"Tuan Wahyudi, mohon arahannya!" ucap Farhan. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, "Dibandingkan dengan Tuan, nyaliku memang nggak besar. Tapi, kalau dibandingkan dengan orang biasa, nyaliku bisa dikatakan cukup besar!"Wira berkata, "Baguslah kalau begitu!" Dia melanjutkan sambil tersenyum licik, "Aku akan memberimu tujuh kata, taklukkan orang kaya dan rampas tanah mereka!"Bang! Wajah Farhan sontak memucat. Kemudian, dia berkata, "Tu, Tuan, tolong jangan bercanda!" Memang benar, dengan menaklukkan tuan tanah dan merampas kepemilikan tanah, lalu membagikannya kepada rakyat, masalah ini bisa segera terpecahkan!Akan tetapi, jika Farhan benar-benar melakukannya, tak peduli bawahannya bersedia menurut atau tidak, jika tidak dilakukan dengan baik, Farhan mungkin akan kehilangan jabatan setelah perintah resmi dari istana turun!Wira berbicara dengan ekspresi serius, "Aku nggak bercanda. Saat ini, kondisi di Kerajaan Nuala adalah tanah sudah digabungkan, kekayaan terpusat, struktur sos
Wira menimpali, "Kalau uang 2 miliar gabaknya masih ada sisa setelah membelikan makanan rakyat, gunakanlah untuk pembangunan infrastruktur!""Pembangunan infrastruktur?" tanya Farhan. Dia kebingungan mendengarnya sehingga berkata, "Mohon penjelasannya, Tuan Wahyudi!"Wira menjelaskan dengan tidak berdaya, "Pembangunan infrastruktur mengacu pada proyek yang didanai oleh prefektur seperti pengelolaan air, konstruksi jalan, dan perbaikan jembatan. Makin banyak proyek semacam itu yang kamu lakukan, makin banyak peluang kerja yang bisa diciptakan.""Baik pedagang maupun rakyat biasa, mereka bisa mendapatkan keuntungan dari sana. Kota-kota pun akan menjadi makmur. Pendapatan pajak untuk istana juga bisa meningkat. Ini adalah proyek yang saling menguntungkan!" jelas Wira.Di Atrana, proyek infrastruktur adalah strategi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Farhan sontak tertegun. Kedua matanya tampak berbinar-binar, lalu dia lagi-lagi bersujud sembari berkata, "Tuan, kamu adalah seorang
"Terlalu baik kalau hanya digantung!"Di Aula Pertemuan, seorang pria bertubuh pendek dan berwajah jelek duduk di kursi ketua pertama sambil berkata, "Karena orang itu berani menindas adikku, pertama-tama aku akan menyiksanya dengan hukuman teratai, lalu memotongnya menjadi delapan bagian. Setelah itu, aku akan menjadikan kepalanya sebagai pispot, tempat aku kencing setiap malam."Orang ini adalah Molika, pemimpin kelompok bandit di Yispohan. Saat mendapat kabar bahwa tentara bangsa Agrel datang ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Molika yang telah lama bermain-main di rumah bordil Kota Cengga segera bergegas kembali.Namun, Molika mendengar bahwa adiknya diculik, dan penculiknya menginginkan uang tebusan sebesar 300 juta. Si penculik juga mengosongkan semua aset saudara-saudaranya dan meminta 200 juta. Hal itu membuatnya marah besar.Ini terlalu keji! Si penculik memeras mereka, para bandit, dan menculik adiknya. Jika balas dendam ini tidak dibalas, mau taruh di mana harga diri Molika?
