Kilan bercerita kepada Lucy, dia mendapat kabar yang aneh dari penduduk desa. Beberapa anak muda tiba-tiba menghilang tanpa jejak, awalnya mereka berjalan dimalam hari. Setelah itu mereka menghilang entah kemana. Beberapa saat yang lalu penduduk menemukan mayat mereka tewas dengan sangat mengenaskan, tubuh mereka seperti dicabik dan dibakar. Entah apa yang terjadi Kilan juga tidak tahu persis, lalu dia meminta Lucy dan Aldar untuk menyelidiki.
Setelah mendengar cerita dari Kilan, Lucy teringat satu mantra yang pernah dia baca di buku kuno penyihir. Saat itu Lucy berada di Perpustakaan kota untuk belajar beberapa sihir. Lalu dia menemukan mantra untuk menghidupkan orang mati. Namun kekuatan tersebut harus memiliki seorang tumbal hidup. Jika kekuatan yang menjadi tumbal lebih lemah, dia akan akan tewas. Tapi justru sebaliknya, jika dia tepat maka jiwa yang sudah mati itu akan berpindah.
Sebenarnya mantra tersebut bukan menghidupkan orang mati, lebih tepatnya pemindahan jiwa. Itu adalah jurus terlarang yang sudah dimusnahkan. Tapi siapa sangka Lucy menemukan buku tersebut di dalam Perpustakaan Kota, walaupun tidak disebutkan secara detail.
Aldar dan Lucy mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, namum Lucy berharap apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi.
“Tiidaaakk.” teriak seorang wanita mengundang rasa penasaran kepada mereka berdua. Rupanya itu adalah lelaki yang tewas, Lucy memperhatikan mayat tersebut, ciri-ciri dari mayat tersebut terlihat seperti apa yang dikhawatirkan.
“Aldar, sepertinya ku khatirkan akan terjadi. Kita harus menghentikannya.” ucap Lucy kepada Aldar.
“Kenapa yang lemah selalu menjadi sasaran?” gumam Aldar.
“Mereka juga tidak mau menjadi orang lemah, mereka hanya ingin hidup dengan damai.” Lanjutnya sambil menggenggam kedua tangannya.
Setelah menyusun strategi, Lucy dan Aldar memutuskan untuk mengambil pendekatan langsung dengan menyamar sebagai peneliti independen yang tertarik pada kejadian aneh di desa tersebut. Mereka membuat kontak dengan beberapa penduduk setempat untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang kejadian yang terjadi.
Melalui percakapan dengan penduduk, Lucy dan Aldar memperoleh informasi yang sangat bernilai. Mereka menemukan bahwa ada rumor tentang seorang individu misterius yang sering terlihat di sekitar desa pada malam hari. Beberapa orang bahkan bersumpah telah melihat sosok tersebut menggunakan kekuatan aneh.
Dengan informasi ini, Lucy dan Aldar memutuskan untuk memantau aktivitas malam di sekitar desa dengan harapan dapat menemukan petunjuk yang lebih jelas. Pada suatu malam, Aldar yang sebagai umpan berjalan sendirian, terlihat sesosok bayangan mencurigakan bergerak di tengah gelapnya malam. Aldar mencium bau yang aneh yang membuatnya tidak sadarkan diri.
Lucy yang melihat dari kejauhan tidak mendekat, menunggu pelaku yang sebenarnya. Benar saja, beberapa saat kemudian muncul dua orang misterius yang mengambil tubuh Aldar yang pingsan. Tanpa ragu, Lucy mengikuti mereka dengan hati-hati.
Mereka membawa Lucy ke sebuah gua tersembunyi di luar desa. Di dalam gua, Lucy menemukan kelompok orang yang sedang melakukan ritual yang mencurigakan, dengan menyalahgunakan kekuatan dari mantra terlarang.
Lalu Aldar dibawa ke atas Altar, masing dari mereka berdiri diatas dibawah dan disamping Aldar. Sebelum mereka menyelesaikan mantranya. Lucy datang untuk menghentikan.
“Kalian menodai nama dunia sihir.” Lucy melompat ketengah-tengah mereka yang mengelilingi Aldar.
“Siapa kamu, cepat keluar dari sini atau kami akan membunuhmu.” Teriak salah satu dari mereka kepada Lucy.
“Dasar bodoh yang kalian lakukan ini adalah salah, bagaimana bisa kalian melakukan pertukaran jiwa orang yang sudah mati dengan orang yang masih hidup?”
