Ghazanvar melepas boxernya sesaat kemudian mengangkat kaki Naraya ke atas.Naraya yang masih kebingungan dengan apa yang akan dilakukan Ghazanvar tiba-tiba terkejut saat merasakan milik Ghazanvar melesak masuk dari arah belakang.Wajah Ghazanvar melesak di leher Naraya sedangkan bokongnya bergerak maju mundur menghujam Naraya dengan kenikmatan sampai Naraya lupa kalau bagian intinya sakit.Lama-lama tempo hentakan Ghazanvar semakin cepat, pria itu mengangkat lagi sedikit tubuh bagian atasnya agar bisa mengulum puncak dada Naraya.Naraya terus-terusan dihantam oleh sentuhan yang menghasilkan rasa asing menyenangkan, desah merdu tadi berubah menjadi jeritan setiap kali Ghazanvar menaikkan tempo hentakan.Ghazanvar suka suara jeritan Naraya yang setengah merintih seolah menagih kenikmatan lagi dan lagi.Dengan satu gerakan cepat Ghazanvar mencabut miliknya, dia bergulir ke atas Naraya sembari membuka paha Naraya lebar-lebar dan menekuknya seperti Baby pose dalam Yoga.Detik selanj
Arnawarma sudah menunggu selama dua jam duduk di stool meja bar.Dia malah sempat digoda seorang wanita karir muda yang datang bersama teman-temannya untuk melepas penat sepulang kerja.Tentu saja Arnawarma tidak melayani godaan dalam bentuk apapun dari wanita cantik itu karena dia duduk sendirian menunggu lama di sini untuk Anasera yang kata karyawannya sedang meeting dengan klien dari Luar Negri di meeting room yang berada di belakang gedung.Padahal sesungguhnya Anasera sedang latihan beladiri dan menembak bersama Radeva dan kedua pelatih mereka.“Bro Nawa, Apakabar!” Radeva berseru sembari mengangkat tangan, pria itu muncul dari belakang bar.“Dari mana?” Arnawarma celingukan ke belakang bar tempat tadi Radeva keluar.“Dari toilet,” jawab Radeva asal.“Toilet bukannya di sana?” Arnawarma menunjuk ke arah belakang punggung Radeva yang kini telah duduk di sampingnya meminta minuman kepada Bartender.“Toilet yang di ruangan Ana.” Radeva menyengir.Untuk urusan berdusta, Rade
“Nawa! Jangan gila ya, besok kamu akan Mami nikahin sama Ana … sekarang Mami telepon om Angga.” Mami Zara mengancam, beliau terdengar panik di ujung sambungan telepon.Arnawarma tertawa pelan, dia sudah masuk ke dalam apartemen Anasera dengan aroma ruangan yang lembut menenangkan.“Enggak kok, Mi … Nawa sayang sama Ana, kalau ada apa-apa Nawa akan nikahin Ana.” Arnawarma malah mengucapkan kalimat yang semakin membuat mami Zara panik.“Pulang sekarang!” Mami Zara berseru serius.“Becanda Miiii, udah ya … sampai ketemu besok, besok Nawa ke rumah sakit nemuin Mami.” Dan sambungan telepon sengaja diputus sepihak oleh Arnawarma.Yang penting kedua orang tuanya sudah tahu kenapa dia tidak pulang malam ini.Arnawarma yakin kalau mami papi tidak akan mempermalukannya dengan menggerebek datang ke apartemen Anasera.Mami Zara dan papi Arkana mendidik anak-anaknya memahami arti kata tanggung jawab.“An …,” panggil Arnawarma yang mengikuti Anasera ke kamar.Anasera tidak menutup pintu,
