"Tentu saja aku sudah mengetahui semua ini. Kalau nggak, aku juga nggak akan repot-repot datang ke sini."Tatapan Baris menjadi semakin dingin saat wajah Wira terlintas di benaknya. Dengan nada dingin, dia melanjutkan, "Kalaupun kalian nggak memanggilku, aku sendiri pasti akan datang mencari kalian.""Aku dan Wira punya dendam yang tak terhapuskan! Kalau saja dia nggak tiba-tiba muncul saat itu, aku pasti sudah menguasai Kerajaan Nuala!""Berkali-kali dia menggagalkan rencanaku, maka kali ini aku nggak akan membiarkan dia lolos begitu saja!""Sekarang dia datang ke suku utara tanpa membawa pasukan, maka inilah kesempatan kita untuk memastikan dia nggak akan pernah bisa keluar dari sini lagi!""Aku ingin dia belajar bahwa ikut campur dalam urusan orang lain bukanlah keputusan yang bijak!"Mendengar itu, Komeng dan yang lainnya segera mengangguk setuju. Mereka semua sudah lama ditekan oleh Wira. Selain itu, semakin Bobby berkuasa, mereka akan kehilangan kedudukan yang selama ini mereka m
Untuk merebut kembali semua yang menjadi miliknya, Wira memegang peranan kunci!Hubungan Wira dengan Osman sudah jelas. Jika Wira tidak disingkirkan, masalah di masa depan akan terus berlanjut tanpa akhir.Selama Wira masih berada di wilayah suku utara, inilah kesempatan terbaik untuk membunuhnya!Bagi Baris, ini adalah kesempatan emas yang hanya membawa keuntungan tanpa ada kerugian sedikit pun!"Karena Pangeran telah memutuskan, maka kami akan mengikuti rencana Pangeran. Aku akan segera mengatur orang-orang dan bersiap menghadiri jamuan itu!" Komeng menjadi yang pertama angkat bicara.Hubungan mereka dengan Baris hanya sebatas kerja sama. Satu-satunya alasan mengapa mereka tunduk padanya adalah karena Baris memiliki latar belakang keluarga kerajaan serta kekuatan besar di belakangnya. Mereka tentu tidak berani menantangnya secara langsung.Setidaknya, selama Baris masih berguna bagi mereka, mereka akan tetap memberikan sedikit rasa hormat padanya.Alasan mereka setuju menghadiri jamu
Semua orang saling bertukar pandang, tetapi tidak ada yang sungkan. Mereka segera duduk di tempat masing-masing.Wira duduk di posisi utama, sementara Osmaro dan Agha duduk di sisi kiri dan kanannya untuk memastikan keamanannya.Di sebelah Agha tidak lain adalah Bobby.Para prajurit yang mereka bawa tetap berjaga beberapa ratus meter dari tempat perjamuan, memperhatikan jalannya pertemuan dengan penuh kewaspadaan.Meskipun ini adalah jamuan makan, suasana di sekitar terasa tegang, seolah-olah percikan api bisa menyulut peperangan kapan saja!"Tuan Wira, sebelum datang ke sini, aku sudah makan. Jadi, aku sudah kenyang. Kita langsung ke inti pembicaraan saja. Aku yakin tujuanmu mengundang kami ke sini bukan sekadar untuk makan bersama, 'kan? Kalau ada sesuatu yang perlu disampaikan, silakan katakan langsung!"Begitu Komeng angkat bicara, yang lain pun mengangguk setuju. Mereka memang tidak datang hanya untuk menikmati hidangan.Lagi pula, hubungan mereka dengan Wira tidaklah cukup akrab
Jelas sekali, Komeng sama sekali tidak takut pada Bobby. Dengan kekuatan yang dia miliki saat ini, dia memang tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.Lagi pula, sekarang Komeng memiliki banyak pasukan elite, ditambah lagi hubungan eratnya dengan Bimala dan Chaman. Semua ini bisa membuatnya menggantikan posisi Bobby kapan saja. Kenapa dia harus terus berada di bawah orang lain?"Heh!" Bobby tertawa dingin. Dia langsung menepuk meja dan bersiap untuk berdiri serta membalas perkataan Komeng.Namun, sebelum dia sempat bicara, Wira menarik pergelangan tangannya dan memberinya isyarat dengan tatapan mata.Melihat hal itu, Bobby hanya bisa menahan amarahnya. Meskipun tidak mengatakan sepatah kata pun, sorot matanya terhadap Komeng tetap penuh dengan kemarahan.Jelas sekali, Komeng hanya mencari alasan untuk menutupi ambisinya. Saat Bobby masih memimpin tujuh suku besar, Komeng tidak pernah menentangnya.Namun, sekarang ketika situasi mulai membaik, Komeng malah berdiri di hadapannya dan mulai be
