Bab 2“Jadi kamu lari ke Jepang?” tanya Hafiz setelah cukup resah menunggu jam kerjanya usai.Ia baru bisa bernapas lega saat keluar dari restoran dan melihat Aluna masih ada di sana. Kini ia dan Aluna duduk berdua, masih di dekat restoran tempatnya bekerja.Aluna menangis dan menceritakan semuanya pada Hafiz. Cerita tentang bagaimana ia diduakan, juga bagaimana ia diperlakukan oleh Abian dan Haura. Semua alasannya berada di Jepang saat ini.Hafiz yang mendengar itu ikut terluka. Dia mencintai tapi tak bisa memiliki. Abian bisa memiliki tapi tak mencintai.Cinta tak harus memiliki. Hafiz pernah begitu terluka berada di posisi ini, lalu bagaimana kini rasanya saat tahu gadis yang ia cintai, dikhianati oleh suaminya sendiri.Tak ada kata lain selain menyakitkan.Hafiz ikut lemah mendengar cerita cinta pertamanya.“Aku nggak merasa sedang lari, Hafiz! Tapi, aku merasa sedang dibuang oleh mereka dengan caranya,” kata Aluna sambil membersihkan hidungnya dengan tisu.Hafiz menatap Aluna. Ia
Bab 3“Abian …,” lirih Aluna menatap wajah itu. Wajah lelaki yang telah membuat luka terbesar dalam hidupnya.Abian terpaku sejenak saat melihat Aluna, penampilannya sangat berubah, tapi tak sampai membuatnya pangling terlalu lama. Ia sangat mengenali garis wajah Aluna meski kini ia mengenakan abaya dan hijab warna hitam.Sejak saat itu, Aluna sangat menyukai abaya warna hitam. Ia hanya merasa warna itu menarik dan cocok untuknya yang sedang berkabung.Berkabung dalam luka yang tertancap dalam di hatinya.Aluna segera meninggalkan tempat itu, ia berjalan cepat untuk keluar lewat pintu satu lagi, karena jika ia keluar dari pintu di depannya, tubuhnya pasti bertabrakan dengan Abian.“Sebentar ya, Mas,” kata Abian pada rekan kerja yang mengobrol dengannya tadi.“Aluna …,”“Aluna tunggu …,” panggil Abian.Ia membalikkan badan dan menyusul langkah Aluna ke luar.Semakin Abian mengejar, semakin Aluna mempercepat langkahnya. Hingga Aluna menyeberangi jalan dan berjalan di pinggir dengan lang
Bab 4“Ke mana adek gue brengsek?!” teriak Kayren sesaat setelah ia turun dari mobilnya, menuju Abian.Tanpa aba-aba, ia menghadiahi sebuah pukulan di wajah Abian yang juga baru memasuki halaman rumahnya, selepas pulang dari rumah sakit.Hal itu membuat Sisil yang ikut bersamanya meringis ngeri. Pertemuan amarah dua orang lelaki dewasa, tak bisa ia bayangkan akan sehancur apa. Namun, tak bisa ia cegah saat Kayren bergerak cepat, setengah berlari saat mengambil ancang-ancang menghajar Abian.Abian yang tak siap dengan pukulan itu, tubuhnya terhuyung. Seketika rasa nyeri berdenyut di pipinya.“Lo apain adek gue, hah?” teriak Kayren tepat di wajah Abian.Kayren Althaf Hussein, abang Aluna yang mendapat informasi tentang keadaan keluarganya di Jakarta, langsung pulang untuk memastikan kekacauan itu.Abian benar-benar diam tak berkutik. Ia juga berada di posisi yang sangat sulit. Saat itu, ia juga baru mendapatkan informasi bahwa Aluna lari dari rumah, entah ke mana.“Jawab!” bentaknya lag
