Petugas keamanan hotel yang melihat kegaduhan itu mau tidak mau ikut mencoba melerai dan menghentikan dua ibu-ibu yang terlihat begitu menyentuhi seorang pria yang duduk di tempat tidur.
"Ma, Bibi, kalian jangan marah. Aku belum melakukan apa pun pada Mini?" ujar Rangga mengarah ke dua wanita yang berada di bawah target.
"Belum melakukan apa-apa tapi putri ku sudah tidak mengenakan apa pun seperti itu!" bentak Moura yang ingin memukul Rangga, namun langsung dihadang oleh petugas hotel.
"Bibi... Tidak percaya padaku. Kalau tidak bisa tanyakan pada Mini," ucap Rangga menatap kearah Mini yang sudah duduk di atas sofa.
"Aku... Aku..." Mini pun hanya bisa menangis kembali tanpa bisa berkata-kata.
"Min, kau itu apa-apan?" protes Rangga yang tidak mengerti dengan tangisnya Mini.
"Aku memang akan bercinta dengan M
Moura yang sudah keluar dari kamarnya, melangkahkan kaki menuju Rangga dan juga Diki. "Sebentar lagi suamiku akan datang, dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukan suamiku jika tahu putri kesayangannya di lecehkan oleh putramu!" Moura menatap pada Keyla yang terlihat mulai panik."Kak Moura, aku kan katakan jangan diperbesar masalah ini. Rangga akan bertanggung jawab dengan menikahi Mini," ucap Keyla memegang tangan Moura."Aku tidak mau menikahkan putriku dengan putramu." ucap Moura dengan tegas."Lagi pula Mini juga tidak mau menikah dengannya!" Moura menatap tajam pada Rangga."Apa? Mini menolak denganku? Aku ini pria tampan. Banyak wanita yang mau menikah denganku," ujar Rangga dengan wajah yang tidak percaya."Kau bisa diam tidak" bentak Diki yang sedari tadi mendengarkan
Dengan perasaan gelisah, Rangga berusaha untuk membuka kedua matanya, namun sangat sulit untuk menghadapinya saat juniornya masih menegang. "Aku ingin menghukum Mini, dengan tidak menyentuhnya. Tapi, kenapa sekarang aku yang merasa di hukum?" gumam Rangga dan langsung duduk di tempat tidurnya. "Mini!" panggil Rangga dengan menggoyangkan kaki Mini. "Min!" teriak Rangga dengan kencang. Membuat Mini terbangun dari tidurnya. "Ya, Mommy." Mini mengigau yang masih belum tersadar dari tidurnya. Membuat Rangga sedikit tertawa, melihat wajah Mini yang terkejut dan mengigau memanggil Mommy nya***"Ya kita semua, termasuk kau nak." jawab Dila. "Ayolah, aku ini masih bulan madu. Bahkan, bulan maduku ini baru--" "Kau jangan membantahku, semua pakaian kalian sudah diurus oleh anak buahku. Cepat masuk ke dalam mobil!" perintah Dedi dengan tegas. Diki yang tidak ingin berdebat dengan papanya langsung
"Bro, apa kau yakin Leo dan Mini Kakak Adik kandung?" tanya Rangga masih memberikan tatapan interaksi antara Mini dan Leo. "Pertanyaan bodoh! Tentu saja mereka Kakak Adik kandung." jawab Diki yang ikut menatap kearah Mini yang sedang memeluk Leo. "Kenapa mereka sangat mesra? Aku saja tidak pernah mencium Kak Dila!" ucap Rangga. "Jangan bilang kau cemburu pada Leo?" tanya Diki dengan senyuman sinisnya. "Apa? Cemburu?" seru Rangga dengan senyum sinis. "Aku hanya merasa aneh! Kau lihat Leo, bisa di bilang tampangnya sebelas dua belas dengan kita, tapi kenapa dia punya adik yang sangat- sangat -- !" Rangga menampakan wajah mengejek. Diki yang mendengar ocehan Rangga tidak memperdulikannya lagi, pikirannya sibuk dengan kutipan Novi sewaktu berada di tempat tidur. "Woi Bro,malah asik bengong." Rangga masih berbicaraa saat tahu perkataannya itu tidak di dengar oleh sepupunya. Novi, Mini dan Leo pu
"Min...!" pekik Rangga dengan sangat terkejut melihat foto yang dikirimkan oleh Diki. Rangga pun baru tersadar kalau foto-foto tadi yang dikirimkan oleh Diki adalah Mini yang terlihat cantik dan seksi tanpa kacamata dan ada polesan make up tipis di wajahnya.Rangga yang masih terkejut, langsung merasa emosi saat tahu Jika Diki sedang menikmati tubuh seksi Istrinya. "Dasar bule resek!" Rangga langsung melangkahkan kaki pergi dari klub. "Sayang, kamu mau kemana?" tanya kekasih Rangga sambil berteriak. Namun tidak dihiraukan sama sekali oleh Rangga, dengan terburu-buru Rangga melajukan mobilnya dengan kencang menuju mansion utama. Setelah dua puluh menit, akhirnya Rangga sampai di mansion utama. Rangga langsung masuk ke dalam mansion dengan langkah yang tergesa-gesa dan wajah yang memerah Rangga dengan amarah. "Diki!" teriak Rangga dengan emosi. Novi yang mendengar teriakan Kak Rangga, langsung menyuruh Mini masu
Di Universitas ternama di Jakarta Utara. Leo yang sudah memarkirkan kendaraannya di halaman kampus, ia menatap kearah di gedung kampus baru Mini. "Apa kau yakin mau melanjutkan kuliah sendiri disini?" tanya Leo. "Mini tidak sendiri, aku kan menemaninya," ujar Novi dengan senyuman. Novi merasa bahagia bisa ikut ke kampus Mini. Karena dirinya memang mau merasakan menjadi seorang mahasiswi Pascasarjana disebuah universitas. "Aku tidak apa-apa Kak, ada Novi yang menemaniku." jawab Mini. "Kakak berangkatlah ke kantor." Mini tersenyum pada Kakaknya. Leo pun menatap kearah adiknya itu lalu kemudian menatap pada Istri tuannya. "Baiklah, tapi kau harus ingat setelah selesai kuliah langsung pulang!" peringat Leo. "Dan anda Nona Novi, saya harap anda -" Leo mengakhiri perkataannya dan menatap kearah Novi dari atas sampai bawah. "Mana mungkin aku meminta Nona Novi menjaga Mini, menjaga dirinya sendi
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah