PERJANJIAN DUA AKADPART 16🍁🍁🍁Aluna berdiri di depan pintu begitu ia masuk ke dalam rumah. Ia tercekat saat melihat ibu mertuanya duduk bersantai di depan televisi, sambil mengupas beberapa buah di atas meja.Diana tersenyum saat melihat menantunya baru pulang dari kampus. Ia meletakkan pisau buah saat Aluna mendekat dan menciumi pipinya.“Mama kapan datang?” tanya Aluna tak menyangka jika mertuanya akan bermain ke rumah, karena biasanya ia akan bilang saat akan berkunjung. Selama Aluna menikah dengan Abian, ibunya hanya beberapa kali berkunjung.“Tadi siang. Mama juga bawain makanan buat kalian,” Diana berkata menatap menantunya yang cantik.Meskipun Aluna tak mendapat cinta Abian, selalu diperlakukan dingin oleh lelaki itu. Namun, Aluna sangat menyayangi ibu Abian. Diana memiliki sifat yang lembut dan perhatian. Ia menyayangi Aluna layaknya anak sendiri.“Wah!” Mata Aluna berbinar mengingat masakan dari ibu mertuanya. Ia pernah beberapa kali menikmatinya, dan itu enak di lidah
PERJANJIAN DUA AKADPART 17🍁🍁🍁Waktu terus berjalan. Aluna tetap merasakan hambar dalam hidupnya, tepatnya dalam kisah pernikahannya dengan Abian. Atas usaha kerasnya, Aluna telah berhasil lulus kuliah dengan nilai yang memuaskan. Saat ini, ia telah bergabung di perusahaan milik ayahnya, seperti keinginan Farhan. Lelaki paruh baya itu bahagia melihat Aluna sudah bekerja dengannya, hanya tinggal menunggu putra sulungnya untuk menyelesaikan studi S2 di luar negeri, dan nanti akan bergabung dengannya juga.Setidaknya kesibukan bekerja sedikit mengalihkan fokusnya dari kisah yang tak diharapkan. Aluna disibukkan oleh pekerjaan, hingga saat ia pulang, tubuh itu terlalu lelah untuk memikirkan hal yang menguras energi dan hati.Rumah yang Abian berikan untuk tempat berteduh, tak seperti tujuan. Semakin Aluna ingin berteduh dengan nyaman, maka semakin gerah yang ia rasa. Gerah oleh rasa cemburu yang menggebu. Lelah oleh rasa terabaikan dan hati yang teriris oleh orang yang harusnya menja
PERJANJIAN DUA AKADPART 18🍁🍁🍁“Antara senang dan sedih sih, Mas.”“Kenapa?”Aluna terjaga di tengah malam. Seperti hampir setiap malam sebelumnya, ia tak mendapati Abian di sampingnya. Ia tahu Abian pasti sedang berada di kamar Haura. Abian memang tak meninggalkan Aluna dalam waktu yang lama, karena takut perempuan itu curiga. Namun, karena Aluna sudah mengetahui semuanya, jadi ia selalu menunggu saat Abian diam-diam keluar dari kamar. Atau Aluna sudah tertidur, tapi alam bawah sadarnya terus meminta untuk mencari tahu kapan Abian akan keluar, sebab itu ia selalu tidur dalam keadaan tidak nyenyak.Malam ini, Aluna kembali terjaga dan tak mendapati Abian di sampingnya. Ia turun dari ranjang dan membuka pintu. Sebelumnya Aluna telah memeriksa di kamar mandi, pintu itu tak terkunci, menandakan tak ada Abian di sana.Aluna keluar dari kamar. Karena malam yang sunyi, sayup-sayup ia bisa mendengar suara orang berbicara saat ia melangkah dari depan pintu kamarnya. Ia kembali meringis da
Perjanjian Dua Akad Bab 19.Aluna menyeka suduh matanya hingga kering. Kemudian ia semakin mendekat pada Abian dan Haura yang tercekat masih tanpa kata, saking terkejutnya jika malam ini mereka ketahuan oleh istri keduanya. Ah, istri kedua, Aluna begitu membenci statusnya.Ia menatap Abian dan Haura dengan senyum miringnya, yang dibalas tatapan nanar oleh Abian yang tak tahu apa yang akan direncanakan oleh istri keduanya kali ini. Aluna masih menatap keduanya, lalu tangan itu dengan cepat mengambil tissue dan segera ia ambil test pack milik Haura yang berada di dekat wastafel.Aluna tentu harus mengumpulkan banyak bukti untuk menjelaskan pada orangtua dan mertuanya, agar ia tak disalahkan atas dasar fitnah atau masih prasangka."Mama kamu pasti bahagia melihat ini. Dia menanti cucu dari keturunanmu!" Kembali Aluna tersenyum sinis seraya memfoto test pack yang memamerkan dua garis itu.Selama ini Diana, ibu Abian selalu bertanya pada Aluna tentang kehadiran seorang bayi, tanpa tahu b
PDA 20 . "Abian!" Aluna berteriak lagi memanggil nama itu. Tangisannya semakin terdengar menyedihkan. Memperlihatkan semua kelemahan yang saat ini ia hadapi. Haura masih terdiam, tapi sedikit melangkah ingin mendekat pada Aluna. Namun, langkahnya terhenti saat Aluna menatap tajam padanya dengan mata yang basah. Haura takut. Ia takut rasa kedekatannya semakin membuat Aluna terluka. Rasa tahu diri juga membuat langkahnya terhenti, ia tak ingin lebih membuat patah di hati Aluna. Sementara Abian masih menggenggam ponsel Aluna. Tak bisa dipungkiri ada hati yang merasa lega saat melihat bahwa ternyata Aluna tak mengirimkan bukti itu ke orangtuanya. Beberapa kali Abian memutar ulang video itu, yang terlihat hanya foto-foto Aluna dari kecil menggemaskan hingga momen ia wisuda, diedit menjadi sebuah video yang epik. Kemudian dikirimkan untuk ibu dna mertuanya. Gadis itu hanya mengancam dan menakuti. Namun, melihat Aluna menangis hati Abian pun merasa iba dan kini ia menatapnya dengan tat
PDA 21.Aluna terdiam mendengar penuturan Abian. Sejenak ia berpikir untuk kalimat yang baru saja ia dengar. Lalu, sebuah rencana jahat muncul di pikirannya. Abian dan Haura harus ikut merasakan kehancuran seperti dirinya, atau ketiganya harus hancur sekalian. Mungkin tak membuat hati Aluna sembuh, tapi setidaknya mereka harus mengerti apa itu rasa sakit."Lima puluh persen?" Aluna menyunggingkan senyum sinisnya. Ia bisa mendapatkan lebih dari itu dari orangtuanya.Abian mengangguk. Begitu syarat warisan ditandatangani oleh ayahnya, maka separuh dari kekayaannya akan menjadi milik Aluna. Tak ada pilihan lain, jika memang Aluna ingin berdamai dengan hartanya.Aluna menggeleng. Terlalu sedikit jumlah yang Abian sebutkan."Aku mau 90% dari keseluruhan," ucapnya.Abian terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa Aluna yang dikenal memiliki harta warisan yang tak habis tujuh turunan itu menginginkan hampir sepenuhnya dari harta Abian.Ia meraup wajahnya dengan kasar. Cukup lama ia berpikir unt
PDA 22.Setahun yang lalu ….Mobil bergerak melewati hamparan perkebunan teh yang hijau sejauh mata memandang. Abian membuka kaca mobil seraya menghirup udara segar di sekitarnya. Dari jalan yang ia lalui, terlihat banyak para pekerja yang memunggungi keranjang dan dengan cekatan memetik pucuk-pucuk daun teh hijau nan segar."Aku nggak mau, Pa. Bisnis di sini lagi naik-naiknya." Abian menolak saat papa menyuruhnya pergi ke salah satu daerah di Bandung untuk mengurusi kebun teh peninggalan sang kakek.Haris, papa Abian tak mau menjual perkebunan seluas seratus tujuh puluh hektar itu karena merupakan peninggalan orangtuanya. Bahkan banyak pemerintah daerah di sana yang meminta perkebunan teh itu untuk dialihkan menjadi resort yang akan dibeli dengan harga yang menggiurkan.Meskipun Harris terkesan egois di mata anaknya, tapi ia masih memikirkan nasib para pekerja di perkebunan dan pabrik teh yang menggantungkan mata pencaharian di sana."Lagian berapa sih untungnya, kecil kan, Pa?" tan
PDA 23.Udara pagi masih begitu dingin menusuk tulang, meskipun matahari bersinar begitu cerahnya. Setelah sarapan, Abian keluar dari villa dengan jalan kak. Tak lupa ia kenakan jaket dan kacamata hitam agar matanya tak berpapasan langsung dengan sinar matahari. Pagi ini ia ingin menuju ke rumah Pak Yatno yang sedang terbaring sakit. Sebab itu yang membuat Abian harus menggantikan Pak Yatno untuk mengurus kebun teh peninggalan kakek. Biasanya Pak Yatno yang mengurus semuanya, dan setiap bulan akan mengirimkan laporan keuangan.Abian ingin bertanya beberapa hal tentang perkebunan itu, mengingat selama ini ia tak pernah terjun langsung. Bahkan setelah kakek meninggal, ia tak pernah lagi ke sana. Terlalu sibuk dengan pendidikan dan disambung dengan pekerjaannya."Tuan ingin langsung pulang?" tanya anak Pak Yanto saat mengantar tuan mudanya ke depan gerbang.Sejenak Abian berpikir, kemudian ia memutuskan."Jika punya waktu luang, temani saya berkeliling kebun dan desa ini." Abian memint
Bab 22.Minggu, Osaka.Siang ini Aluna dan Hafiz keluar dari hotel menuju mesjid tempat mereka dulunya biasa ikut kajian. Hari ini jadwal kajian bulanan mereka di Jepang.Setelah kajian, keduanya meminta teman-teman lainnya untuk tidak pulang dulu, karena mereka mengadakan tasyakuran atas pernikahannya. Hanya sekadar untuk memberitahu bahwa mereka telah menikah.“Diam-diam nikah nih ya,” kata salah satu teman Aluna.Aluna yang mendengar itu hanya bisa menatap Hafiz, dan keduanya tersenyum.Diam-diam nikah katanya, mereka tidak tahu apa saja yang telah dilalui keduanya.Meskipun mereka sudah seperti keluarga baru bagi Aluna, tapi cukuplah mereka tahu hal-hal baru saja tentangnya.“Oh ternyata Hafiz pulang ke Indo buat nikah nih,” goda teman Hafiz lainnya.“Iyalah, emangnya kamu jomblo terus!”“Lah, kamu sama aja!”“Beda!”“Beda apanya?”“Kelas kita beda. Kamu pemula, kalau aku mah senior.”“Senior jomblo, ah ngenes!”Suasana jadi lebih hangat karena candaan-candaan mereka. Karena sont
Bab 21.“Saya terima nikahnya Aluna Namira Hussein binti Farhan Adijaya dengan mas kawin tersebut tunai.” Hafiz mengucapkan itu dalam sekali tarikan napas.Ada keyakinan, keteguhan, dan kebahagiaan dalam nadanya.Aluna duduk di samping mama yang masih menggunakan kursi roda itu, di sampingnya juga ada Sisil, sahabat terbaiknya.“Sah?” tanya bapak penghulu kepada semua saksi.Mereka mengangguk dengan tersenyum sambil mengatakan, “sah!”“Alhamdulillah …,” seru orang-orang yang berhadir di sana secara bersamaan.Ada yang mengalir begitu sejuk di hati Aluna saat Hafiz berulang kali menatapnya sebelum ia menjabat tangan penghulu. Juga saatbini, setelah para saksi mengatakan mereka telah sah menjadi suami istri.Mengalir ketenangan akan sebuah keyakinan pada lelaki yang menikahinya.Apalagi kini Hafiz mendekat padanya, sejenak keduanya saling menatap dalam rasa bahagia.Hafiz memegang puncak kepala Aluna dan melafalkan doa setelah ijab kabul. Doa untuk sepasang pengantin yang benar-benar m
Bab 20.Hari itu tepat setelah keputusan sidang perceraian Aluna, saat semuanya telah selesai dan pulang, Abian menghubungi papa Aluna dan meminta waktu untuk bertemu.Farhan mengiyakan karena Abian bilang ada hal yang penting untuk dibicarakan. Sebagai seorang ayah juga seorang lelaki, Farhan memang sakit hati pada Abian, tapi kembali lagi bahwa pada dasarnya ia dan orangtua Abian sendiri yang salah.Seharusnya mereka tak memaksakan kehendak untuk kepentingan diri sendiri. Harusnya sejak awal mereka sadar bahwa seringkali tak ada yang berujung indah dari sebuah pemaksaan. Apalagi urusan hati.Keduanya bertemu di sebuah restoran mewah, dan berbicara setelah selesai makan.“Meskipun berulang kali, aku gak pernah bosan minta maaf pada papa atas apa yang kulakukan untuk Aluna. Aku baru paham ketika aku memiliki Hulya, dan aku gak bisa terima jika ada lelaki yang memperlakukan Hulya seperti aku memperlakukan Aluna. Maaf, Pa …,” ucap Abian panjang lebar.Sudah berulang kali ia meminta maa
Bab 19.Aluna maaf … aku tidak jadi pulang. Aku akan menikah.Aluna membelalakkan mata membaca pesan itu, lalu perlahan matanya mulai meredup. Ada yang terasa perih dalam dadanya.Apa maksudmu, Hafiz? Aku menunggumu sejak tadi.Aluna membalas pesan itu. Namun, sayangnya tak ada lagi balasan Hafiz setelah itu. Hanya pesan yang tercentang dua warna biru, menyisakan rasa yang teramat menyakitkan dalam hati Aluna.Perlahan raut wajahnya berubah, matanya kembali basah. Ia tak menyangka Hafiz akan memberikan luka baru untuknya. Ternyata semua lelaki sama saja, hanya menyisakan trauma bagi Aluna.Lalu, bagaimana ia kini menyembuhkan luka-luka dalam hatinya, disaat lelaki yang ia anggap adalah obat, nyatanya sama saja menyuguhkan racun paling mematikan. Mematikan jiwa dan rasa cintanya.Aluna menangkupkan dua telapak tangan di wajahnya. Ia benar-benar menangis, tak peduli ada banyak orang yang melihatnya. Ia tak habis pikir dengan jalan takdirnya.Bahkan saat ini ia masih duduk di tempat sem
Bab 18.Aku sudah bebas, Hafiz. Aku juga sudah selesai masa Iddah.Aluna mengirimkan sebuah chat beserta gambar surat cerai untuk Hafiz. Iya, dia memang ingin memberitahu Hafiz bahwa ia bebas sekarang.Gimana perasaanmu? Hafiz membalas chat Aluna.Jangan ditanya. Aku lega luar biasa. Sekarang aku menantikan nasib baru yang lebih bahagia.Kembali Aluna membalas chat Hafiz. Harusnya tak perlu ditanya, karena Aluna sudah pernah menjelaskan hal ini pada Hafiz sebelumnya.Lusa, aku akan pulang!Kata Hafiz pada akhirnya. Membaca sebaris kalimat itu membuat Aluna bahagia luar biasa.Apa alasanmu pulang adalah aku?Aluna bertanya lagi.Kamu pasti sudah tau itu!Jawab Hafiz.Kupastikan kali ini kita tak akan terhalang restu.Aluna mengakhiri chatnya dengan kalimat itu.Hari ini, tepat pukul lima sore hari, Aluna sudah tiba di bandara demi menunggu kepulangan Hafiz.Beberapa kali ia bahkan melirik ke pintu kedatangan, tapi sayangnya Hafiz belum kelihatan.Aluna tetap menunggu.Ingatan Aluna k
Bab 17.Seminggu setelah itu, sidang kedua perceraian Aluna dan Abian dilangsungkan kembali. Tidak ada hasil dari proses mediasi.“Saya telah diceraikan beberapa waktu yang lalu, disaksikan oleh keluarga saya,” kata Aluna pada pihak pengadilan.“Apakah benar?” tanya pihak pengadilan pada Abian.“Ya,” jawabnya.“Dari awal saya memang tidak mencintainya. Saya hanya terpaksa menikahinya. Sampai kapan pun saya merasa … tidak ada rasa cinta untuk Aluna,”“Saya tidak ingin terus menerus terjebak dalam pernikahan ini.”Begitu jawaban-jawaban Abian saat ia ditanyai oleh pihak pengadilan agama.Separuhnya kenyataan. Sementara separuhnya lagi adalah kebohongan.Ia memang tidak mencinta Aluna, menikah dengannya sebab terpaksa dengan latar belakang jebakan itu.Namun, setelah semua yang terjadi, setelah semua rasa bersalahnya menghampiri, ia merasa mulai ada rasa yang berbeda untuk Aluna.Sayangnya, waktu sudah tak lagi mendukung mereka bersama. Abian melepaskan Aluna, agar gadis itu tak melulu
Bab 16.Semalaman bermandikan hujan, membuat Abian terserang demam, dan tak bangun berhari-hari.Malam itu, ia tetap menunggu Aluna kembali keluar hingga pukul dua pagi ia masih duduk di teras rumah Aluna. Duduk dengan tangan terlipat di dada, menahan dingin dna gigil.Namun, sampai berapa lama pun, tak ada yang keluar. Aluna pun terlihat tak peduli.Beberapa kali security di rumah itu menyarankan Abian untuk pulang, tapi tak diindahkan oleh lelaki itu.Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya begitu dingin dari sebelumnya. Ia menggigil, tapi badannya bersamaan terasa panas. Lalu, ia memutuskan pulang dan menyetir dengan cukup hati-hati.“Beri saya obat, sepertinya saya demam!” kata Abian pada asisten rumah tangganya yang saat itu memang terjaga karena sadar bahwa beberapa jam yang lalu tuan rumah pergi entah ke mana.Paginya, Abian menyuruh seorang asisten rumah tangga untuk menghubungi seorang dokter langganan di keluarganya.“Hanya demam biasa karena Anda terlalu lama di bawah hujan. Ta
Bab 15.“Selama proses mediasi, berjanjilah jangan pernah temui aku!” Aluna menegaskan pada Abian sesaat setelah mereka keluar dari ruang persidangan.Aluna yang didampingi oleh kuasa hukum telah menggugat cerai Abian di kantor pengadilan agama terdekat.Semua bukti sudah ia kumpulkan, mulai dari video saat Abian mencium Haura, saat mereka bahagia dengan kabar kehamilan itu. Video saat Abian diam-diam jalan-jalan ke cafe bersama Haura. Juga kertas perjanjian antara Aluna, Abian dan Haura yang saat itu ditulis tangan dan ditandatangani di atas materai.Aluna menyiapkan semuanya, dikumpulkan dalam satu berkas dan diserahkan pada kuasa hukumnya.Ia berharap, dalam sekali sidang gugatan perceraiannya langsung diterima. Namun, pihak pengadilan harus melakukan proses mediasi.Aluna menjelaskan tentang awal mula pernikahannya dengan Abian. Juga kebohongan-kebohongan yang terjadi dalam pernikahan itu, yang Aluna tak bisa terima.Ia juga menjelaskan posisi Abian yang sejak awal sudah bersalah
Bab 14.“Aku menepati janji, Pa!”Setelah dari rumah Aluna, Abian pulang ke rumah orangtuanya. Ia langsung masuk ke ruangan kerja sang papa dan berbicara dengan papanya.Haris berdiri di dekat jendela, memandangi entah ke arah mana fokusnya. Ia menoleh saat mendengar suara Abian.Ia mengangguk, karena tadi sudah diberitahukan oleh Farhan bahwa Aluna sudah pulang dengan selamat.“Hulya sedang tidur siang,” kata Haris seraya menatap putranya itu.Hari ini, Abian pulang setelah menepati janji untuk membawa Aluna kembali ke rumah.Ia juga sudah lama menanti hal ini. Abian sudah sangat merindukan buah cintanya bersama Haura. Kurang lebih setahun lamanya Abian tidak bertemu dengan putrinya.Abian mengangguk lesu. Ia rindu, tapi Hulya sedang tidur, sayang jika dibanguni tiba-tiba. Abian tak sabar melihat setumbuh apa putrinya sekarang.Umurnya sudah satu tahun, pasti Hulya sudah bisa berjalan dengan baik. Ia pasti sudah memiliki gigi yang lebih kuat untuk makan.Ah, Abian melewatkan semua