“Sayang, ayo bangun! Kita main Ski.” Suara Ghazanvar membawa Naraya terjaga dari tidur nyenyaknya.“Eeemmmh ….” Naraya menggeliat dan seketika itu juga dia merasakan tubuhnya ngilu dan lemas seolah tulang-tulang copot dari persendiannya.Naraya membuka mata, dia mendapati suami tampannya sudah rapih dan wangi dibalut baju tebal musim dingin.“Abang enggak capek?” Adalah pertanyaan yang terlontar dari mulut Naraya karena dirinya yang masih dalam keadaan polos hanya dibalut selimut merasakan lelah yang luar biasa.Jika dihitung, mereka sudah bercinta sebanyak tujuh kali sejak tiba di resort ini. “Enggak! Capek kenapa?” Pria itu malah balik bertanya dengan entengnya.Naraya memejamkan matan sekilas saat sedang berusaha untuk bangkit mengabaikan pertanyaan menyebalkan Ghazanvar barusan.Bisa-bisanya dia bertanya ‘capek kenapa?’ sementara pria itu yang telah membuat Naraya lemah lesu seperti ini.“Abaaaang!” Naraya menjerit tatkala merasakan tubuhnya melayang digendong ala brida
Sebelum bermain Ski, Naraya mendapat privat sebentar dari seorang pelatih.Naraya yang cerdas cepat mengerti meski belum pada tahap expert tapi setidaknya dia bisa bermain Ski bersama Ghazanvar yang terlihat sudah mahir.Arena Ski di resort itu sangat lebar dengan jarak cukup jauh tapi tidak curam.Cocok untuk para pemula jadi Naraya tidak jauh ketinggalan dari Ghazanvar melaju lebih dulu.Meski harus menahan sakit di pangkal paha tapi Naraya cukup menikmati olah raga Ski yang baru pertama kali dia lakukan.Naraya baru tahu kalau karena ternyata permainan menyenangkan ini harus menggunakan beberapa otot dan tenaga juga fokus untuk meluncurkan papan Ski membuat tubuh Naraya hangat.Apalagi Ghazanvar melapisi Naraya dengan banyak baju hangat dan sarung tangan yang dia beli di toko perlengkapan Ski berserta penutup kepala juga kaca mata khusus Ski.Jerit dan tawa Naraya berkali-kali tercetus saat dia berhasil meluncur dengan benar.Sesekali mereka berhenti untuk berswafoto saat d
“Naaaay!”Bugh!Ghazanvar menabrak seorang pria besar di lobby resort saat mengejar Naraya.“Hey! Hati-hati!” seru pria itu menatap tajam Ghazanvar.“Sorry!” sontak Ghazanvar meminta maaf, dia tidak punya waktu berkelahi dengan pria itu.Ghazanvar mengalihkan kembali tatapannya ke depan dan Naraya sudah tidak ada.Banyak orang lalu lalang di depan area resort, mata Ghazanvar memindai ke sekeliling namun celakanya dia tidak dapat menemukan Naraya.Nafas Ghazanvar tersengal, mengusap wajahnya kasar—dia mulai cemas, khawatir Naraya hilang atau dicelakai orang tidak bertanggung jawab mengingat istrinya tidak membawa apapun ketika pergi bahkan masih menggunakan gaun tidur tanpa mantel.Ghazanvar kembali ke dalam resort menuju meja resepsionis untuk meminjam mobil.Tidak lama sebuah mobil berhenti di depan Ghaznavar yang menunggu di depan lobby, pria itu masuk dan duduk di kursi penumpang depan.“Saya dan istri sedang bertengkar, dia pergi begitu saja tanpa meminta ijin … tadi say
“Nay ….” Ghazanvar hendak mengusap kepala Naraya yang langsung dihela kasar oleh Naraya.“Jangan … sentuh … Nay … Abang pembohong, Nay pikir Abang cin … ta … sama … Nay, jadi … semuanya ini hanya pur … ra, pura aja, hah?” Kalimat Naraya terbata karena sambil menangis.“Enggak Nay.” “Abang bohong, Nay enggak akan percaya lagi sama Abang.” Ghazanvar menatap sendu istrinya yang sedang tersiksa oleh kecewa yang menyesakan dada.“Oke … kita pulang ya, aku akan jelaskan semuanya … dan kali ini aku janji enggak akan bohong.” Ghazanvar mengulurkan tangan sembari menatap Naraya lekat agar Naraya bisa melihat kesungguhan di matanya.Cukup lama Naraya menatap mata Ghazanvar sambil tersedu, lama-lama tangis Naraya pun mereda.Mengusap air mata di wajahnya lalu bangkit sembari menahan coat di pundak.Naraya memasukan tangannya ke dalam coat panjang yang Ghazanvar sampirkan tadi di pundak karena dia juga merasa risih hanya menggunakan gaun tidur tipis apalagi udara di luar bersuhu tiga pu