"Menurutku ini nggak adil. Tuan Wira, bukankah ini terlalu memihak kepada Bobby?" Komeng mendengus dan langsung melemparkan gelasnya ke samping, jelas menunjukkan bahwa dia tidak berniat menghormati Wira.Di belakang Wira, Nafis dan Agha langsung mengerutkan alis. Tangan Nafis bahkan sudah meraba senjata di pinggang, siap beraksi kapan saja. Dia tidak akan memberi Komeng kesempatan sedikit pun. Begitu dia mengambil tindakan, Komeng pasti akan tumbang di tempat."Apa yang nggak adil?" Wira bertanya dengan tenang. Dia tetap mempertahankan ketenangannya, menyadari bahwa ini bukan tempatnya untuk gegabah.Baginya, orang yang bisa mencapai hal besar tak boleh terjebak dalam masalah kecil, terutama di wilayah orang lain dan dalam situasi di mana kekuatan lawan lebih besar. Negosiasi hari ini bisa kehilangan maknanya jika tidak ditangani dengan hati-hati."Tuan Wira, semua orang tahu kamu dan Bobby punya hubungan baik. Kalau mengikuti saranmu, meskipun kami berusaha sekuat tenaga, bukankah pa
"Jadi, ini memang jamuan jebakan! Sudah kuduga, Wira mengundang kita semua ke sini pasti ada maksud tersembunyi! Semuanya, maju!"Chaman langsung berdiri di tengah kekacauan, lalu mundur puluhan langkah dan berteriak kepada anak buahnya yang berada di belakang.Dalam sekejap, para pengawal yang dibawa oleh Komeng, Bimala, dan Chaman bergegas maju untuk mengepung area tersebut.Melihat situasi yang berubah, Komeng dan Bimala tak lagi berurusan dengan Agha. Awalnya mereka ingin memberi pelajaran kepada Agha, tetapi tidak menyangka bahwa Agha begitu kuat, padahal mereka telah bekerja sama.Selain itu, Agha memiliki kekuatan fisik yang lebih besar dibanding mereka berdua. Jika pertarungan berlanjut, bisa saja mereka yang rugi.Sebagai kepala suku, mereka memiliki status yang jauh lebih tinggi dari Agha sehingga enggan melanjutkan pertarungan di tempat ini.Setelah Chaman memanggil pasukannya, Komeng dan Bimala segera mundur ke barisan mereka sendiri, memandang dingin ke arah Wira dan kelom
"Kenapa dia bisa ada di sini? Bukankah dia sudah mati saat Kerajaan Nuala sedang dalam kekacauan perang?" tanya Wira.Kemunculan Baris langsung mengejutkan kebanyakan orang, begitu juga dengan Wira. Dia mulai bertanya-tanya dalam hati apakah Baris ini memiliki kemampuan untuk hidup kembali."Tuan Wira, kamu nggak perlu melihatku dengan begitu kaget, sebenarnya saat itu aku nggak mati. Aku nggak muncul di hadapan semua orang selama ini karena ada hal yang lebih penting yang harus diselesaikan. Jadi, meskipun Kak Osman sudah jadi raja, aku juga nggak ingin kembali untuk menjadi saudara raja," kata Baris.Dalam sekejap, Baris sudah berjalan mendekati kerumunan. Sementara itu, Komeng dan yang lainnya pun langsung memberi hormat padanya, lalu berdiri di belakangnya seperti pengawal pribadinya.Melihat pemandangan di depannya ini, Wira langsung mengerti. Sepertinya, masalah yang terjadi di suku-suku utara ini berhubungan langsung dengan Wira. Saat itu, orang ini tiba-tiba pergi dan bahkan me
Kehadiran Wira menghancurkan semua rencana Baris dam bahkan membuat strateginya berantakan. Para jenderal yang melayani di sampingnya juga dipukul Wira sampai melarikan diri, pada akhirnya dia terpaksa menyerahkan kekuasaannya dan Kerajaan Nuala pun jatuh ke tangan Osman. Justru karena situasi yang tidak menguntungkan ini, dia tidak bertahan lagi dan segera meninggalkan kerajaan itu.Melihat Baris sudah mengungkapkan niatnya, Wira merasa dia pun tidak perlu basa-basi dengan Baris lagi. Namun, ekspresinya tidak terlihat takut sedikit pun, melainkan berkata dengan tenang, "Kalau dugaanku nggak salah, orang yang mendukungmu pasti Senia. Semua tindakanmu sekarang juga pasti sudah mendapat persetujuannya. Kamu ingin bekerja sama dengan Senia untuk melawanku, 'kan?"Plak plak plak!Baris bertepuk tangan dengan puas sambil menatap Wira, lalu mengacungkan jempolnya dan berkata sambil tertawa, "Pemikiran Tuan Wira memang selalu cerdas dan cepat. Kamu sudah bisa menebak siapa dalang di belakang
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi
Tak lama kemudian, obor mulai dinyalakan satu per satu.Di dalam hutan, Wira melihat cahaya obor yang menyala di kejauhan dan langsung tertegun."Apa yang dilakukan jenderal musuh ini? Kenapa dia menyalakan obor pada saat seperti ini?"Meskipun hari sudah gelap, cara terbaik untuk menangkap mereka seharusnya adalah dengan bersembunyi dalam kegelapan. Namun, musuh malah menyalakan obor, seolah-olah sengaja membocorkan posisi mereka sendiri.Adjie juga terkejut melihat tindakan aneh musuh ini. Setelah memastikan orang-orangnya sudah bersembunyi di tempat yang aman, dia mendekati Wira dan bertanya, "Tuan, apa yang dilakukan mereka? Menyalakan obor di saat seperti ini? Apa jenderal mereka nggak waras?"Wira tertawa kecil. Dia sendiri tidak menyangka musuh akan bertindak seperti ini. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Haha ... jenderal mereka benar-benar menarik. Menyalakan obor di saat seperti ini, apa dia khawatir pasukannya mati terlalu lambat?"Namun, ada pepatah yang mengatakan ba
Keduanya langsung mengiakan, lalu membawa perlengkapan mereka dan pergi.Setelah mereka pergi, Adjie berbisik, "Tuan, 500 orang melawan 1.000. Kalau kita bisa menanganinya dengan baik, kita pasti bisa membasmi mereka semua di sini."Wira tersenyum. Sebelumnya, dia masih memikirkan bagaimana cara menyerang gerbang kota saat fajar. Sekarang, setelah mendengar kabar bahwa musuh telah menyusup, dia akhirnya menemukan jawabannya.Beberapa saat kemudian, Wira bertanya, "Adjie, kamu tahu strategi menangkap pemimpin untuk mengalahkan pasukan, 'kan?"Mendengar ini, Adjie tertegun sejenak. Tentu saja dia tahu strategi tersebut. Dia seperti menyadari sesuatu. Matanya berbinar saat membalas, "Tuan ingin menangkap pemimpin mereka? Kalau itu berhasil, pasukan mereka pasti akan kehilangan arah dan hancur dengan sendirinya!"Wira tersenyum dan mengangguk, lalu berucap dengan suara pelan, "Atur 100 orang dan sembunyikan mereka di kegelapan. Aku sendiri akan memancing mereka. Kalau kalian menemukan pemi
Setelah mendengar perkataan Adjie, Nafis dan Agha langsung menoleh ke arah Wira. Meskipun rencana Adjie terdengar cukup baik, keputusan akhir tetap harus dibuat oleh Wira.Wira menatap peta, lalu tersenyum dan mengangguk sambil berkata, "Rencana ini cukup bagus, persis dengan yang kupikirkan. Apa sudah ada informasi tentang jenderal besar yang menjaga kota?"Nafis mengangguk dan menjawab, "Sudah kami selidiki. Namanya Kunaf. Kabarnya, dia diangkat langsung oleh Bimala. Sekarang setelah suku utara dikuasai oleh Baris dan kelompoknya, kemungkinan besar semua urusan juga ditangani oleh Bimala."Mendengar ini, Wira tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Saat ini, dia belum bisa memastikan apakah Bobby masih hidup atau tidak. Hanya saja, kalaupun Bobby masih hidup, situasinya pasti sangat berbahaya.Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Wira menggeleng, lalu menatap peta dan berkata dengan perlahan, "Kita akan membagi pasukan menjadi 2. Saat menjelang fajar, Nafis akan ikut de
Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.