Meri dan Molika berasal dari Provinsi Cindera. Mereka melarikan diri ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dan menjadi penjahat di sana karena invasi bangsa Agrel.Meri dan kakak laki-lakinya mengagumi Panglima Dirga, Panglima Yudha, dan Pasukan Zirah Hitam dari lubuk hati mereka yang terdalam. Keduanya kagum atas kemampuan mereka menghabisi bangsa Agrel. Namun, hanya ada sedikit orang yang tahu jelas bagaimana cara Panglima Yudha mengalahkan bangsa Agrel."Panglima Yudha memang mengambil alih komando!" ujar seorang prajurit.Seorang prajurit pembelot yang tampak cerdas berkata, "Tapi bukan dia yang membunuh Raja Tanuwi. Tuan Wahyudi yang menembak mati Raja Tanuwi dengan misil tiga busur, membakar 30.000 infanteri bangsa Agrel, dan menggunakan formasi kerbau api untuk menyerang markas bangsa Agrel. Rencana untuk berpura-pura menjadi prajurit bangsa Agrel demi merebut kembali Perbatasan Loko seharusnya juga diusulkan oleh Tuan Wahyudi!"Kabar tentang bangsa Agrel yang dikalahkan tersebar di
Gadis berpakaian ungu mendengkus pelan, lalu menjawab, "Ya, memang yang berdada kecil itu yang pintar!"Farrel menundukkan kepalanya dan mengerutkan alis. Saat dia melihat ke dada gadis berpakaian ungu itu lagi, dia tidak bisa menahan diri untuk menggertakkan giginya.Gadis berpakaian ungu berkata sambil tersipu, "Apa pria secerdas itu punya kelemahan?"Dengan binar di mata indahnya, Farrel berkata, "Tiga tahun lalu, Wira bahkan berani menikah Wulan, putri dari Keluarga Linardi yang hampir dibantai. Dia benar-benar pria bernafsu besar yang nekat."Gadis berpakaian ungu itu mengerutkan alis dan bertanya, "Bukankah itu karena cinta sejati?""Kamu pikir semua orang itu seperti kamu dan Panglima Yudha, percaya pada cinta sejati?" ejek Farrel. Dia mendengkus pelan, lalu berkata dengan nada menghina, "Kalau itu cinta sejati, nggak mungkin ada rumor di desa kalau belum lama ini, dia dan Zabran tinggal di rumah bordil di kota selama tiga hari."Gadis berpakaian ungu itu mengernyit. Sebagai wan
Lestari bertahan dengan bersandar pada keyakinan bahwa Wira akan pulang. Dia tidak menyerah pada tekanan Keluarga Sutedja dan membocorkan cara membuat gula putih.Berkat pengawasan Iqbal dan sejumlah uang yang Lestari berikan, ayahnya tidak menerima hukuman apa pun di penjara. Kasus ini punya bukti dan saksi lengkap sehingga tidak bisa dibatalkan. Iqbal hanya bisa terus menunda waktu peradilan.Namun, setiap malam selalu ada preman yang menggedor pintu rumah Lestari sambil mengancam. Untungnya, Iqbal mengirimkan petugas patroli. Hanya saja, petugas patroli juga tidak bisa tinggal di sini sepanjang waktu. Begitu petugas patroli pergi, tidak lama kemudian para perusuh ini datang dan mengganggunya lagi."Kakak sepupumu itu pelajar payah itu, 'kan? Pak Husni bisa menghancurkannya dengan mudah!"Preman di luar pintu mendengkus dingin, lalu berkata, "Pintarlah sedikit. Cepat serahkan benda yang diinginkan bos kami. Kalau nggak, kami nggak akan segan-segan lagi. Kami berempat akan masuk bersa
Fandi, Rudi, dan belasan prajurit Pasukan Zirah Hitam yang tidak berkeluarga langsung menyatakan kesediaan mereka tanpa ragu."Tuan, kami ingin pulang dulu untuk membawa istri dan anak kami, lalu baru pindah ke Dusun Darmadi!" David dan 20-an orang lain yang sudah berkeluarga memilih untuk pindah bersama keluarga mereka.Lewat Hasan, para veteran sudah memahami karakter Wira. Adapun kemampuan Wira, mereka tahu dengan baik setelah berjuang bersamanya dalam beberapa pertempuran. Selain itu, Panglima Yudha juga berkata, jika mereka mengikuti Wira, mereka akan memiliki kehidupan yang baik. Banyak orang setuju tanpa ragu-ragu."Tuan, kami ingin pulang dan menjalani kehidupan yang damai!" Hanya beberapa veteran Pasukan Zirah Hitam yang memilih untuk kembali ke kampung halaman mereka. Bukannya mereka tidak memercayai Wira, tetapi mereka tidak ingin meninggalkan kampung halaman.Wira tidak memaksa mereka. Dia memberikan 30 juta kepada setiap orang yang memilih untuk pulang. Jumlah ini tidak te
