Apa dia benar-benar mengira bisa mengendalikan jalannya perang ini?Komeng juga mendengar suara itu. Dia menoleh ke arah Wira, lalu mengerutkan dahinya. Ekspresinya menjadi semakin masam.Sebelumnya saat mengikuti Bobby, dia tentu pernah bertemu dengan Wira. Dia tidak pernah lupa pada wajah itu!Namun, yang benar-benar membuatnya terkejut adalah ... Wira benar-benar datang!Tampaknya, rumor yang beredar tidaklah benar. Wira sama sekali tidak meninggalkan Bobby dan keduanya ternyata masih terus berhubungan! Jika tidak, Wira tidak mungkin muncul di sini!Sekarang, situasinya menjadi semakin sulit untuk dikendalikan!"Wira nggak meninggalkan kita!" Bobby bersorak girang, diikuti oleh sorakan dari orang-orang di belakangnya.Bahkan, warga yang tadinya bersiap untuk melarikan diri juga ikut berseru dengan penuh harapan. Kedatangan Wira kembali membawa cahaya di tengah keputusasaan mereka.Sekarang mereka tidak perlu melarikan diri lagi! Mereka juga tidak perlu berpisah dengan keluarga merek
Tatapan semua orang tertuju pada Komeng. Alasan utama mereka memberontak melawan Bobby sebagian besar berasal karena Komeng.Sejak awal, mereka telah menganggap Komeng sebagai pemimpin mereka. Setidaknya dalam situasi ini, harus ada seseorang yang maju. Mereka juga tidak ingin menyinggung Wira karena hal ini.Ekspresi Komeng pun langsung berubah, tatapannya menjadi lebih dingin. Dia melihat bahwa Bobby hampir dikalahkan dan sudah bersiap untuk mengambil alih posisi Bobby. Namun, dia tak menduga Wira benar-benar datang untuk membantu. Situasi menjadi semakin rumit.Wira tidak membawa banyak orang bersamanya. Namun, jika dia diabaikan, pasti akan menimbulkan masalah. Jika orang-orang yang setia pada Wira datang membawa pasukan, suku-suku di utara tidak akan pernah mendapatkan ketenangan!Memikirkan untung dan ruginya, Komeng akhirnya menggertakkan giginya. Senyuman tipis muncul di wajahnya. Dia menyarungkan pedangnya dan berjalan mendekati Wira, sambil menggosok-gosokkan tangannya."Kare
Bersujud sebagai tanda hormat memang sudah menjadi tradisi mereka!Namun, sekarang setelah Wira berbicara demikian, tidak ada seorang pun yang berani tetap berlutut di tanah.Setelah berdiri, para penduduk segera memberi jalan bagi Wira dan rombongannya, membiarkan mereka masuk ke suku."Tuan Wira, hanya kalian beberapa orang saja? Apakah pasukan di luar perlu diberi tempat untuk beristirahat?" tanya Bobby dengan hati-hati setelah Wira dan rombongannya memasuki wilayah suku.Kini, kekuasaan di tangannya telah jatuh. Bahkan, sekarang Komeng memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding dirinya. Jika Bobby tidak mendapatkan bala bantuan, situasinya tetap tidak akan berubah.Meskipun Wira berhasil membujuk Komeng untuk mundur kali ini, tidak ada jaminan bahwa Komeng dan pasukannya tidak akan kembali menyerang. Saat itu terjadi, kehadiran Wira mungkin tidak akan cukup untuk menghentikan mereka lagi."Mana ada pasukan? Hanya kami beberapa orang saja." Wira tentu memahami maksud tersembunyi d
"Ya, sekarang kita hanya bisa menggunakan cara ini." Bobby menghela napas panjang dan tidak berkata lebih lanjut.Kini, mereka hanya bisa menaruh harapan pada Wira. Adapun bagaimana hasilnya nanti, semuanya bergantung pada kemampuan Wira.....Pada saat yang sama, di dalam perkemahan Komeng. Di sisi kiri dan kanan Komeng, duduk dua pemimpin suku lainnya.Di sebelah kiri adalah seorang pria bertubuh kekar bernama Bimala. Dia berhasil membangun kekuasaannya sendiri dengan mengandalkan kekuatannya.Sementara itu, di sebelah kanan adalah seorang pria bertubuh kurus bernama Chaman. Dia dikenal sebagai seseorang yang sangat cerdas dan ahli dalam strategi.Dulu, dia berhasil mengukuhkan posisinya sedikit demi sedikit berkat kelihaiannya dalam merancang taktik. Bisa dibilang, dia adalah sosok yang sulit dicari tandingannya dalam hal kecerdikan!Dalam aliansi beberapa suku untuk menggulingkan Bobby, Chaman yang merancang strategi dari balik layar. Dia yang berhasil menghubungkan dengan Bimala d