Pagi menjelang.Naraya merasakan hangat melingkupinya, perlahan kelopak mata dengan bulunya yang lebat itu terbuka.Wajah tampan Ghazanvar menjadi satu-satunya pemandangan yang bisa netranya tangkap sebab posisi tidur mereka saling berhadapan dan Naraya berada di dalam pelukan pria itu.Ghazanvar terlihat pulas seperti bayi, tidak tampak kalau pria itu mampu menyakiti Naraya.Tadi malam setelah beberapa saat Ghazanvar memeluk Naraya dari belakang di depan perapian, pria itu kemudian menggendong Naraya ke atas ranjang.Tidak ada yang terjadi, mereka hanya tidur dengan Ghazanvar memeluk Naraya hingga pagi ini pun tidak mengubah posisi.Ghazanvar tidak berani menagih bercinta seperti keinginannya yang diungkapkan saat sarapan pagi karena mungkin dia juga sadar kalau telah sangat menyakiti hati Naraya.Naraya memang kecewa, sangat. Tapi dia dan Ghazanvar kadung menikah, terikat janji suci yang melibatkan Tuhan.Naraya tidak bisa menyerah, dia harus berusaha mempertahankan rumah ta
Satu topik pembicaraan yang sampai saat ini tidak pernah berani Ghazanvar dan Naraya bahas adalah tentang keterlibatan Ghazanvar dalam dunia hitam sebagai penerus sang papi.Naraya bisa mengijinkan Ghazanvar touring bersama teman-teman ghenk motornya tapi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan dunia hitam—Naraya sulit sekali memberi ijin kepada Ghazanvar untuk pergi.“Sayang ….” Ghazanvar mengikuti Naraya ke kamar Zion karena dari Baby monitor terdengar suara Zion menangis.“Nan, Zion sama saya aja …,” kata Naraya alih-alih merespon panggilan suaminya yang telah menggunakan pakaian stelan jas lengkap padahal hari sudah larut malam.“Nanny keluar aja,” pinta Naraya agar Nanny tidak mendengar percakapan mereka. Nanny mengangguk tanpa membantah lalu keluar dari kamar Zion tidak lupa menutup pintu.“Sayang …,” panggil Ghazanvar lagi meminta perhatian Naraya.Naraya membuka kancing di dadanya untuk menyusui Zion, dia lantas duduk di single sofa khusus ibu menyusui yang bisa bera
Hari ini Gunadhya menggelar hajat besar untuk pernikahan Zyandru-anak bungsu dari om Kama dan tante Arshavina.Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kakak sepupu Ghazanvar yang baru saja pulang dari menyelesaikan pendidikan S2 di Amerika itu menikah dengan anak pesaing bisnis ayahnya.Menurut gosip yang beredar dari kalangan Gunadhya, calon mempelai pengantin wanita mendapat wasiat dari mendiang ayahnya untuk menikah dengan Zyandru.Dan yang membuat heran adalah om Kama dengan ayah dari calon mempelai wanita sering berseteru karena bersaing ketat dalam bisnis.Karena hal tersebut muncul dugaan kalau ada perjanjian menguntungkan yang dilakukan Zyandru dengan calon istrinya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.Jadi pagi sekali Naraya sudah didandani oleh Mua ternama langganan para artis dan ibu pejabat yang diundang datang ke rumah. Menurut informasi, Svarga dan Zaviya akan datang saat resepsi jadi Ghazanvar dan Naraya harus datang di akad nikah.Ghazanvar dan Sv