Bab 5Aluna pulang dengan hati yang gusar. Ada yang mendadak terasa hampa, sedih yang berulang dalam hidupnya.Mengetahui kondisi mama yang lumpuh membuatnya lemas, lalu ditambah dengan mama mertua dan Haura yang sudah berpulang. Ia benar-benar meninggalkan semua cerita yang ada di Jakarta.Hingga saat ia tahu kabar itu semua, hatinya terasa cukup terpukul.Aluna pikir di sana baik-baik saja. Ia dulunya memang meninggalkan mama dalam keadaan lumpuh, tapi ia pikir mama pasti kuat dan akan sembuh sebagaimana mestinya.Aluna antara tega dan tak tega. Satu sisi ia memang masih sadar bahwa itu orangtuanya, tapi kelakuan mereka yang membuat Aluna tak bisa bertahan di sana.Ia tak bisa bertahan untuk membiarkan orang-orang terdekatnya menghancurkan hidupnya lebih jauh lagi.Yang paling membingungkan adalah ketika ia tahu bahwa Haura sudah tiada. Rasanya terlalu tiba-tiba, karena ia pikir setelah ia pergi, Abian dan Haura hidup bahagia bersama keluarganya.Tiba di rumah, Haura langsung masuk
Bab 6Tiga bulan setelah menikah, Abian dan Haura masih tinggal di villa. Masih mengurus perkebunan teh. Kadang Abian juga mengajarkan Haura tentang mengelola hasil panen agar penghasilannya tetap stabil, juga mengajarkan tentang pemasaran dan cara menjaga kualitas.Di lain kesempatan Abian juga memperkenalkan perusahannya di Jakarta, menunjukkan grafik pergerakan saham dan hal semacamnya. Tak mudah bagi Haura yang memang tak pernah mengenal dunia bisnis, ia hanya tamatan SMA.Namun, Abian tetap sabar mengajarkan Haura ini dan itu. Semua hanya persiapan untuk menjadikan Haura berharga di mata kedua orangtuanya. Menjadikan Haura perempuan kaya dan berkelas.Mereka menikmati bulan madu pertama di villa itu, dengan suasana dingin di pagi hari yang dihangatkan dengan pelukan demi pelukan.Haura benar-benar merasa aman juga nyaman bersama Abian.Namun, gadis itu tetaplah gadis pendendam. Ia meminta Abian untuk mengusut tentang kematian Anisa, temannya yang merupakan istri ke tiga sang jura
Bab 7Aluna … orang itu adalah aku, bukan orangtuamu. Yang menjebakmu dengan Abian adalah aku, bukan mama dan papa.“Nikahi dia, Mas. Sepertinya dia gadis yang baik, dan berkelas.”Setelah cukup lama Haura memikirkan itu, akhirnya ia mengizinkan Abian menikah dengan Aluna.“Gak bisa, Sayang. Aku mencintaimu, bukan Aluna! Kita akan datang ke rumah orangtuaku,” jelas Abian. Ia sudah mantap dengan keputusannya.Ia sudah siap jika harus meninggalkan kehidupan mewahnya bersama orangtuanya. Siap dikeluarkan dari garis keturunan keluarga Rajendra.“Nggak, Mas!” bantah Haura.“Aku ikhlas,” tambahnya lagi.“Whaaat? Yang benar saja, Sayang?” Abian menatap Haura dengan heran. Setahunya, tidak ada perempuan yang ikhlas berbagi suami. Dan sampai saat ini belum pernah ada niatnya untuk menduakan Haura.Kau tahu Aluna?Dibalik semua rasa nyaman dan aman, ada rasa lain yang sangat mengganggu saat aku bersama Abian.Rasa tak layak, dan tahu diri. Rasa takut jika sewaktu-waktu pernikahan ini ketahuan k
Bab 8Maafkan aku, Aluna. Aku terlalu berdosa padamu.Malam itu, Haura melancarkan rencananya. Ia mengikuti Aluna untuk mencari celah agar bisa menjebaknya. Saat itu Aluna masuk ke sebuah club, diikuti Abian yang tanpa direncanakan.“Mas … orang seperti apa kamu?” tanya Haura setelah ia menikah dengan Abian.“Aku dengar Jakarta itu sangat bebas ya. Banyak orang mabuk sesukanya. Apa kamu pernah mabuk?” tanya Haura lagi.Abian diam cukup lama. Mau mengakui tapi malu. Sejak menikah ia melihat Haura salat dan mengaji membuatnya merasa takut, seperti ada yang aneh.Namun, Haura tak pernah berani mengajaknya salat dan jadi imam. Ia hanya mengamati. Tapi, lama kelamaan Abian jadi malu sendiri, dan melakukan apa yang selama ini cukup lama ia tinggalkan. Ia salat bersama Haura.“Aku janji, gak bakalan menyentuh minuman itu lagi.” Abian berkata saat itu.Abian memang tak mengingkari janji pada Haura. Namun, mendatangi tempat itu seperti sama saja, dan malam itu tempat yang Abian kunjungi malah