“Aldar, bangun. Aktingmu sudah cukup.”
“Kurang ajar, mereka menipu kita. Cepat bunuh mereka.”
Pertarungan yang sengit terjadi diantara mereka, salah satu dari mengeluarkan kekuatan angin untuk menjatuhkan Aldar dan Lucy. Namun, Aldar dan Lucy tidak berpindah dari tempatnya sedikitpun. Lucy dan Aldar mengeluarkan sihirnya secara bersamaan mencintakan api yang sangat besar.
Tiba-tiba, sesosok lelaki muncul di hadapan mereka, menyerap api yang membakar goa itu dengan ketelapak tangannya. Lucy terdiam, matanya membesar karena kaget, dan bibirnya terkatup erat menahan ekspresi ketakutan yang tak terhindarkan. Aldar merasakan kejutan yang melanda dirinya, diikuti oleh gelombang kekhawatiran yang mendesak ketika melihat aksi mendadak lelaki tersebut.
"Lucy, waspada!" seru Aldar, menginstruksikan Lucy untuk menghindar ketika dia membelokkan arah api yang menyerang, mengarahkannya ke arah atas goa yang kini terancam rubuh. Namun, meski bertindak dengan sigap, Aldar sendiri merasa kebingungan ketika Lucy menyebut sosok tersebut sebagai Eldrick.
"Eldrick?" gumamnya, wajahnya memperlihatkan ekspresi keketerkejutan dan kebingungan yang sama-sama kuat.
"Ayo, Lucy, keluar sekarang!" Aldar mendorong Lucy untuk segera meninggalkan goa yang terancam rubuh.
"Lucy, kita harus mengejar mereka. Mereka pasti tidak jauh," ujar Aldar.
Namun, Lucy menolak dengan bijaksana. "Tidak, Aldar. Mereka pasti akan datang," jawabnya, suaranya penuh dengan ketenangan, meskipun wajahnya mencerminkan ketidakpastian. "Aku merasa kita harus melaporkan ini kepada kakek."
Lucy menghampiri kakeknya dengan langkah yang kebingungan, wajahnya mencerminkan keraguan yang mendalam. Aldar, sementara itu, hanya mengikuti di belakangnya, wajahnya masih terlihat membingungkan.“Kakek, dia masih hidup,” ucap Lucy dengan suara yang bergetar.“Siapa maksudmu?” tanya kakek Lucy dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari matanya.“Eldrick dialah yang memimpin organisasi tersebut, dialah dalang dari banyak anak muda yang menghilang,” jelas Lucy dengan nada serius.Kakek Lucy hanya terdiam, tatapannya kosong, dan genggamannya melemah sehingga gelas yang dipegangnya terjatuh dengan suara yang gemuruh.“Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, dia tidak mungkin bisa selamat dari serangan napas naga,” Kilan berusaha mencari jawaban atas kejadian yang menggemparkan itu.“Apakah kakek melihatnya mayatnya?” tanya Kilan lagi, mencoba mencerna situasi yang begitu mengejutkan."Tidak mungkin bisa meninggalkan jasad dengan api sebesar itu,” Kilan melanjutkan, ekspresinya mencerm
Matanya beradu dengan Gary, mengisyaratkan akan terjadi pertempuran di antara keduanya. "Tatapanmu semakin tajam, Aldar," kata Gary, mendekati Aldar yang memancarkan aura kebencian. “Orang lemah sepertimu tidak pantas berada di sini, sebaiknya kamu menghilang seperti ibu dan adikmu,” bisik Gary dengan nada meremehkan kepada Aldar. Aldar menahan amarahnya, namun api kemarahan tampak membara di matanya. Aldar merasa marah mendengar perkataan Gary, hendak mengeluarkan sihirnya, namun tangan Lucy yang tiba-tiba menahannya. Aldar berjuang untuk menahan diri, menyadari bahwa kekuatan sihirnya bisa memicu bencana di tempat itu. “Maafkan pengikutku tuan karena telah menabrakmu,” ucap Lucy, tetapi ada ketegangan yang terabaikan di balik senyumnya. “Lucy? Bukankah kamu Lucy, penyihir yang terkenal itu,” ucap salah satu teman Gary, kebingungan. Ekspresi wajahnya mengisyaratkan ketidakpercayaan. “Kalian terlalu berlebihan, aku tidak sehebat dan seterkenal itu,” balas Lucy merendah. Gary
"Hidupmu adalah keputusanmu, aku tidak berhak mencampurinya," ucap Lucy dengan suara lembut, tetapi penuh dengan kebijaksanaan yang dalam.Aldar mengangguk perlahan, ekspresinya mencerminkan keraguan dan kegelisahan. "Aku mengerti, hanya saja...""Kamu tenang saja, kamu akan tetap menjadi muridku, Aldar," tambah Lucy, tangannya menepuk lembut bahu Aldar, memberikan dukungan yang tulus."Terima kasih untuk segalanya, Lucy. Tapi aku masih butuh bantuanmu, aku tidak tahu guild mana yang harus ku masuki," Aldar berkata dengan suara terbata-bata. “Darian Swift adalah teman lamaku, dia master di guild Arden Tall. Aku rasa kamu akan nyaman disana," ujar Lucy, matanya bersinar dengan keyakinan yang mendalam.“Arden Tall...," gumam Aldar, merenung sejenak, ekspresinya berubah menjadi lebih terbuka dan optimis. "Terdengar bersahabat. Aku mengikuti saranmu, Lucy.""Baiklah, besok kita akan kesana," kata Lucy, senyumnya hangat, membawa kedamaian pada Aldar yang gelisah.***Mereka tiba di Arden
Darian dan Lucy, dua pengembara yang tidak pernah lelah menjelajahi dunia demi mencari tingkat sihir yang sejati. Namun, bagi Darian, esensi sejati dari sihir adalah kebersamaan dengan keluarganya. "Kekuatan sejati terletak pada perlindungan yang diberikan kepada orang-orang tercinta, karena itulah yang menghasilkan kekuatan sihir yang sejati," ucapnya tulus kepada Lucy. Akhirnya, setelah serangkaian petualangan, Darian membuat keputusan besar untuk bergabung dengan Guild, tempat di mana ia berharap menemukan arah yang lebih jelas bagi dirinya. Sementara itu, Lucy tetap setia pada panggilan petualangannya yang belum selesai, mencari makna yang belum ditemukan di luar sana. Dan kini, setelah perjalanan panjang, Darian telah mencapai puncaknya sebagai Master Arden Tall. Kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh para pemimpin sebelumnya tidak sia-sia, karena jiwa Arden yang kuat telah membimbingnya melalui setiap langkah perjalanan hidupnya.”Darian menyambut Lucy dengan senyuman hanga
Setelah Morin dan Aldar mengobrol sebentar, mereka memutuskan untuk bergabung dengan beberapa teman mereka untuk berlatih sihir di lapangan terbuka. Sinar matahari terik menyinari mereka sementara mereka mengarahkan energi sihir mereka ke target-target yang telah mereka tentukan."Kamu sudah semakin mahir dalam mengendalikan sihir, Aldar," ujar salah satu teman mereka, seorang penyihir bernama Elara. "Saya bahkan harus mengakui bahwa kamu mungkin sudah melebihi saya dalam beberapa aspek.""Aku pasti tidak bisa sampai sejauh ini tanpa bantuan kalian semua," jawab Aldar sambil tersenyum. "Dan tentu saja, tanpa bimbingan dari Master Darian."Sementara itu, di sudut lapangan, Darian sedang duduk dengan tenang, memperhatikan anak-anaknya berlatih. Meskipun kelihatannya seperti dia hanya duduk diam, tetapi ada aura kebijaksanaan dan pengawasan yang tak terbantahkan di sekitarnya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Darian tiba-tiba, membuat semua orang berhenti berlatih dan memperhatik
Suara yang tiba-tiba menggema membuat Aldar dan Darian terkejut. Dengan cepat, keduanya melihat ke sekeliling, mencari sumber suara yang tak biasa itu. "Jangan mengalihkan perhatianmu, Master?" ucap Aldar dengan nada tegang.Darian mengangguk, ekspresinya penuh perhatian. "Anak nakal itu akhirnya pulang juga," gumamnya serius. "Ayo lanjutkan, Master. Aku belum kalah!" teriak Aldar, semangatnya masih membara.Namun, Darian dengan lembut menolak, "Maafkan aku, Aldar. Kamu sudah kalah. Kamu tidak bisa melanjutkan pertarungan sihir."Aldar menyerap energi alam, bersiap untuk mengeluarkan napas naga, namun sebelum ia bisa melakukannya, Darian menyerang dengan serangan petirnya. Kilatan cahaya menyambar Aldar, membuatnya gagal mengeluarkan napas api.Aldar merasa kecewa pada dirinya sendiri, dan kekecewaan itu semakin dalam ketika Darian meninggalkannya begitu saja, membiarkannya terdampar dalam keputusasaan.Tiba-tiba, dari kejauhan, terlihat sesuatu yang mengejutkan. Sebuah awan besar yan
