"Tapi, tempat ini nggak akan jadi kuburanku, melainkan jadi kuburan kalian. Karena kalian sendiri yang cari mati, aku akan mengabulkan keinginan kalian," kata Jaran.Dalam sekejap, kedua pihak berpindah ke tebing gunung yang letaknya jauh dari sana. Setelah bergerak sekitar satu jam, Wira dan yang lainnya sudah tiba di tebing gunung itu. Pemandangan di sana sangat tandus dan terdapat sebuah jurang yang sangat dalam di samping. Tempat ini terlihat sangat menyeramkan, tetapi sangat cocok untuk pertarungan hidup dan mati juga."Aku tahu kamu sengaja mengulur waktu. Kamu pasti sudah tahu kemampuanku juga, jadi nggak berani melawanku secara langsung. Sayangnya, sekarang kita sudah sampai ke sini, aku ingin melihat kamu masih punya cara apa lagi untuk terus mengulur waktu," kata Jaran dengan tegas.Jaran berpikir tadi Wira memilih untuk berpindah lokasi, ini membuktikan Wira pasti sedang mengulur waktu. Bagaimanapun juga, Wira juga sudah tahu kekuatannya, tidak akan berani benar-benar melawa
"Karena kamu memilih untuk mati bersama mereka, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," teriak Jaran dengan marah.Namun, saat Jaran hendak turun tangan, terdengar suara angin yang bertiup dan langsung muncul beberapa sosok di depannya. Mereka semua mengenakan jubah hitam dan hanya menunjukkan sepasang mata saja. Melihat mereka, dia langsung menjadi panik. Dia juga berasal dari Lembah Duka, tentu saja tahu siapa mereka dan dia tidak mungkin bisa menandingi mereka.Dalam sekejap, napas Jaran menjadi makin terengah-engah. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan secara refleks mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Kalian semua meninggalkan Lembah Duka? Apa kalian masih ingat dengan aturan yang ditetapkan orang-orang itu untuk Lembah Duka?""Sekarang kalian keluar dari Lembah Duka berarti sudah menentang mereka secara terang-terangan. Kalau ketahuan mereka, mereka pasti nggak akan membiarkan kalian begitu saja.""Bagaimana kalau kita saling mengalah? Jangan a
Sementara itu, terlihat sebuah lubang hitam dan kini masih sedang meneteskan darah di kepala Jaran. Dalam sekejap, Jaran sudah terkapar di tanah dan langsung mati."Apa yang sudah terjadi?" tanya semua orang yang menoleh secara bersamaan dan menatap Wira.Saat ini, Wira masih menggenggam sebuah pistol dan tadi dia yang menembak saat Jaran tidak memperhatikannya. Bagaimanapun juga, perhatian Jaran sedang tertuju pada Fikri, ini juga yang memberikannya kesempatan bagus untuk bertindak. Dia pun berhasil memastikan kemenangannya hanya dengan satu tembakan."Aku khawatir dia benar-benar akan menggunakan ilmu sihir terkuatnya seperti yang dikatakannya dan membawa masalah bagi kalian semua, jadi aku langsung menembaknya. Dengan begitu, kita juga akan menghemat banyak tenaga," kata Wira sambil tersenyum dan menyimpan kembali pistolnya.Fikri yang berdiri di samping pun segera mendekati Wira dan berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu punya senjata seperti ini sejak awal, kenapa masih perlu bantu
Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.
“Nggak enak banget!”Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih. Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati
Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”“Oke!”Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpul
Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami
Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko
Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.
Sementara itu, terlihat sebuah lubang hitam dan kini masih sedang meneteskan darah di kepala Jaran. Dalam sekejap, Jaran sudah terkapar di tanah dan langsung mati."Apa yang sudah terjadi?" tanya semua orang yang menoleh secara bersamaan dan menatap Wira.Saat ini, Wira masih menggenggam sebuah pistol dan tadi dia yang menembak saat Jaran tidak memperhatikannya. Bagaimanapun juga, perhatian Jaran sedang tertuju pada Fikri, ini juga yang memberikannya kesempatan bagus untuk bertindak. Dia pun berhasil memastikan kemenangannya hanya dengan satu tembakan."Aku khawatir dia benar-benar akan menggunakan ilmu sihir terkuatnya seperti yang dikatakannya dan membawa masalah bagi kalian semua, jadi aku langsung menembaknya. Dengan begitu, kita juga akan menghemat banyak tenaga," kata Wira sambil tersenyum dan menyimpan kembali pistolnya.Fikri yang berdiri di samping pun segera mendekati Wira dan berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu punya senjata seperti ini sejak awal, kenapa masih perlu bantu
"Karena kamu memilih untuk mati bersama mereka, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," teriak Jaran dengan marah.Namun, saat Jaran hendak turun tangan, terdengar suara angin yang bertiup dan langsung muncul beberapa sosok di depannya. Mereka semua mengenakan jubah hitam dan hanya menunjukkan sepasang mata saja. Melihat mereka, dia langsung menjadi panik. Dia juga berasal dari Lembah Duka, tentu saja tahu siapa mereka dan dia tidak mungkin bisa menandingi mereka.Dalam sekejap, napas Jaran menjadi makin terengah-engah. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan secara refleks mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Kalian semua meninggalkan Lembah Duka? Apa kalian masih ingat dengan aturan yang ditetapkan orang-orang itu untuk Lembah Duka?""Sekarang kalian keluar dari Lembah Duka berarti sudah menentang mereka secara terang-terangan. Kalau ketahuan mereka, mereka pasti nggak akan membiarkan kalian begitu saja.""Bagaimana kalau kita saling mengalah? Jangan a
"Tapi, tempat ini nggak akan jadi kuburanku, melainkan jadi kuburan kalian. Karena kalian sendiri yang cari mati, aku akan mengabulkan keinginan kalian," kata Jaran.Dalam sekejap, kedua pihak berpindah ke tebing gunung yang letaknya jauh dari sana. Setelah bergerak sekitar satu jam, Wira dan yang lainnya sudah tiba di tebing gunung itu. Pemandangan di sana sangat tandus dan terdapat sebuah jurang yang sangat dalam di samping. Tempat ini terlihat sangat menyeramkan, tetapi sangat cocok untuk pertarungan hidup dan mati juga."Aku tahu kamu sengaja mengulur waktu. Kamu pasti sudah tahu kemampuanku juga, jadi nggak berani melawanku secara langsung. Sayangnya, sekarang kita sudah sampai ke sini, aku ingin melihat kamu masih punya cara apa lagi untuk terus mengulur waktu," kata Jaran dengan tegas.Jaran berpikir tadi Wira memilih untuk berpindah lokasi, ini membuktikan Wira pasti sedang mengulur waktu. Bagaimanapun juga, Wira juga sudah tahu kekuatannya, tidak akan berani benar-benar melawa
Fikri berkata dengan dingin, "Dilihat dari penampilannya yang seperti itu, aku sudah tahu siapa dia. Pengkhianat ini malah inisiatif datang mencariku, ini malah memudahkan urusan kita. Sekarang semuanya sudah siap, hanya tinggal bertindak saja. Kalau sudah di dalam kota, kita memang akan sulit untuk melawannya.""Kalau kita bertindak di sana, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang lain. Tapi, sekarang dia sendiri yang mendekati kita, kita pun jadi jauh lebih mudah untuk menghabisinya. Nanti kita pancing dia ke tempat yang lebih jauh dari sini, lalu kita baru bertindak. Kita singkirkan dia dengan diam-diam."Sebagai pewaris ketua Lembah Duka, Fikri tidak akan membiarkan siapa pun melanggar aturan dari Lembah Duka. Apa yang dilakukan Jaran sudah membawa bencana besar bagi orang-orang di lembah. Jika orang-orang itu tahu ada orang dari lembah yang keluar dari sana, mungkin nyawa mereka juga tidak akan selamat."Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencanamu," kata Wira dengan perl
Saat Wira dan yang lainnya tiba di sekitar Provinsi Tengah, Jaran dan Caraka yang sudah menunggu lama di pintu gerbang kota pun segera menemukan target mereka."Mereka malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat? Ini memang di luar dugaanku. Tapi, dilihat dari situasinya sekarang, sepertinya mereka nggak menemukan bala bantuan," kata Jaran yang berdiri di atas tembok kota sambil tersenyum dingin.Sebelum Wira dan yang lainnya pergi ke Lembah Duka, Jaran sudah menduga hasilnya akan seperti ini. Namun, dia tidak menyangka Wira ternyata bisa keluar dari sana dengan selamat.Lembah Duka tentu saja memiliki peraturannya tersendiri, orang luar sulit untuk masuk ke sana. Jika masuk, mungkin hanya akan menambah masalah bagi diri mereka sendiri. Untuk keluar dari sana adalah hal yang sangat sulit. Bagaimanapun juga, lembah itu memiliki terlalu banyak rahasia, tentu saja tidak suka diganggu orang luar.Namun, Wira malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat, hal ini memang membuat Ja
"Ayahmu jauh lebih bijaksana daripada yang kamu kira. Kamu cuma perlu menuruti perintahnya.""Mengenai Lembah Duka, kamu perlahan-lahan lupakan saja. Mulai sekarang, kamu bukan lagi bagian dari Lembah Duka. Kamu berasal dari Provinsi Tengah dan aku sahabatmu."Fikri mengangguk, tetapi matanya berkaca-kaca. Memikirkan apa yang akan mungkin terjadi ke depan, hatinya terasa berat.Wira menghibur, "Tenang saja, mungkin situasinya nggak seburuk yang kamu bayangkan. Lembah Duka belum tentu akan hancur.""Kita cuma perlu fokus pada tugas kita. Sisanya biarkan ayahmu yang mengurusnya. Mungkin masalah seperti ini nggak akan bisa mengancamnya."Meskipun mereka hanya selisih beberapa tahun, Wira tidak menganggap mereka sebagai teman sebaya. Di matanya, Fikri lebih mirip anak kecil.Sikap Fikri memang lebih dewasa jika dibandingkan dengan Agha. Namun, kesenjangan di antara keduanya tidak terlalu banyak."Omong-omong, sebentar lagi kita akan masuk Provinsi Tengah. Jangan lupa menyamar. Aku khawatir
Di Lembah Duka, Fikri berada di kamar Arie sepanjang malam. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan oleh ayah dan anak itu.Keesokan pagi, suasana hati Fikri tampak sangat buruk. Bahkan, dia tidak menghiraukan siapa pun.Sementara itu, Arie tampak bersemangat. Dia bekerja sama dengan Wira untuk menyusun strategi melawan Panji.Semua persiapan sudah selesai. Wira pun tidak berlama-lama di Lembah Duka. Siang hari itu, dia langsung membawa rombongan meninggalkan Lembah Duka.Awalnya hanya ada empat orang saat pergi, tetapi sekarang bertambah satu orang, yaitu Fikri. Namun, di belakang masih ada banyak ahli yang mengikuti.Hanya saja, orang-orang ini menjaga jarak dengan Wira dan lainnya. Mereka terus mengikuti tanpa pernah kehilangan jejak Wira dan lainnya. Mereka ini tentu adalah orang-orang yang diutus oleh Arie untuk bekerja sama dengan Wira dalam menghadapi Jaran."Ayahmu seharusnya sudah kasih tahu kamu semuanya, 'kan?" Sambil menunggang kuda, Wira menatap Fikri yang berada di sampi
Kedua provinsi memiliki jutaan pasukan. Ditambah dengan bantuan orang-orang dari Lembah Duka, tidak mungkin ada yang bisa menembus benteng mereka. Keselamatan mereka bisa dibilang terjamin.Hanya saja, Wira mengurungkan niatnya. Orang-orang Lembah Duka memiliki kemampuan di luar nalar, bahkan bisa memanggil angin dan hujan. Kehadiran seperti ini tentu sangat menakutkan.Jika benar-benar membawa mereka ke kedua provinsi, mungkin akan menimbulkan masalah yang berujung pada bencana besar. Itu sebabnya, Wira terpaksa menahan dorongannya itu.....Di wilayah barat, di Provinsi Tengah, di sebuah restoran.Dalam beberapa hari terakhir, Panji dan Caraka terus berada di Provinsi Tengah, terus memantau arah gerbang utara.Lembah Duka berada di arah itu, sementara Wira dan lainnya sudah menuju ke sana. Jika mereka kembali, mereka pasti akan melewati tempat itu. Ketika saat itu tiba, mereka akan tahu apakah Wira dan lainnya berhasil memanggil orang-orang dari Lembah Duka atau tidak."Sebelumnya ka