Bab 9.Hafiz berdiri dengan ragu di depan pintu kamar Aluna. Sejak kemarin lusa, gadis itu tidak keluar kamar, tidak menyapanya seperti biasa dan tidak baik-baik saja.Hafiz mengerti bahwa Aluna tidak marah, karena mereka memang tidak pernah bertengkar. Namun, ia hanya sangat khawatir.Kamu baik-baik saja, Aluna?Kamu sudah makan?Kamu tidur nyenyak?Kamu menangis?Kamu masih tidur?Banyak pesan yang Hafiz kirimkan untuk gadis itu, tapi sama sekali tak mendapat balasan. Lagi-lagi Hafiz tahu bahwa Aluna tidak marah, ia mungkin hanya ingin sendiri.Namun, lagi-lagi Hafiz hanya khawatir. Ia takut Aluna kenapa-napa.Hingga pagi ini ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Aluna sebelum ia berangkat bekerja. Ia bangun terlalu pagi demi menyiapkan sarapan untuk Aluna.Meskipun sudah sering, tapi kali ini rasanya berbeda.Rasa rindu memasak untuknya, dan makan bersamanya, padahal baru dua hari mereka tak bertemu.Beberapa kali Hafiz mengetuk pintu dan memanggil nama Aluna, hingga akh
Bab 22.Minggu, Osaka.Siang ini Aluna dan Hafiz keluar dari hotel menuju mesjid tempat mereka dulunya biasa ikut kajian. Hari ini jadwal kajian bulanan mereka di Jepang.Setelah kajian, keduanya meminta teman-teman lainnya untuk tidak pulang dulu, karena mereka mengadakan tasyakuran atas pernikahannya. Hanya sekadar untuk memberitahu bahwa mereka telah menikah.“Diam-diam nikah nih ya,” kata salah satu teman Aluna.Aluna yang mendengar itu hanya bisa menatap Hafiz, dan keduanya tersenyum.Diam-diam nikah katanya, mereka tidak tahu apa saja yang telah dilalui keduanya.Meskipun mereka sudah seperti keluarga baru bagi Aluna, tapi cukuplah mereka tahu hal-hal baru saja tentangnya.“Oh ternyata Hafiz pulang ke Indo buat nikah nih,” goda teman Hafiz lainnya.“Iyalah, emangnya kamu jomblo terus!”“Lah, kamu sama aja!”“Beda!”“Beda apanya?”“Kelas kita beda. Kamu pemula, kalau aku mah senior.”“Senior jomblo, ah ngenes!”Suasana jadi lebih hangat karena candaan-candaan mereka. Karena sont
Bab 21.“Saya terima nikahnya Aluna Namira Hussein binti Farhan Adijaya dengan mas kawin tersebut tunai.” Hafiz mengucapkan itu dalam sekali tarikan napas.Ada keyakinan, keteguhan, dan kebahagiaan dalam nadanya.Aluna duduk di samping mama yang masih menggunakan kursi roda itu, di sampingnya juga ada Sisil, sahabat terbaiknya.“Sah?” tanya bapak penghulu kepada semua saksi.Mereka mengangguk dengan tersenyum sambil mengatakan, “sah!”“Alhamdulillah …,” seru orang-orang yang berhadir di sana secara bersamaan.Ada yang mengalir begitu sejuk di hati Aluna saat Hafiz berulang kali menatapnya sebelum ia menjabat tangan penghulu. Juga saatbini, setelah para saksi mengatakan mereka telah sah menjadi suami istri.Mengalir ketenangan akan sebuah keyakinan pada lelaki yang menikahinya.Apalagi kini Hafiz mendekat padanya, sejenak keduanya saling menatap dalam rasa bahagia.Hafiz memegang puncak kepala Aluna dan melafalkan doa setelah ijab kabul. Doa untuk sepasang pengantin yang benar-benar m