“Azurael?” Darian terkejut mendengar penjelasan dari Aron, “Azurael hanya cerita legenda, bahkan kebenarannya pun belum tentu benar.”“Aku mengerti keraguanmu, Master. Tapi aku menemukan buku kuno yang menjelaskan keberadaan Azurael Dewa yang terkutuk.”Aron memberikan Darian sebuah buku sejarah kuno, disana dijelaskan awal kemunculan Azurael ke bumi. Azurael adalah dewa penyihir yang terkutuk, awal kemunculannya di Bumi terjadi dalam sebuah kejadian mistis yang dipercaya oleh banyak orang sebagai pertanda kehancuran. Konon, Azurael pertama kali muncul di sebuah ritual kuno yang dipraktikkan oleh para penyihir kuno untuk memperoleh kekuatan tak terbatas. Namun, ritual itu tidak berjalan sesuai rencana, dan kehadiran Azurael membawa malapetaka bagi dunia.Kemunculan Azurael ditandai dengan fenomena alam yang aneh, seperti badai gelap dan gemuruh yang menakutkan. Kehadirannya membawa ketakutan dan kekacauan di seluruh negeri, dan orang-orang memandangnya sebagai lambang kekuatan gelap
Darian memperhatikan dengan cemas saat Aldar menantang Aron untuk bertarung. Dia menyadari betapa pentingnya pertarungan ini bagi Aldar. "Kuberikan kamu waktu dua hari untuk bersiap," ujar Aron.Tanpa berkata apa-apa, Aldar meninggalkan ruangan, siap untuk menghadapi pertarungan tersebut. Selama dua hari berikutnya, Aldar berlatih dengan tekun. Dia hampir tidak pernah istirahat demi mengalahkan Aron, penyihir terkuat nomor dua di Arden Tall.Para teman Aldar takjub melihat kesungguhan dan ketekunan latihannya, meskipun mereka tidak tahu alasan sebenarnya Aldar mengikuti pertarungan sihir tersebut. "Aldar, kamu berlatih dengan sangat keras," ucap Morin, salah satu temannya, yang sedang memperhatikan Aldar berlatih.Aldar yang hampir kehabisan tenaga tidak menjawab, fokus pada upayanya memperkuat kemampuan sihir api dan fisiknya. Tiba-tiba, Aldar jatuh ke tanah karena kelelahan. Latihan keras yang dilakukannya telah menguras semua energinya."Sepertinya kamu sudah mencapai batasmu, Alda
Aldar dan Lucy berjalan beriringan menuju danau di pinggir kota Alvoria. Danau itu cukup luas, dengan pemandangan yang indah membuat siapa pun terpesona. Aldar merasakan ketenangan yang menyapu hatinya saat melihat keindahan alam di sekitarnya.Di tengah obrolan mereka, Lucy memuji perkembangan Aldar yang sangat pesat. "Hanya dalam satu tahun, kamu sudah menjadi penyihir kelas A, Aldar. Itu luar biasa!" Mata Lucy berbinar-binar, terpancar rasa bangga dan kagum pada sahabatnya itu.Aldar tersenyum lebar, rasa haru memenuhi dadanya. "Terima kasih, Lucy. Semua itu berkat bimbingan Master Darian. Dia benar-benar luar biasa dalam mengajarkan sihir dan membimbingku menjadi lebih baik." Aldar tulus mengakui peran penting sang mentor dalam perjalanannya."Kamu memang beruntung memiliki Darian sebagai mentormu," ujar Lucy, tangannya menggenggam lengan Aldar dengan lembut. "Karena kamu memang memiliki kemampuan yang sangat istimewa."Aldar terdiam, seolah pujian itu menggugah semangatnya. Namun
“Kamu benar, Darian, kekuatan api hitam bukan hanya cerita legenda. Tapi, kekuatan itu memang benar-benar ada.? jawab Lucy sambil menatap Darian serius.Konon, api ini berasal dari kedalaman neraka, tempat di mana kegelapan dan kekuatan gelap bertemu, membentuk api yang tak terkendali dan mematikan.Menurut cerita, hanya penyihir yang paling hebat dan paling bijaksana yang dapat menguasai dan mengendalikan Api Hitam ini. Mereka harus menjalani ujian yang sulit dan mempelajari ilmu sihir yang paling dalam untuk dapat memahami cara mengendalikan kekuatan yang begitu ganas ini.ada seorang penyihir bernama Malakar, yang terkenal akan kebijaksanaan dan kekuatan sihirnya yang luar biasa. Dia dipercaya sebagai satu-satunya yang mampu mengendalikan Api Hitam. Malakar dianggap sebagai penjaga dan pemelihara kekuatan ini agar tidak jatuh ke tangan yang salah.Namun, kekuatan Api Hitam tidak hanya membawa malapetaka, tetapi juga kekuatan besar yang bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.
"Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Aldar," ujar Lucy dengan senyum kecil, mencoba memberikan semangat pada temannya."Kamu benar, Lucy," semangat Arden Tall kembali," jawab Aldar dengan suara pelan, tetapi ekspresinya menunjukkan rasa lega.Aldar merasa lega melihat Morin dan rekan-rekannya telah kembali bersemangat meskipun mengalami kekalahan, "Lihat, disana ada Lucy," teriak Morin, dengan nada ceria."Benar, itu Lucy," jawab yang lain, wajah mereka juga terpancar semangat."Lucy, Aldar, mari kita bicara di ruangan," ajak Darian dengan nada serius.Lalu mereka pergi menuju ruangan Darian. Di ruangan Darian, atmosfer menjadi lebih tenang. Mereka duduk bersama di sekitar meja besar, menatap satu sama lain dengan serius, suasana tegang mulai terasa."Terima kasih, Lucy, telah menghentikan Aldar," ucap Darian dengan rasa lega dan terima kasih yang tulus.Lucy tersenyum menanggapi ucapan terima kasih dari Darian, "Aldar, sekarang kamu mengerti kenapa aku tidak mengizinkanmu
Lalu Aldar melompat ke arena pertarungan, diikuti oleh Elara, Asher, Aric, dan Ember. Namun, tak disangka, empat anggota Vanguard juga melompat ke dalam arena. Suasana menjadi sangat tegang, seolah-olah akan terjadi pertempuran dahsyat."Kamu sangat kejam, Gary!" teriak Aldar, matanya memancarkan kemarahan yang membara."Aku tidak melanggar aturan. Aku menyerah, dan Arden Tall mendapatkan satu poin," jawab Gary licik dengan senyum mengejek, memicu kekecewaan yang mendalam dari Aldar."Aku hanya lelah, oleh karena itu menyerah," tegas Gary, menyulut kemarahan lebih lanjut dari Asher yang mendengarkan dengan geram.Mendengar jawaban Gary yang meremehkan Arden Tall, bahkan Darian hampir meledak karena amarahnya. Namun, Aron menghentikannya dengan tegas, "Jangan campur tangan, Master. Biarkan mereka menyelesaikannya."Darian kembali duduk di kursinya, menggigit bibirnya dengan kesal. Sementara itu, tiba-tiba Aldar bersiap-siap, matanya memancarkan kemarahan yang membara, hendak mengeluark
Hari pertarungan sihir di kota Alvoria telah tiba, dan atmosfernya dipenuhi dengan aura magis yang tegang. Guild-guild terbaik dari seluruh kota berkumpul untuk memperebutkan gelar kehormatan. Arden Tall, salah satu guild terkuat, tidak diragukan lagi menampilkan kehebatannya dengan mengirimkan lima penyihir terbaiknya.Pertarungan semakin memanas ketika Morin, dengan sihir esnya yang memukau, mengirimkan gelombang dingin yang membelah udara. Kristal es terbentuk di sekitar musuh-musuh mereka, mengunci mereka dalam penjara es yang tak terhindarkan.Sementara itu, Elara, dengan keanggunan dalam memanipulasi bayangan, menyelinap di balik kegelapan untuk menyerang musuh-musuhnya. Dari bayangan yang tak terduga, serangan-nya menyapu lawan-lawannya, meninggalkan kebingungan dan ketakutan di antara mereka.Tidak jauh dari Elara, Asher, dengan ketajamannya sebagai sniper sihir, mengarahkan serangannya dengan presisi yang mematikan. Dengan fokus yang tak tergoyahkan, ia menembakkan energi sih
Dengan mata berkaca-kaca, Darian memperhatikan pertarungan yang semakin intens. Hatinya berdegup kencang, lalu dia mengisyaratkan kepada Aron untuk menghentikan pertarungan. Akan tetapi, Aldar berusaha bangkit meskipun tubuhnya terasa remuk oleh serangan-serangan Aron. Dia mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi yang tersisa dalam dirinya untuk melawan, namun kekuatannya semakin melemah.Para penonton, termasuk teman-teman Aldar, menatap dengan ketegangan yang tak terkatakan. Mereka merasa tidak kuasa melihat Aldar menderita begitu hebat di tangan Aron.Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Saat Aron hendak memberikan pukulan terakhir yang akan mengakhiri pertarungan, Aldar tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Matanya yang tadinya redup mulai bersinar dengan keberanian yang baru.Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Aldar mengumpulkan sisa-sisa energinya dan melancarkan serangan terakhirnya. Dengan kejutan yang tak terduga, serangan terakhir Aldar malah
Darian memperhatikan dengan cemas saat Aldar menantang Aron untuk bertarung. Dia menyadari betapa pentingnya pertarungan ini bagi Aldar. "Kuberikan kamu waktu dua hari untuk bersiap," ujar Aron.Tanpa berkata apa-apa, Aldar meninggalkan ruangan, siap untuk menghadapi pertarungan tersebut. Selama dua hari berikutnya, Aldar berlatih dengan tekun. Dia hampir tidak pernah istirahat demi mengalahkan Aron, penyihir terkuat nomor dua di Arden Tall.Para teman Aldar takjub melihat kesungguhan dan ketekunan latihannya, meskipun mereka tidak tahu alasan sebenarnya Aldar mengikuti pertarungan sihir tersebut. "Aldar, kamu berlatih dengan sangat keras," ucap Morin, salah satu temannya, yang sedang memperhatikan Aldar berlatih.Aldar yang hampir kehabisan tenaga tidak menjawab, fokus pada upayanya memperkuat kemampuan sihir api dan fisiknya. Tiba-tiba, Aldar jatuh ke tanah karena kelelahan. Latihan keras yang dilakukannya telah menguras semua energinya."Sepertinya kamu sudah mencapai batasmu, Alda
“Azurael?” Darian terkejut mendengar penjelasan dari Aron, “Azurael hanya cerita legenda, bahkan kebenarannya pun belum tentu benar.”“Aku mengerti keraguanmu, Master. Tapi aku menemukan buku kuno yang menjelaskan keberadaan Azurael Dewa yang terkutuk.”Aron memberikan Darian sebuah buku sejarah kuno, disana dijelaskan awal kemunculan Azurael ke bumi. Azurael adalah dewa penyihir yang terkutuk, awal kemunculannya di Bumi terjadi dalam sebuah kejadian mistis yang dipercaya oleh banyak orang sebagai pertanda kehancuran. Konon, Azurael pertama kali muncul di sebuah ritual kuno yang dipraktikkan oleh para penyihir kuno untuk memperoleh kekuatan tak terbatas. Namun, ritual itu tidak berjalan sesuai rencana, dan kehadiran Azurael membawa malapetaka bagi dunia.Kemunculan Azurael ditandai dengan fenomena alam yang aneh, seperti badai gelap dan gemuruh yang menakutkan. Kehadirannya membawa ketakutan dan kekacauan di seluruh negeri, dan orang-orang memandangnya sebagai lambang kekuatan gelap
Suara yang tiba-tiba menggema membuat Aldar dan Darian terkejut. Dengan cepat, keduanya melihat ke sekeliling, mencari sumber suara yang tak biasa itu. "Jangan mengalihkan perhatianmu, Master?" ucap Aldar dengan nada tegang.Darian mengangguk, ekspresinya penuh perhatian. "Anak nakal itu akhirnya pulang juga," gumamnya serius. "Ayo lanjutkan, Master. Aku belum kalah!" teriak Aldar, semangatnya masih membara.Namun, Darian dengan lembut menolak, "Maafkan aku, Aldar. Kamu sudah kalah. Kamu tidak bisa melanjutkan pertarungan sihir."Aldar menyerap energi alam, bersiap untuk mengeluarkan napas naga, namun sebelum ia bisa melakukannya, Darian menyerang dengan serangan petirnya. Kilatan cahaya menyambar Aldar, membuatnya gagal mengeluarkan napas api.Aldar merasa kecewa pada dirinya sendiri, dan kekecewaan itu semakin dalam ketika Darian meninggalkannya begitu saja, membiarkannya terdampar dalam keputusasaan.Tiba-tiba, dari kejauhan, terlihat sesuatu yang mengejutkan. Sebuah awan besar yan