menerimanya, kenapa tak dikembalikan saja padaku?” Vatra bertanya dengan lesu.“Tentu saja karena dia tak enak hati. Dia tak mau terlihat menolak apalagi membuang barang pemberianmu. Karena itu dia memberikan ini padaku. Lagi pula, memangnya kau berharap kalung ini dikembalikan kalau Silia tak menginginkannya? Apa kau merasa sayang karena harganya sangat mahal? K

    Last Updated : 2024-02-13

Latest chapter

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 61

    “Ibu jangan suka ngomong asal-asalan. Mama nggak suka orang yang kayak gitu,” kata Roby cepat, mencoba menutupi rasa malu.“Ah masa? Nggak kok,” kata Amira sambil mengusap sudut matanya. “Mama malah suka sama Bu Besan yang apa adanya kayak gini.”Roby menatap mama mertuanya, tak percaya.“Justru Mama senang. Sikap dan omongan Bu Besan benar-benar apa adanya, nggak dibuat-buat... asli banget.”Dan seperti ada tombol yang dipencet, suasana langsung mencair. Nasiha mulai tertawa, begitu pula Amira. Mereka mulai bicara santai, dari masalah kehamilan, resep jamu pelancar lahiran, sampai kebiasaan Roby kecil yang suka ngupil.Di sudut sofa, Roby dan Silia hanya bisa duduk diam, seperti dua remaja yang menyaksikan emak-emaknya bonding di atas level mereka.“Aduh, saya baru tahu, ternyata besan saya lucu banget,” kata Amira sambil mengambil sepotong kue lagi.“Saya juga baru tahu, ternyata ibu mertua anak saya ini kayak permaisuri. Cantik, pinter, kaya... aduh, kalah saya,” timpal Nasiha samb

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 60

    Silia keluar dari kamar dengan langkah pelan. Kaos oversize Roby yang ia kenakan nyaris mencapai lutut, tapi tetap tak mampu menutupi bagian depan tubuhnya yang menonjol jelas.Nasiha yang sedang duduk di sofa dengan posisi tangan menyilang langsung berdiri.“Bentar…! Berhenti di situ!”Silia refleks berhenti, tubuhnya menegang.Nasiha berjalan cepat, berhenti di depan Silia. Matanya menyipit, lalu tanpa izin langsung meletakkan telapak tangannya ke perut Silia yang bulat itu.“Ini… ini hamil?!”Roby melongok dari pintu kamar. “Lho, kok ibu bisa langsung tahu?”Nasiha melotot ke arah putranya. “Ya jelas taulah! Perutnya gede kayak gitu! Apalagi namanya kalau bukan hamil?!”“Cacingan,” jawab Roby polos.“CACINGAN PALALU!” teriak Nasiha sambil langsung menyambar sandal dan melempar ke arah Roby.Roby nyaris kena di jidat kalau saja dia tidak cepat menunduk.“Ibu sabar dulu, sabar,” katanya sambil mengangkat tangan setengah pasrah. “Silia ini bukan cewek sembarangan, Bu. Dia… dia suka ba

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 59

    Rumah itu akhirnya sepi lagi. Suara sandal emak-emak yang berisik seperti ledakan kecil setiap langkahnya sudah tak terdengar. Nasiha telah kembali ke kampung dengan koper, tas jinjing, dan keranjang yang kini berisi oleh-oleh dari anak tercinta: detergen cair, daster baru, dan entah kenapa—satu pouch lipstik.Roby mengunci pintu, lalu membalikkan badan sambil berseru lirih, “Merdeka…”Seketika itu juga, ia melompat ke ranjang, di mana Silia yang baru saja ia jemput menunggu dengan senyum malu-malu. Mereka beneran kayak pengantin baru yang lagi ketagihan malam pertama.Mereka tidak banyak bicara. Hanya ada tatapan, tarikan napas, dan tubuh yang saling menemukan dalam keheningan malam. Roby mencium keningnya pelan, lalu turun ke pipi, lalu ke leher. Silia mengerang pelan, “Tunggu dulu... aku mandi dulu ya. Aku pengap.”Roby tertawa pelan. “Kamar mandi Cuma satu. Kalau kamu kelamaan, aku nyusul.”“Terserah. Asal jangan rekam-rekam. Aku belum pakai lipstick waterproof.”“Bisa dihapus. T