Putro tertawa, lalu berkata, "Jangan puji aku, nanti aku besar kepala."Wira pun berterus terang, "Dusun kami sedang menjalankan program pemberantasan buta aksara. Tapi, kami kekurangan guru. Jadi, aku mau minta bantuan Kak Putro untuk mencari guru-guru yang bisa dipercaya dan supel."Putro yang terkejut bertanya, "Pemberantasan buta aksara?"Wira menjelaskan, "Tujuannya untuk membuat semua orang mengenal tulisan. Baik pria, wanita, tua, atau muda, semua harus bisa menulis nama sendiri. Bahkan, mereka harus tahu cara berhitung yang sederhana."Kalau usaha sebuah toko makin besar, orang yang bisa menulis dan berhitung makin dibutuhkan. Daripada merekrut orang lain yang belum tentu bisa dipercaya, lebih baik membimbing beberapa orang sendiri yang latar belakangnya sudah diketahui dengan jelas.Kali ini, setelah Wira mendapatkan uang dan kembali ke Dusun Darmadi, banyak hal yang sudah bisa dikembangkan."Membuat semua orang di dusun mengenal tulisan!" seru Putro yang bersemangat. Sebelumn
"Selain kabut yang agak tebal, sepertinya nggak ada apa-apa di sini," ujar Agha sambil menggaruk kepalanya."Justru kabut di depan ini yang membuatku merasa ada yang nggak beres." Wendi mengernyit, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya.Kemudian, dia segera mengeluarkan empat butir pil dari dalam. Setelah memakan sebutir, dia membagikan sisanya kepada mereka."Kabut ini beracun. Kalian cepat makan pil ini." ucap Wendi untuk memperingatkan.Tanpa ragu sedikit pun, Wira dan lainnya segera menelan pil itu.Wendi ahli dalam racun. Dia tentu bisa mendeteksi jika ada racun di kabut ini. Trik licik seperti ini tidak ada apa-apanya di hadapan Wendi.Ekspresi Wira menjadi sangat suram. "Ternyata ada orang yang ingin menghalangi jalan kita. Sepertinya jejak kita terdeteksi musuh."Saat berikutnya, terdengar tawa yang keras. Yang muncul di depan mereka tidak lain adalah Panji dan Caraka. Di belakang mereka terdapat banyak orang.Seiring dengan kemunculan mereka, kabut beracun itu p
Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk bertindak!Jika mereka bisa membunuh Wira, anak buahnya tidak mungkin bisa apa-apa lagi. Dengan begitu, Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu akan jatuh ke tangan mereka!Ketika saat itu tiba, di seluruh sembilan provinsi, siapa yang bisa menandingi Senia? Kerajaan Agrel akan menyapu sembilan provinsi dan Senia akan menjadi penguasa baru!"Apa Wira dan lainnya benaran akan datang? Kalau perjalanan mereka tertunda, apa kita harus terus menunggu di sini?"Caraka bertanya sambil minum teh. Nada bicaranya terdengar tidak sabar. Karena kali ini mereka tidak membawa banyak orang, mereka tidak sepenuhnya menguasai informasi tentang Wira dan lainnya, hanya bisa menuruti spekulasi Panji.Panji mengusap janggutnya sambil tertawa. Kemudian, dia menyahut, "Nggak usah cemas. Dengan kecerdikan Wira, aku rasa nggak sulit bagi dia untuk tahu dari mana aku berasal.""Lembah Duka memang tempat yang sangat misterius, tapi banyak orang yang tahu keberadaannya.