Beberapa bulan kemudian Anasera melahirkan putri cantik bernama Alenna Keiza Gunadhya.Dan malam minggu ini Arnawarma mengundang keluarga kecil Ghazanvar serta Radeva dan Anggit dengan Latief untuk makan malam di rumahnya.Bayi kecil bernama Keiza itu mendapat banyak kado dari sahabat mommy dan daddynya.Sama dengan Ghazanvar, Arnawarma pun memperlakukan Anasera layaknya Ratu.Ada banyak asisten rumah tangga serta perawat yang mengurus Keiza dan Anasera jadi di saat lemah seperti ini Anasera hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah menikmati kenyamanan yang diberikan suaminya.“Ipeh berapa minggu lagi melahirkan?” cetus Ghazanvar bertanya.“Antara empat atau lima minggu lagi.” Radeva yang menjawab.“Kalian kok anteng-anteng aja jadi orang tua baru, kaya santai banget gitu … memangnya Zion sama Keiza enggak pernah bangun malem? Yang aku denger katanya kalau istri baru melahirkan si suami harus siap sedia membantu istri begadang karena menyusui.” Rad
Ghazanvar benar-benar memperlakukan Naraya seperti seorang ratu.Setelah dokter menyatakan kalau Naraya sudah diperbolehkan pulang, Ghazanvar langsung mencari Nanny untuk Zion dan suster untuk merawat Naraya.“Bang, Nay ingin ngurus Zion sendiri … Nay juga enggak butuh perawat,” bisik Naraya di telinga suaminya saat dia baru saja sampai di rumah dan bertemu dengan dua orang wanita yang usianya terpaut sekitar sepuluh tahunan lebih tua dari mereka.Ghazanvar tersenyum, memberikan seat car di mana Zion tengah terlelap kepada Nanny.“Nanti kalau dia nangis bawa ke kamar saya ya,” titah Ghazanvar kepada Nanny tanpa merespon ucapan istrinya.“Baik, Pak.” Nanny pergi membawa seat car menuju lantai dua di mana kamar Zion berada.“Air hangat untuk Ibu berendam sudah siap, saya juga tambahkan garam Himalaya agar ibu lebih rileks,” kata sang perawat.“Terimakasih ya Bu, nanti saya panggil kalau butuh sesuatu,” kata Ghazanvar menahan agar sang perawat tidak perlu ikut ke kamar mereka.Na
Dia tangkup pipi Naraya kemudian mengusapnya menggunakan ibu jari, setelah itu membungkuk melabuhkan kecupan penyemangat untuk sang istri.Naraya kembali mengejan bersama erangan cukup kuat karena dorong yang dia berikan juga mampu membuat bayi itu keluar sempurna.“Wah ibu hebat.” Dokter sampai takjub.Persalinan ini berjalan lancar tanpa kendala berarti hanya dengan tiga kali dorongan.Suara tangis bayi pecah terdengar hingga ke ruang tunggu.Detik berikutnya terdengar suara riuh di ruangan tunggu, mereka mungkin tahu yang dinanti sudah hadir ke dunia.“Selamat ya Pak, anaknya jagoan.” Dokter itu berujar kembali sembelum akhirnya memberikan bayi laki-laki itu kepada perawat untuk dibersihkan.“Terimakasih Dok,” ucap Ghazanvar lantas mengalihkan tatap pada istrinya.“Terimakasih Dok.” Mami Zara juga tak lupa mengucapkan Terimakasih, beliau sampai berlinang air mata.Mami Zara masih ingat saat di masa lalu dirinya divonis tidak bisa memiliki anak lagi, ternyata Tuhan Maha Bai
Sampai di rumah sakit, petugas medis melakukan pengecekan awal terhadap Naraya dan dinyatakan kalau istri dari Ghazanvar itu akan segera melahirkan.Saat ini rumah sakit dipenuhi oleh Gunadhya, kerabat dan tamu undangan gender reveal party.Karena berturut-turut mereka mengunjungi rumah sakit setelah menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu.Mereka semua sempat panik saat Ghazanvar berlari sambil menggendong Naraya jadi MC langsung meng-handle acara dengan mempersilahkan para tamu menikmati sajian pesta.Beruntung hari ini adalah hari minggu di mana RS tidak menerima pasien untuk poli klinik, hanya IGD saja yang beroperasi.Dan kedatangan rombongan itu membuat suasana rumah sakit yang sepi menjadi ramai apalagi di ruang tunggu ruang bersalin.Kebetulan paman Rukmana diundang juga ke gender reveal party jadi sesuai dengan harapannya, beliau bisa menunggui Naraya melahirkan.Beserta istri dan ketiga anaknya, paman Rukmana duduk di kursi di sudut ruangan, beliau berdoa dalam
