"Oh!" sahut Levon yang sama sekali tidak tertarik. Dia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan wibawanya.Membangun wibawa sangat mudah. Levon bisa membunuh orang untuk membuat bawahan takut atau memenangkan peperangan agar dihormati semua orang.Kalau membunuh orang, Levon punya target. Setelah menghabisi Jupiter, kebetulan Blackie bisa mengendalikan seluruh kekuatan mereka. Adapun memenangkan peperangan, Levon tidak berani memikirkannya. Bagaimanapun, para perampok belum dilatih.Meri langsung menceritakan bagaimana dia ditangkap 2 kali oleh Wira secara garis besar, "Sebenarnya, aku itu sandera si pencuri ...."Jupiter dan Blackie yang mendengarnya langsung terkejut. Wira itu memang hebat. Bisa-bisanya dia menjebak Meri 2 kali di Yispohan.Levon merasa ada yang tidak beres. Dia mengernyit seraya bertanya, "Jenderal Meri, untuk apa kamu menceritakan hal ini kepadaku?"Saat ini, Levon ingin fokus mencari cara untuk memperkuat kekuasaannya. Dia akan mengesampingkan masal
Jupiter dan Blackie juga murka. Mereka hendak mengejarnya dengan membawa bawahan. Alhasil, Molika malah memberikan isyarat mata kepada mereka.Jupiter dan Blackie sama-sama mengira bahwa "kakak ipar" sedang meminta bantuan, tetapi setelah melihat Meri dan rombongannya, mereka memutuskan untuk tinggal. Selama bisa menyelamatkan kakak ipar, menikahi Meri bukanlah masalah!....Levon memaki, "Dasar gigolo yang hanya bisa menulis puisi sampah! Aku masih bisa mengampuni nyawamu dengan merayu Nona Dian.""Sekarang, padahal aku hanya dengan menangkap salah satu bawahanmu, tapi kamu malah berani menyamar sebagai anak buah Panglima Yudha untuk mengelabuiku. Benar-benar bernyali besar! Aku akan menghancurkanmu hingga menjadi berkeping-keping, menjadikanmu dagingmu bubur, lalu memberikannya kepada anjing!" timpal Levon.Levon keluar dari markasnya dengan menunggang kuda berpostur pendek, dengan wajah penuh niat membunuh.Sejak mengendalikan Ngarai Naga Biru, Levon belum pernah dipermainkan sepert
Dengan karakter yang begitu posesif, pantas saja Dian tidak memilih Levon. Dia benar-benar tidak waras!"Cepat bersujud untuk memohon ampun dariku, maka aku akan membiarkanmu mati lebih tenang!" Levon menggertak dengan matanya yang ganas seperti binatang buas. Dia merasa bahwa membunuh Wira dengan satu tebasan pedang tidak akan cukup untuk meredakan amarahnya.Levon hendak menangkap penipu ini dan menyiksanya dengan berbagai cara yang kejam, hingga membuat Wira hidup segan mati tak mau. Kemudian, dia akan menulis surat kepada Dian dan menggunakan penipu ini sebagai ancaman untuk memaksa dia datang ke Ngarai Naga Biru.Pada saat itu, Levon akan menikahi Dian dengan paksa, lalu membunuh Wira dengan kejam. Setelah itu, dia akan berkonsentrasi pada pelatihan pasukan dan menunggu kesempatan untuk merebut takhta!Wira tampak tersenyum sinis sembari bertanya, "Membunuhku? Atas dasar apa?"Respons yang tidak menunjukkan ketakutan membuat Levon makin marah. Dia tidak dapat menahan kemarahannya
Ada pula lima orang yang memiliki kemampuan bela diri yang baik. Teknik pedang yang sederhana, tetapi mematikan dan fokus pada titik-titik vital! Dalam waktu singkat, para Pasukan Zirah Hitam, veteran, dan tim pengawal muda segera memukul mundur para perampok gunung dengan merobek zirah dan merusak semangat mereka. Banyak dari perampok itu yang bahkan berbalik dan melarikan diri!Sekelompok orang itu bergegas kembali untuk mengambil Busur Silang Zeta, lalu mengejar para perampok yang melarikan diri dan membunuh mereka satu per satu!Sementara itu, ketika serangan para perampok gunung dimulai, Levon juga memimpin 200 perampok berzirah untuk menyerang Wira. Namun, sebelum dia bisa mendekat, 50 orang muncul dari kedua sisi!"Pasukan berbaju zirah!" seru Levon. Melihat perlengkapan 50 orang ini, dia sangat ketakutan hingga mengumpat, "Molika, aku akan menghancurkanmu hingga berkeping-keping dan membunuh seluruh keluargamu."Saat Meri dan Molika berbicara tentang Wira, mereka tidak menyebu