Wira melirik ketiga orang itu sejenak, lalu menggeleng dengan putus asa. Orang-orang ini benar-benar seperti hantu kelaparan! "Kak, kulihat kamu bicara lama dengan pelayan tadi. Apa kamu sudah dapat informasi?" tanya Agha sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi dan beralih menatap Wira.Wira mengangguk, lalu menyahut, "Aku sudah tanya semuanya. Orang-orang yang menguasai kemampuan aneh itu berasal dari tempat yang disebut Lembah Duka. Lembah itu terletak di Provinsi Tengah.""Kalau kita ingin menyelidiki tentang Panji dan mencari cara untuk melawannya, kita harus pergi ke Provinsi Tengah dan mencoba masuk ke Lembah Duka!""Asalkan kita bisa masuk ke Lembah Duka, nggak peduli siapa sebenarnya Panji atau seperti apa hubungannya dengan orang-orang di sana, setidaknya misi kita sudah selesai setengah. Tentunya, kita akan menemukan cara untuk melawan Panji!"Mengetahui informasi musuh adalah kunci kemenangan. Karena orang-orang di Lembah Duka tidak sembarangan terlibat dengan urusan
"Provinsi Tengah? Sebaiknya lupakan saja deh ...." Wira menggeleng dan menghela napas. "Dengar-dengar, Provinsi Tengah memang makmur dan kaya, juga merupakan pusat dari wilayah barat. Banyak orang yang datang ke wilayah barat pasti pergi ke Provinsi Tengah.""Harus kuakui bahwa tempat itu memang bagus, tapi aku punya satu kekhawatiran, yaitu ...." Wira sengaja memperpanjang suaranya, lalu melanjutkan, "Katanya di sana ada banyak masalah dan banyak orang lokal yang menguasai ilmu hitam. Mereka biasanya tinggal di Provinsi Tengah.""Kita yang baru datang ini masih asing dengan wilayah barat. Kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang seperti itu, bukankah kita akan celaka?""Pada akhirnya, kita malah cuma buang-buang tenaga, bahkan bisa kehilangan nyawa. Kalau begitu, untuk apa kita susah payah datang ke wilayah barat?"Saat berbicara, Wira terus mengamati pelayan di depannya, sembari mencoba menebak pikirannya.Daripada langsung bertanya tentang orang-orang yang menguasai kemampuan
Wira sampai tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya yang satu ini!Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah penginapan dan segera mengurus prosedur menginap.Setelah selesai menata barang, mereka turun ke lantai bawah dan segera memesan beberapa makanan. Agha pun makan dengan lahap."Kelihatannya sederhana saja, tapi rasanya lumayan enak! Kalian juga makan yang banyak!" ucap Agha sambil makan.Wira sama sekali tidak menghiraukannya dan malah menatap pelayan penginapan yang sedang berdiri di depan pintu.Karena di dalam penginapan tidak ada banyak orang, pelayan itu terlihat cukup santai dan sedang berdiri di depan pintu menikmati angin.Sekarang musim panas di wilayah barat. Wira dan lainnya juga tidak tahan menghadapi suhu yang terlalu tinggi ini, apalagi pelayan yang harus bekerja.Wira meletakkan peralatan makannya, lalu mendekati pelayan itu. Sambil tersenyum, dia bertanya, "Sobat, aku rasa kamu bukan orang asli sini, 'kan?""Benar, penilaianmu tajam sekali! Aku memang bu
Setelah melakukan penelitian, Wira memiliki pemahaman sederhana tentang wilayah barat. Jika dibandingkan dengan kesembilan provinsi, luas wilayah di wilayah barat memang kalah jauh.Wilayah ini terbagi menjadi lima zona besar, dengan zona pusat yang paling makmur, yang disebut Provinsi Tengah.Sementara itu, zona di timur, selatan, barat, dan utara dinamai sesuai dengan arah mata angin. Tempat mereka berada saat ini adalah Provinsi Utara.Namun, saat ini tidak ada petunjuk apa pun. Di wilayah barat ini, mereka juga tidak tahu harus bagaimana memulai penyelidikan tentang Panji. Jadi, mereka hanya bisa berjalan langkah demi langkah.Di gerbang masuk Provinsi Utara.Di depan gerbang tidak ada penjaga dan terlihat sangat sepi. Tidak ada yang perlu diherankan, karena wilayah barat tidak begitu berkembang. Jadi, tidak banyak orang yang datang kemari.Ketika mereka hampir memasuki kota, Wira memberi instruksi kepada orang-orang di sekitarnya, "Dengan penampilan kita ini, orang-orang akan tahu
Wira merasa senang mendengarnya. Dia segera mengambil peta itu dan mulai memeriksanya. Tak bisa dipungkiri, peta yang diberikan oleh Wardo sangat detail. Setiap jalan diberikan penjelasan yang jelas.Seperti yang Wardo katakan, untuk menuju ke wilayah barat, memang bukan hanya ada satu jalan. Namun, semua jalan itu memiliki kesamaan, yaitu harus melewati gurun!Dalam peta ini, bahkan jalan-jalan di gurun pun sudah dijelaskan dengan sangat rinci. Peta ini terlalu detail."Terima kasih," ucap Wira.Wardo melambaikan tangannya, lalu memandang ke arah orang-orang di belakangnya. Saat melihat mereka masih jauh dan tidak bisa mendengar percakapannya, dia menurunkan suara saat bertanya, "Kamu pasti Tuan Wira, penguasa Provinsi Lowala, 'kan?"Wira terkejut sesaat."Kamu nggak perlu menyembunyikan identitasmu lagi. Sebenarnya saat kamu bilang namamu Wiro, aku sudah bisa menebak kalau kamu adalah Tuan Wira.""Sebelumnya aku pernah meninggalkan desa ini untuk beberapa waktu dan mendengar beberapa
"Kalian ini bicara apa sih?" Agha menunjuk orang-orang di sekitar dengan tatapan dingin."Sudahlah!" Wira memberi isyarat mata kepada Agha, lalu menatap Wardo kembali."Yang mereka katakan juga benar. Meskipun bukan kami pembunuhnya, kematian orang-orang ini tetap ada kaitannya dengan kami. Kalau begitu, kami nggak akan berlama-lama lagi di sini."Ucapan Wira ini membuat banyak orang merasa lega. Jika Wira dan lainnya tetap tinggal di sini, kemungkinan besar akan terjadi masalah lagi. Jadi, lebih baik mereka pergi supaya desa kembali aman.Wardo mengangguk. "Aku mohon maaf, sebelumnya aku sudah salah paham kepada kalian.""Aku nggak nyangka, kalian begitu bijaksana. Kami nggak akan menghalangi lagi. Setelah kalian berkemas, silakan lanjutkan perjalanan kalian."Wira mengangguk, lalu membawa orang-orang di belakangnya menuju tempat mereka menginap semalam.Para penduduk desa melihat mereka dari jauh. Masih terlihat amarah pada ekspresi mereka."Orang-orang ini memang nggak tahu terima k
Caraka terkekeh-kekeh dan berkata, "Tentu saja aku punya rencana cadangan.""Apa itu?" Panji menatap Caraka dengan bingung.Orang ini sepertinya lebih licik dan penuh perhitungan daripada yang dibayangkan. Sebenarnya jika dipikir-pikir, itu masuk akal. Jika Caraka tidak licik, bagaimana mungkin dia bisa sampai di posisi seperti ini? Bahkan, dia perlahan-lahan menjadi tangan kanan Senia."Rencananya, aku akan ...." Caraka berbisik di samping telinga Panji, sambil merendahkan suaranya.Setelah mendengar rencana Caraka, Panji tak bisa menahan tawa. Sambil menunjuknya, dia berkata, "Kamu jauh lebih kejam dariku!"Mereka saling bertukar senyum dan tidak ada yang melanjutkan percakapan lagi. Sesaat kemudian, mereka berdua beranjak pergi. Sepertinya tidak ada lagi yang menarik untuk ditonton, jadi mereka lebih memilih untuk pergi.Mereka akan mengikuti rencana yang sudah disusun. Mereka yakin Wira dan lainnya tidak akan bisa membalikkan situasi.Pada saat yang sama, di pintu masuk desa.Setel