Bab 20.Hari itu tepat setelah keputusan sidang perceraian Aluna, saat semuanya telah selesai dan pulang, Abian menghubungi papa Aluna dan meminta waktu untuk bertemu.Farhan mengiyakan karena Abian bilang ada hal yang penting untuk dibicarakan. Sebagai seorang ayah juga seorang lelaki, Farhan memang sakit hati pada Abian, tapi kembali lagi bahwa pada dasarnya ia dan orangtua Abian sendiri yang salah.Seharusnya mereka tak memaksakan kehendak untuk kepentingan diri sendiri. Harusnya sejak awal mereka sadar bahwa seringkali tak ada yang berujung indah dari sebuah pemaksaan. Apalagi urusan hati.Keduanya bertemu di sebuah restoran mewah, dan berbicara setelah selesai makan.“Meskipun berulang kali, aku gak pernah bosan minta maaf pada papa atas apa yang kulakukan untuk Aluna. Aku baru paham ketika aku memiliki Hulya, dan aku gak bisa terima jika ada lelaki yang memperlakukan Hulya seperti aku memperlakukan Aluna. Maaf, Pa …,” ucap Abian panjang lebar.Sudah berulang kali ia meminta maa
Bab 19.Aluna maaf … aku tidak jadi pulang. Aku akan menikah.Aluna membelalakkan mata membaca pesan itu, lalu perlahan matanya mulai meredup. Ada yang terasa perih dalam dadanya.Apa maksudmu, Hafiz? Aku menunggumu sejak tadi.Aluna membalas pesan itu. Namun, sayangnya tak ada lagi balasan Hafiz setelah itu. Hanya pesan yang tercentang dua warna biru, menyisakan rasa yang teramat menyakitkan dalam hati Aluna.Perlahan raut wajahnya berubah, matanya kembali basah. Ia tak menyangka Hafiz akan memberikan luka baru untuknya. Ternyata semua lelaki sama saja, hanya menyisakan trauma bagi Aluna.Lalu, bagaimana ia kini menyembuhkan luka-luka dalam hatinya, disaat lelaki yang ia anggap adalah obat, nyatanya sama saja menyuguhkan racun paling mematikan. Mematikan jiwa dan rasa cintanya.Aluna menangkupkan dua telapak tangan di wajahnya. Ia benar-benar menangis, tak peduli ada banyak orang yang melihatnya. Ia tak habis pikir dengan jalan takdirnya.Bahkan saat ini ia masih duduk di tempat sem
Bab 18.Aku sudah bebas, Hafiz. Aku juga sudah selesai masa Iddah.Aluna mengirimkan sebuah chat beserta gambar surat cerai untuk Hafiz. Iya, dia memang ingin memberitahu Hafiz bahwa ia bebas sekarang.Gimana perasaanmu? Hafiz membalas chat Aluna.Jangan ditanya. Aku lega luar biasa. Sekarang aku menantikan nasib baru yang lebih bahagia.Kembali Aluna membalas chat Hafiz. Harusnya tak perlu ditanya, karena Aluna sudah pernah menjelaskan hal ini pada Hafiz sebelumnya.Lusa, aku akan pulang!Kata Hafiz pada akhirnya. Membaca sebaris kalimat itu membuat Aluna bahagia luar biasa.Apa alasanmu pulang adalah aku?Aluna bertanya lagi.Kamu pasti sudah tau itu!Jawab Hafiz.Kupastikan kali ini kita tak akan terhalang restu.Aluna mengakhiri chatnya dengan kalimat itu.Hari ini, tepat pukul lima sore hari, Aluna sudah tiba di bandara demi menunggu kepulangan Hafiz.Beberapa kali ia bahkan melirik ke pintu kedatangan, tapi sayangnya Hafiz belum kelihatan.Aluna tetap menunggu.Ingatan Aluna k
Bab 17.Seminggu setelah itu, sidang kedua perceraian Aluna dan Abian dilangsungkan kembali. Tidak ada hasil dari proses mediasi.“Saya telah diceraikan beberapa waktu yang lalu, disaksikan oleh keluarga saya,” kata Aluna pada pihak pengadilan.“Apakah benar?” tanya pihak pengadilan pada Abian.“Ya,” jawabnya.“Dari awal saya memang tidak mencintainya. Saya hanya terpaksa menikahinya. Sampai kapan pun saya merasa … tidak ada rasa cinta untuk Aluna,”“Saya tidak ingin terus menerus terjebak dalam pernikahan ini.”Begitu jawaban-jawaban Abian saat ia ditanyai oleh pihak pengadilan agama.Separuhnya kenyataan. Sementara separuhnya lagi adalah kebohongan.Ia memang tidak mencinta Aluna, menikah dengannya sebab terpaksa dengan latar belakang jebakan itu.Namun, setelah semua yang terjadi, setelah semua rasa bersalahnya menghampiri, ia merasa mulai ada rasa yang berbeda untuk Aluna.Sayangnya, waktu sudah tak lagi mendukung mereka bersama. Abian melepaskan Aluna, agar gadis itu tak melulu
