Nafis terkekeh-kekeh mendengar ucapan Biantara. Dia menyahut, "Ya, ya. Ucapan Biantara sangat masuk akal. Setelah malam ini, kita masih punya waktu untuk mengorek informasi dari wanita itu."Wira mengerlingkan matanya dengan kesal. Dia dan Thalia baru tiba di balai prefektur, tetapi Biantara sudah mendapat informasi tentang masalah ini.Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa jaringan mata-mata yang dibentuk Biantara memang memiliki kinerja yang sangat bagus. Mata-mata mereka ada di seluruh Kota Limaran.Namun, kedua pria ini benar-benar menjengkelkan. Wira malas meladeni mereka sehingga mengusir. "Sana, sana! Aku malas bicara dengan kalian!"Biantara dan Nafis bertatapan, lalu tersenyum sebagai isyarat memahami maksud Wira. Mereka pun tidak mengganggu Wira lagi.Setelah Wira memasuki kamar, Nafis menyingkirkan senyuman dan menatap Biantara sambil melipat lengan di depan dadanya. Dia mengernyit dan bertanya, "Menurutmu, apa semua akan baik-baik saja malam ini?""Apa maksudmu?" tany
Kalau sampai Thalia melarikan diri karena kelalaian mereka, mereka akan menjadi pendosa besar dan sulit menjelaskannya kepada Wira."Terima kasih, kalian sudah boleh keluar." Wira melambaikan tangannya kepada kedua pengawal itu, lalu menghampiri Thalia.Mulut Thalia disumpal dengan kain. Wanita ini mencoba untuk menggerakkan badannya. Tatapannya dipenuhi amarah. Apalagi setelah melihat Wira, dia terus mengeluarkan suara tidak jelas seperti sedang memprotes tindakan Wira ini.Wira duduk di ujung ranjang. Setelah mengeluarkan kain di mulut Thalia, dia bertanya dengan nada datar, "Kalau aku jadi kamu, aku akan memilih untuk menghemat energi dan bukan bersikap galak. Jangan lupa, kamu memang terbebas dariku waktu itu, tapi kamu jatuh lagi ke tanganku kali ini.""Mungkin, aku harus meniru metode Nafis yang menyerahkanmu kepada para pria? Kamu pasti tahu akibatnya, 'kan?"Ekspresi Thalia membeku. Jelas, dia mulai merasa gelisah. Sesaat kemudian, dia mengernyit sambil bertanya, "Jadi, apa yan
Ternyata, Wira ingin menggunakan cara ini untuk mengendalikan dan mengancam dirinya. Begitu memakan racun itu, Thalia hanya akan mati jika diam-diam melarikan diri. Tanpa perlu diragukan, kematiannya akan mengenaskan.Namun, Thalia bisa menilai bahwa Wira tidak akan melepaskannya begitu saja jika menolak untuk memakan racun itu. Pada akhirnya, dia akan terus dikurung di sini.Sekarang, Wira ada di sini sehingga para bawahan tidak akan berani bertindak macam-macam. Akan tetapi, jika Wira pergi dan orang-orang itu menindasnya, apa yang harus Thalia lakukan? Thalia sungguh dilema sekarang."Nggak mau makan? Ya sudah. Pokoknya aku nggak bakal memaksamu," ujar Wira. Kemudian, dia hendak memasukkan pil itu ke botol. "Kalau begitu, kamu akan terus diikat di sini. Tapi, kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan membiarkan mereka menyakitimu."Thalia merasa lega mendengarnya. Namun, Wira meneruskan lagi, "Tapi, kalau mereka benar-benar melakukan sesuatu, aku juga nggak bisa menyalahkan mereka.
Mereka tentu mengerti bahwa Wira berbicara seperti itu demi keselamatan mereka. Aliran Kegelapan sangat besar. Mereka belum memahami organisasi ini, juga tidak tahu betapa menakutkannya organisasi ini. Itu sebabnya, mereka harus bertindak waspada untuk meminimalisir kerugian."Itu dulu untuk sekarang." Wira melambaikan tangannya, lalu semua orang meninggalkan aula. Biantara dan lainnya pun mulai menyibukkan diri.Karena lokasinya cukup banyak, Nafis turut membantu. Nafis tidak perlu repot-repot mengatur pertahanan Kota Limaran karena ada Wira yang berjaga di sini."Kita mau ke mana sekarang?" tanya Thalia yang berada di belakang Wira setelah orang-orang meninggalkan aula."Kamu cuma pelayanku, untuk apa bertanya begitu banyak? Kamu hanya perlu mengikutiku, 'kan? Kalau kamu berani banyak tanya lagi, jangan salahkan aku memberimu pelajaran," tegur Wira dengan kesal. Kemudian dia berjalan ke luar.Thalia kesal hingga mengentakkan kakinya. Pria ini benar-benar menganggapnya sebagai pelayan
Pria ini adalah penasihat kanan Kerajaan Beluana. Harraz jelas bukan tokoh sembarangan! Di Kerajaan Beluana, dia memiliki kekuasaan yang besar!Thalia sungguh tidak menduga bahwa Harraz yang dirumorkan telah meninggal akan muncul di halaman belakang kediaman Wira. Namun dia segera memahaminya. Orang-orang ini hanya bersandiwara untuk Ciputra.Wira benar-benar genius. Thalia tak kuasa memuji Wira dalam hatinya.Ketika melihat Wira hendak berbicara, Harraz segera menyuruh anggota keluarganya untuk pergi. Kemudian, dia dan Wira sama-sama duduk di depan sebuah meja batu.Harraz menuangkan secangkir teh untuk Wira. Kemudian, Wira bertanya sembari tersenyum, "Apa kamu memiliki keluhan selama tinggal di sini?""Kenapa bicara begitu? Tentu saja nggak," sahut Harraz sambil melambaikan tangannya."Kamu adalah mantan penasihat kanan Kerajaan Beluana, tapi harus bersembunyi di sini sekarang. Kamu bahkan nggak berani mengizinkan anggota keluargamu keluar. Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan merasa
Harraz seketika memahami maksud Wira. Wira ingin dia pergi ke kota kuno itu untuk menjabat. Mata Harraz berbinar-binar saat menyahut, "Tuan, aku bersedia pergi ke sana. Hanya saja, apa kamu bisa memercayaiku?"Wira mengangkat alisnya dan tidak merespons. Sesaat kemudian, Harraz menjelaskan, "Kami baru pindah ke Kota Limaran. Kalau aku pergi ke kota kuno itu, keluargaku pasti akan mengikutiku. Kalau aku tiba-tiba kabur, bukankah kamu akan kecewa? Aku nggak berniat melakukan hal seperti itu, tapi aku tetap harus menganalisis pro dan kontranya kepadamu."Wira menepuk bahu Harraz, lalu membalas, "Sejak awal, aku memegang teguh sebuah prinsip, yaitu jangan mempekerjakan orang yang mencurigakan. Karena aku sudah merekrutmu, bahkan mengizinkanmu tinggal di kediamanku, itu berarti aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku. Di dunia ini, siapa yang akan meragukan saudara sendiri?"Harraz merasa terharu. Matanya berkaca-kaca. Mengapa dia tidak memilih bekerja untuk Wira sejak dulu? Dengan begitu,
Wira membalas sambil tersenyum, "Baguslah kalau kamu merasa terbantu. Kalau begitu, kalian sudah boleh berkemas. Malam ini, aku akan menyuruh Nafis mengantar kalian ke kota kuno itu. Aku juga akan mengutus pasukan untuk melindungi kalian.""Terserah kamu ingin membuat perubahan seperti apa. Tapi, jangan merasa terlalu tertekan. Aku sudah memberitahumu situasi kota kuno itu. Kalau kamu berhasil mengembangkannya, itu berarti kamu memang hebat. Kalaupun gagal, jangan berkecil hati. Aku saja pusing memikirkan rencana perkembangannya."Sebenarnya, Wira hanya malas mengurus kota kuno itu. Sesudah kota itu berkembang, dia akan mengeluarkan sedikit uang untuk membuat kota itu makin berkembang dan tidak perlu repot-repot. Untuk sekarang, proyek hidrolik adalah yang terpenting untuk Wira."Tuan tenang saja. Kamu begitu percaya padaku, aku nggak bakal mengecewakanmu. Aku pasti akan mengembangkan kota itu dengan baik!" janji Harraz dengan lantang.Setelah mengobrol sesaat, Wira menyuruh Nafis meng
Thalia mengernyit dan menyahut, "Ini urusanku sendiri, nggak ada kaitannya denganmu. Jangan lupa, kita berhubungan hanya sebatas keuntungan masing-masing. Jadi, jangan kepo!"Wira mendengus. Dia juga malas bertanya terlalu banyak kepada wanita ini. Segera, Wira kembali ke kediamannya. Thalia hanya bisa mengikutinya karena telah memakan pil beracun itu.Wira melangkah masuk, tetapi Thalia hanya berdiri di luar dengan ragu. Dia telah mengikuti Wira selama seharian. Dia bisa mengikuti Wira pagi sampai sore, tetapi malam adalah waktu untuk tidur. Apa dia harus tidur di samping Wira? Tidak mungkin!"Kenapa?" tanya Wira saat melihat keanehan Thalia.Thalia mengernyit sambil bertanya balik, "Aku tidur di mana?""Aku akan menyuruh orang menyiapkan selimut, kamu tidur di lantai. Sekarang sudah musim semi, lantai nggak dingin lagi kok. Seharusnya nggak masalah, 'kan?" balas Wira dengan santai."Selain itu, Biantara dan lainnya seharusnya akan segera pulang. Setelah memastikan semua aman, aku ngg
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m