“Jadi … Papi sebenarnya udah tahu lama ya kalau Abang juga masuk dunia hitam?” Ghazanvar membuat topik pembicaraan.Ayah dan anak itu duduk bersebelahan di kursi sebuah restoran mewah dengan tema semi outdoor.Restoran tersebut sengaja Ghazanvar booking untuk acara Gender Reveal Party, memberitahu keluarga jenis kelamin bayi yang dikandung Naraya.Belum banyak keluarga dan tamu yang datang jadi mereka berdua memiliki waktu untuk mengobrol.Naraya sendiri sedang didandani di sebuah ruangan khusus yang disediakan pihak restoran.Reaksi papi Arkana atas pertanyaan Ghazanvar barusan hanya tersenyum kemudian membenarkan posisi duduk, kedua tangan pria yang masih tampan di usia paruh baya itu terlipat di depan dada dan tatapannya lurus ke venue acara gender reveal party ini dengan Backdrop yang dihiasi bunga hidup dan balon warna-warni.“Papi pernah menemukan jejak Gunadhya di suatu kekacauan yang kalian tinggalkan, tapi saat itu Papi enggak tahu percis siapa
“Eh … tetangga, mau ke mana nih bawa koper.” Ghazanvar berteriak dari balkon kamarnya.Radeva yang tengah menarik koper untuk dimasukan ke dalam mobil dengan logo tour and travel ternama lantas mengacungkan jari tengah sambil memperlihatkan tampang kesal.Ghazanvar tergelak sampai memegang perutnya.Dia lantas menoleh ke halaman rumah Arnawarma dan pemandangan yang sama pria itu dapati di sana.“Nawa! Mau ke mana?” Ghazanvar sedang menggoda sang adik.Arnawarma mendelik, raut wajahnya tampak tidak bersahabat.Bagaimana Radeva dan Arnawarma tidak kesal, mereka berdua telah dikerjai habis-habisan oleh Ghazanvar karena ternyata Ghazanvar tidak menyogok apapun agar Naraya berhenti merajuk dalam kasus batagor kemarin.Sementara Radeva dan Arnawarma sampai harus mengeluarkan materi dalam jumlah besar atas saran Ghazanvar yang penuh dusta itu demi untuk membuat sang istri berhenti merajuk.Beberapa hari kemudian terbongkar kalau Ghazanvar telah berhasil mengerjai mereka, pria itu han
“Sayang—““Sayang—““Sayang tadi—“Tiga pria itu semua kompak ingin memberikan penjelasan tapi tidak tahu harus memberikan alasan apa.Mereka juga bertanya-tanya kenapa tiga wanita itu bisa bersama dan mengetahui keberadaan mereka.Ketiga wanita yang tengah hamil itu lantas membalikan badan keluar dari sana.“Nay!” seru Ghazanvar kemudian menyusul.“Kamu bayar dulu,” kata Radeva kepada Arnawarma kemudian menarik langkah cepat meninggalkan Arnawarma.Terpaksa Arnawarma harus membayar dulu makanan serta minuman mereka sekaligus batagor yang mereka pesan.Ghazanvar dan Radeva tidak lupa membawa bungkusan batagor tapi lupa membayarnya.Dua pria lainnya sudah tidak ada di parkiran saat Arnawarma selesai.Dia lantas melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi pulang ke rumah.Sedangkan tiga wanita hamil yang sekarang sedang marah besar itu datang menggunakan mobil ke sini dan pulang juga menggunakan mobil yang sama.