Bab 16.Semalaman bermandikan hujan, membuat Abian terserang demam, dan tak bangun berhari-hari.Malam itu, ia tetap menunggu Aluna kembali keluar hingga pukul dua pagi ia masih duduk di teras rumah Aluna. Duduk dengan tangan terlipat di dada, menahan dingin dna gigil.Namun, sampai berapa lama pun, tak ada yang keluar. Aluna pun terlihat tak peduli.Beberapa kali security di rumah itu menyarankan Abian untuk pulang, tapi tak diindahkan oleh lelaki itu.Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya begitu dingin dari sebelumnya. Ia menggigil, tapi badannya bersamaan terasa panas. Lalu, ia memutuskan pulang dan menyetir dengan cukup hati-hati.“Beri saya obat, sepertinya saya demam!” kata Abian pada asisten rumah tangganya yang saat itu memang terjaga karena sadar bahwa beberapa jam yang lalu tuan rumah pergi entah ke mana.Paginya, Abian menyuruh seorang asisten rumah tangga untuk menghubungi seorang dokter langganan di keluarganya.“Hanya demam biasa karena Anda terlalu lama di bawah hujan. Ta
Bab 15.“Selama proses mediasi, berjanjilah jangan pernah temui aku!” Aluna menegaskan pada Abian sesaat setelah mereka keluar dari ruang persidangan.Aluna yang didampingi oleh kuasa hukum telah menggugat cerai Abian di kantor pengadilan agama terdekat.Semua bukti sudah ia kumpulkan, mulai dari video saat Abian mencium Haura, saat mereka bahagia dengan kabar kehamilan itu. Video saat Abian diam-diam jalan-jalan ke cafe bersama Haura. Juga kertas perjanjian antara Aluna, Abian dan Haura yang saat itu ditulis tangan dan ditandatangani di atas materai.Aluna menyiapkan semuanya, dikumpulkan dalam satu berkas dan diserahkan pada kuasa hukumnya.Ia berharap, dalam sekali sidang gugatan perceraiannya langsung diterima. Namun, pihak pengadilan harus melakukan proses mediasi.Aluna menjelaskan tentang awal mula pernikahannya dengan Abian. Juga kebohongan-kebohongan yang terjadi dalam pernikahan itu, yang Aluna tak bisa terima.Ia juga menjelaskan posisi Abian yang sejak awal sudah bersalah
Bab 14.“Aku menepati janji, Pa!”Setelah dari rumah Aluna, Abian pulang ke rumah orangtuanya. Ia langsung masuk ke ruangan kerja sang papa dan berbicara dengan papanya.Haris berdiri di dekat jendela, memandangi entah ke arah mana fokusnya. Ia menoleh saat mendengar suara Abian.Ia mengangguk, karena tadi sudah diberitahukan oleh Farhan bahwa Aluna sudah pulang dengan selamat.“Hulya sedang tidur siang,” kata Haris seraya menatap putranya itu.Hari ini, Abian pulang setelah menepati janji untuk membawa Aluna kembali ke rumah.Ia juga sudah lama menanti hal ini. Abian sudah sangat merindukan buah cintanya bersama Haura. Kurang lebih setahun lamanya Abian tidak bertemu dengan putrinya.Abian mengangguk lesu. Ia rindu, tapi Hulya sedang tidur, sayang jika dibanguni tiba-tiba. Abian tak sabar melihat setumbuh apa putrinya sekarang.Umurnya sudah satu tahun, pasti Hulya sudah bisa berjalan dengan baik. Ia pasti sudah memiliki gigi yang lebih kuat untuk makan.Ah, Abian melewatkan semua