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 58

    Dengan tergesa, Roby mulai meraih pakaian dari kursi, sementara Silia juga ikut panik, berusaha bangkit dan berpakaian semampunya meski perutnya makin besar.“Kamu harus pergi dulu. Sekarang,” ujar Roby cepat. “Kita ke rumahmu. Aku antar.”“Tapi kita belum sarapan. Kamu belum...” Silia menunduk, wajahnya merah padam.Roby menatapnya sejenak, lalu mendekat, mencium kening Silia dengan dalam.“Nanti. Malam ini. Atau besok. Yang jelas... ini belum selesai, oke?”Silia tak bisa menahan senyum walau gugup. Ia mengangguk pelan, lalu menyambar jaket tipisnya. Roby masih mendesis pelan karena harus menahan hasratnya sendiri, tapi waktu tak memberi pilihan.Dalam waktu sepuluh menit, mereka sudah di atas motor, menembus kabut pagi yang masih menggantung tipis. Silia memeluk Roby dari belakang, tak tahu kenapa, hatinya mendadak berat saat mereka berhenti di depan gerbang rumah mewah milik orangtuanya.“Jangan lupa bilang kamu lagi jomblo parah,” kata Silia, mencoba bercanda meski suaranya sedik

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 57

    Silia menatap ke bawah, menggeleng lirih. “Dulu kupikir... itu yang terbaik. Aku merasa itu satu-satunya cara untuk menebus aibku. Aku sudah bersumpah tak akan menikah lagi seumur hidup. Aku hanya ingin jadi ibu... yang cukup bagi anakku.”Ia mengangkat wajahnya perlahan, matanya mulai berkaca.“Tapi sekarang… setelah semalam… setelah kau memperlakukanku seperti aku layak dicintai…” suaranya pecah, “aku mulai takut. Takut... berharap.”Roby bergeser, meraih tangannya lagi. Tapi Silia menarik diri. Bukan karena marah. Tapi karena takut.“Aku nggak yakin kau akan bahagia bersamaku, Roby,” ucapnya lirih. “Aku... bukan perempuan yang utuh. Aku bukan gadis yang bersih. Aku—”“Berhenti.” Suara Roby memotongnya, lembut namun tegas.Ia bangkit dan berdiri di hadapannya, kemudian berlutut satu kaki. Ia mendongak, menatap Silia dengan penuh keteguhan. “Kau korban, bukan pelaku. Kau perempuan paling kuat yang pernah kukenal. Dan semalam... adalah malam paling hangat yang pernah aku alami. Aku t

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 56

    Silia tak menjawab. Tapi tubuhnya tak menolak saat Roby menunduk dan mencium bibirnya lagi. Lebih dalam. Lebih hangat. Kedua tangannya membelai wajah Silia, kemudian menelusup ke belakang leher, menariknya lebih dekat.Dan kali ini, tanpa keraguan. Roby melumat bibir itu dalam keheningan yang mendesis. Nafas Silia tercekat, tapi tubuhnya ikut tenggelam, menuruti setiap tarikan, setiap tekanan lembut yang Roby beri.Silia hampir kehilangan napas, tapi tidak ingin melepaskan. Ia tak tahu, ciuman bisa terasa selembut ini... seintim ini. Roby mencium dengan kesabaran, menciptakan jeda di antara desahan mereka untuk menyisipkan napas dan rasa.Ciuman itu berkembang—dari malu-malu jadi lebih dalam, lebih panas. Roby memandu, seolah menari, seolah ingin menunjukkan bahwa ini bukan sekadar rasa penasaran.Tak ada yang tergesa. Tak ada yang dipaksa.Tangan Roby bergerak ke pinggang Silia, menarik tubuhnya lebih dekat. Mereka nyaris tak bisa bernafas, tapi tak satu pun ingin berhenti.Ciuman it

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 55

    Minggu siang itu, rumah Amira tampak ramai. Suasana arisan dipenuhi gelak tawa ibu-ibu sosialita yang saling bertukar kabar, sambil mencicipi camilan yang tersaji rapi di meja panjang. Tapi hari itu, perhatian mereka tak bisa lepas dari satu sosok yang duduk anggun di sisi kanan ruang tamu.Silia.Wajahnya berseri, makeup-nya halus tanpa cela, dan rambutnya ditata sanggul simpel dengan sedikit hiasan pearl clip di sisi kanan. Bahkan gaun polos yang dikenakannya tampak elegan berkat aura percaya diri yang ia pancarkan.Amira tersenyum penuh kebanggaan. “Anakku cantik, ya?”Salah satu teman arisan, Nyonya Kamil, mendekat sambil membungkuk sedikit, mengamati wajah Silia dengan takjub.“Amira… siapa yang dandanin Silia? Beneran deh, flawless banget. Nggak menor, tapi elegan. Look ini tuh susah banget dicapai, lho.”Amira melirik ke arah dapur, lalu tersenyum. “Yang dandanin? Roby.”“Roby?” alis Nyonya Kamil terangkat. “Suaminya?”“Iya, suaminya. Dia tuh ternyata jago makeup, bisa ngebentu

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 54

    Amira mendekat, matanya membesar. "Ya ampun, kamu cantik banget, Sayang. Astaga... ini make up tipis atau kamu habis perawatan mahal?"Silia nyengir kecil. "Make up-nya Roby, Ma. Baju juga dia yang belikan."Amira menatap Roby. "Kamu beneran dandanin Silia? Belajar dari mana?"Roby tertawa pendek. "Nggak belajar dari mana-mana, Ma. Cuma ngikutin feeling dan ngeliat sekilas di sosial media.""Wah, ternyata kamu punya bakat alam yang nggak semua orang bisa," puji Amira penuh rasa takjub.Arman tampak mengangguk pelan, lalu berdiri dan menepuk bahu menantunya. "Kalau gini terus, bukan cuma Silia yang makin cantik, kamu juga makin dapat respek dari Papa, Roby."Roby hanya mengangguk. Senang sekali, karena pada akhirnya sikap Arman mulai melunak padanya."Tapi kalian mau ke mana sekarang?" tanya Amira."Kami pamit, Pa. Ma. Hari ini kami pulang ke kontrakan. Nanti sore Roby udah harus masuk kerja lagi."Meski agak kecewa, tapi Amira dan Arman terpaksa melepaskan kepulangan anak dan menantu

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 53

    Roby tertawa pelan. "Karena aku sudah capek diam. Capek menahan semuanya seolah-olah aku baik-baik saja. Kau tahu, Silia? Aku tahu sejak awal ini semua cuma kesepakatan. Tapi kau juga tahu... tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar sanggup bersikap netral soal perasaan."Silia tak langsung membalas. Matanya mulai menyesuaikan diri dengan gelap. Ia bisa melihat bayangan Roby yang menunduk, punggungnya sedikit membungkuk seolah menanggung beban yang tak pernah sempat dibagi."Aku nggak pernah ingin bikin semua ini rumit," katanya pelan. "Aku cuma... kadang kehilangan arah. Dulu aku pikir aku sudah selesai dengan Vatra, tapi nyatanya aku belum benar-benar sembuh. Dan kamu... kamu terlalu diam. Terlalu datar. Sampai aku bingung harus bagaimana menghadapi kamu."Roby mendongak, menatapnya dalam gelap. "Lalu sekarang? Kau masih ingin kita terus berpura-pura?"Silia menarik napas dalam. Ia ingin menjawab, tapi kata-katanya terhenti di tenggorokan."Aku nggak tahu, Roby," jawabnya akhir

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status