"Ketua Molika, jenderal kami sudah memberi perintah. Maaf kalau menyinggung!" Begitu Levon membawa pasukannya pergi, Ucup yang adalah ketua kedua sontak memimpin orang-orangnya untuk menangkap Molika dan Jamal.Meri mengernyit dan tidak tahu harus berkata apa. Bagaimanapun, kakaknya telah bersekongkol dengan Wira!"Ucup, apa yang kamu lakukan? Kalau berani menyentuh Kak Molika, aku akan membunuhmu!" ancam Blackie yang langsung menghunuskan pedang dan bersiap untuk bertarung."Ucup, pergi dari sini! Apa identitas dari Kak Molika? Beraninya orang rendahan sepertimu menodongkan pedang ke arahnya?" ujar Jupiter yang juga tidak mau kalah dan langsung mengeluarkan tombak.Raut wajah Ucup sontak berubah. Dia bertanya dengan kebingungan, "Blackie, Jupiter, apa yang kalian lakukan? Ini perintah dari jenderal kita. Kalau kalian melakukan ini, bagaimana kalian akan menjelaskannya ketika dia kembali?""Menjelaskan apanya? Kalau menyentuh Kak Molika, itu artinya kalian mengusikku. Hari ini, aku mau
Jupiter dan Blackie sontak terperanjat! Pasukan Zirah Hitam benar-benar sangat kuat dalam pertempuran, apalagi mereka mengenakan zirah yang tidak terkalahkan! Penyergapan semacam ini benar-benar bisa menangkap Wolfie!" ... Kamu tahu semua ini sejak awal, tapi masih menipu jenderal untuk mengejarnya? Aku akan membunuhmu!" ucap Ucup dengan raut wajah yang berubah drastis. Dia tak kuasa menghunuskan pedang dan menyerang ke arah Molika!Ketika Jupiter dan Blackie bersiap untuk bertindak, Molika malah menghindar ke belakang Ucup dengan cepat, lalu meraih lengan Ucup dan merampas Pedang Ekor Kerbaunya. Dia menahannya tenggorokannya seraya berseru, "Sobat Ucup, tolong tenang. Apa kamu kira aku ingin menipu Sobat Wolfie? Aku melakukan semua ini demi kebaikan kita bersama!"Jupiter dan Blackie tampak mengerucutkan bibir. Belum lama ini, Molika baru berkata melakukan semua ini demi kebaikan Wolfie, tetapi malah menjebaknya. Kini, dia lagi-lagi mengatakan hal yang sama!Ucup menggertakkan gigi s
Tidak percaya. Meri tidak mau percaya! Pahlawan hebat yang sangat ingin Meri kenal ternyata adalah pencuri kecil yang menyebalkan itu. Saat ini, perasaan Meri menjadi sangat rumit."Itulah alasannya aku membantu Tuan Wahyudi!" ujar Molika.Molika menghela napas dan melanjutkan, "Coba kalian pikir sendiri, Tuan Wahyudi sudah memberikan semua penghargaan atas kontribusinya pada Panglima Yudha. Kalau Tuan Wahyudi mendapat masalah di sini, Panglima Yudha pasti akan memimpin pasukannya datang dan membantunya. Kalau seperti itu, kita mana bisa selamat? Kalau bukan karena hal ini, mana mungkin aku akan berbuat begini pada Wolfie yang adalah temanku itu? Aku melakukan ini demi kebaikan semua orang!"Tubuh Jupiter dan Blackie bergetar, mereka tidak berani membantah lagi. Wolfie telah menyinggung Tuan Wahyudi dan hampir melibatkan mereka, jadi dia memang pantas dibunuh.Ucup mengernyit dan berkata, "Semua ini hanya kata-katamu. Sebelum ada informasi pasti, aku nggak akan percaya pada pembohong s
Di kantor pengadilan daerah Kabupaten Uswal, Regan yang selalu tenang menerobos ke aula belakang pengadilan daerah sambil berteriak, "Pak Fadil, ada peristiwa besar yang terjadi. Tuan Wahyudi mengalahkan Ngarai Naga Biru dan menangkap Levon. Dia menyuruh kita untuk mengumpulkan mayat-mayat di sana!""Apa!" Fadil si patih pengganti tercengang sejenak. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan skeptis, "Regan, apa informasi ini terpercaya? Mungkin Wira nggak memenangkan pertempuran, tapi malah kalah telak dan dikurung di Ngarai Naga Biru Bandit. Mungkin dia ingin menipu kita agar memimpin pasukan untuk menyelamatkannya!"Para bandit Pegunungan Jatta telah memberontak dan menduduki Kabupaten Hiloka. Pasukan yang dikerahkan Kota Pusat Pemerintahan Lokana bahkan tidak dapat berbuat banyak. Bagaimana Wira yang hanya meminjam 150 set baju zirah dan membawa 200 orang ke sana mampu menangkap Wolfie hidup-hidup? Fadil yang paham soal masalah militer tidak bisa memercayainya.Regan akhirnya berka
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s