Begitu melihat sosok yang datang, ketiga orang itu segera berdiri dan memberikan salam dengan penuh hormat.Orang yang datang bukanlah sembarang orang. Dia adalah Baris! Ya, Baris, adik kandung Osman!Dulu, Kerajaan Nuala pernah mendukung Baris sebagai raja boneka dengan tujuan mengendalikan seluruh kerajaan serta menyingkirkan Osman.Namun, tak ada yang menyangka bahwa Wira akan tiba-tiba ikut campur dalam urusan Kerajaan Nuala. Lebih dari itu, Wira bahkan memilih berpihak kepada Osman!Akibatnya, rencana para jenderal besar berantakan dan mereka akhirnya terpaksa menyerahkan kekuasaan kepada Osman.Sejak kejadian itu, Baris menghilang tanpa jejak. Banyak yang mengira dia telah tewas dalam kekacauan perang. Namun, kenyataannya berbeda, Baris masih hidup dan bersembunyi!Bukan hanya itu, dia bahkan berhasil mengumpulkan 30.000 pasukan di bawah komandonya secara diam-diam!Dengan pasukan itu, Baris mulai membangun kembali kekuatannya sedikit demi sedikit hingga akhirnya berhasil menyusu
"Tentu saja aku sudah mengetahui semua ini. Kalau nggak, aku juga nggak akan repot-repot datang ke sini."Tatapan Baris menjadi semakin dingin saat wajah Wira terlintas di benaknya. Dengan nada dingin, dia melanjutkan, "Kalaupun kalian nggak memanggilku, aku sendiri pasti akan datang mencari kalian.""Aku dan Wira punya dendam yang tak terhapuskan! Kalau saja dia nggak tiba-tiba muncul saat itu, aku pasti sudah menguasai Kerajaan Nuala!""Berkali-kali dia menggagalkan rencanaku, maka kali ini aku nggak akan membiarkan dia lolos begitu saja!""Sekarang dia datang ke suku utara tanpa membawa pasukan, maka inilah kesempatan kita untuk memastikan dia nggak akan pernah bisa keluar dari sini lagi!""Aku ingin dia belajar bahwa ikut campur dalam urusan orang lain bukanlah keputusan yang bijak!"Mendengar itu, Komeng dan yang lainnya segera mengangguk setuju. Mereka semua sudah lama ditekan oleh Wira. Selain itu, semakin Bobby berkuasa, mereka akan kehilangan kedudukan yang selama ini mereka m
Untuk merebut kembali semua yang menjadi miliknya, Wira memegang peranan kunci!Hubungan Wira dengan Osman sudah jelas. Jika Wira tidak disingkirkan, masalah di masa depan akan terus berlanjut tanpa akhir.Selama Wira masih berada di wilayah suku utara, inilah kesempatan terbaik untuk membunuhnya!Bagi Baris, ini adalah kesempatan emas yang hanya membawa keuntungan tanpa ada kerugian sedikit pun!"Karena Pangeran telah memutuskan, maka kami akan mengikuti rencana Pangeran. Aku akan segera mengatur orang-orang dan bersiap menghadiri jamuan itu!" Komeng menjadi yang pertama angkat bicara.Hubungan mereka dengan Baris hanya sebatas kerja sama. Satu-satunya alasan mengapa mereka tunduk padanya adalah karena Baris memiliki latar belakang keluarga kerajaan serta kekuatan besar di belakangnya. Mereka tentu tidak berani menantangnya secara langsung.Setidaknya, selama Baris masih berguna bagi mereka, mereka akan tetap memberikan sedikit rasa hormat padanya.Alasan mereka setuju menghadiri jamu
Semua orang saling bertukar pandang, tetapi tidak ada yang sungkan. Mereka segera duduk di tempat masing-masing.Wira duduk di posisi utama, sementara Osmaro dan Agha duduk di sisi kiri dan kanannya untuk memastikan keamanannya.Di sebelah Agha tidak lain adalah Bobby.Para prajurit yang mereka bawa tetap berjaga beberapa ratus meter dari tempat perjamuan, memperhatikan jalannya pertemuan dengan penuh kewaspadaan.Meskipun ini adalah jamuan makan, suasana di sekitar terasa tegang, seolah-olah percikan api bisa menyulut peperangan kapan saja!"Tuan Wira, sebelum datang ke sini, aku sudah makan. Jadi, aku sudah kenyang. Kita langsung ke inti pembicaraan saja. Aku yakin tujuanmu mengundang kami ke sini bukan sekadar untuk makan bersama, 'kan? Kalau ada sesuatu yang perlu disampaikan, silakan katakan langsung!"Begitu Komeng angkat bicara, yang lain pun mengangguk setuju. Mereka memang tidak datang hanya untuk menikmati hidangan.Lagi pula, hubungan mereka dengan Wira tidaklah cukup akrab
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini
Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W
Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah
Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini
Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin