"Sialan!"Awalnya, Wira berniat untuk bersikap lebih sopan dan minta maaf karena orang itu adalah seorang wanita. Namun tak disangka, cara berbicara wanita ini begitu kasar dan bahkan tidak mau memaafkannya."Kalau kamu bertanya seperti itu, berarti kamu ini juga buta. Apa kamu nggak melihat mataku masih di wajahku?" jawab Wira dengan kesal."Kamu ...."Wanita itu marah hingga menggertakkan giginya, lalu menunjuk Wira dan berkata, "Kamu ini benar-benar keras kepala. Aku tanya sekali lagi, apa kamu nggak mau minta maaf?"Wira sama sekali tidak memedulikan wanita itu.Saat Wira hendak pergi, wanita itu tiba-tiba meraih dan meletakkan tangan Wira di dadanya sebelum Wira sempat meresponsnya.Wira terkejut dengan tindakan wanita itu. Apa yang sedang terjadi? Wanita itu mempermalukan dirinya sendiri? Harus diakui, wanita itu cukup cantik, kulitnya lembut, matanya besar serta bercahaya, dan fitur wajahnya yang proporsional. Meskipun kecantikan wanita itu tidak begitu menakjubkan, tetap terlih
Wanita itu adalah putri dari kepala Keluarga Taslim, Raffi, yang bernama Salie. Biasanya, Salie selalu suka bermain dan keras kepala, tidak ada banyak orang di Kota Limaran yang berani berhubungan dengannya.Namun, Salie berbeda dengan anak-anak dari empat keluarga besar. Biasanya dia juga suka menindas orang, tetapi dia tidak pernah menindas orang miskin. Dia bahkan tidak melakukan hal-hal yang merendahkan yang dan tidak suka dengan kekerasan. Bisa dibilang, dia suka dengan keadilan, bisa dianggap juga sebagai pahlawan wanita. Dia tentu saja juga menganggap dirinya sebagai pahlawan, tetapi dia tidak begitu disukai orang lain karena kepribadiannya yang tidak stabil. Ditambah lagi dengan statusnya yang terhormat membuat orang iri padanya, sehingga reputasinya tidak begitu baik."Anggota Keluarga Taslim?" Wira langsung merasa tertarik. Sejak datang ke Kota Limaran, dia sudah bertemu dengan dua dari empat keluarga besar dan bahkan berhasil memusnahkan Keluarga Oesman. Dia hanya belum bert
Setelah Wira mengikuti Salie, mereka segera tiba di depan gerbang kediaman Keluarga Taslim."Nona Salie, akhirnya kamu kembali juga. Tuan Raffi terus mencarimu sampai hampir gila, untungnya kamu baik-baik saja. Kalau nggak, kepala kamu mungkin akan hilang," kata kedua pengawal di depan pintu dengan lega sambil segera mendekati Salie.Nona yang keras kepala ini memang benar-benar susah ditangani. Salie selalu diam-diam keluar dari kediaman dan membuat banyak masalah bagi para pengawal di depan pintu. Setiap kali keluar, Salie selalu membuat masalah dan akhirnya mereka juga yang disalahkan. Suasana hati mereka tentu saja tidak begitu baik jika Salie keluar, tetapi mereka tidak berani melawan Salie karena tidak ingin mendapat masalah. Mereka lebih memilih untuk menghindari masalah."Di mana ayahku? Tadi aku bertemu dengan orang yang nggak tahu diri di jalan. Dia ingin bertemu dengan ayahku, jadi aku membawanya ke sini. Aku ingin lihat apa orang ini benar-benar mengenal ayahku seperti yang
Pengurus rumah tangga yang menyadari keberadaan Wira terlebih dahulu, bertanya sambil menatap Wira dengan bingung. Salie sering keluar rumah, tetapi Salie tidak pernah membawa temannya pulang ke rumah."Ayah, orang ini bilang dia kenal denganmu dan ingin datang untuk bertemu denganmu. Aku ingin lihat apa dia benar-benar temanmu," kata Salie segera setelah teringat kembali, dia hampir lupa untuk memberi tahu Raffi tentang Wira. Dia juga menceritakan kejadian yang terjadi di jalanan tadi dengan berlebihan."Anak muda, maafkan kebodohanku ini, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kalau boleh tahu, kamu adalah putra dari keluarga mana?" Meskipun usia Wira sedikit lebih tua daripada Salie, dia tetap hanya seorang anak kecil bagi Raffi yang telah paruh baya.Setelah langsung duduk di kursi seolah-olah di sana adalah kediamannya sendiri, Wira tersenyum dan berkata, "Kamu benar-benar nggak mengenalku?""Hm ...." Setelah termenung sejenak, Raffi akhirnya tetap menggelengkan kepala karena dia mem
"Aku nggak berbohong," kata Wira sambil tersenyum pada Salie. Saat menuju ke sini, dia memang berniat ingin memberi pelajaran pada Salie. Tidak peduli pria atau wanita, harus dihukum jika membuat kesalahan. Apalagi, Salie berasal dari keluarga terhormat, sikap Salie pasti manja seperti sikap anak-anak dari keluarga kaya pada umumnya. Namun, saat melihat Raffi, dia akhirnya menyadari dia sudah salah paham tentang Salie. Gadis ini hanya lebih suka bermain-main, sama sekali tidak berniat jahat. Oleh karena itu, dia mengubah pemikirannya."Salie, kamu segera minta maaf pada Tuan Wira. Nggak peduli apa yang sudah kamu lakukan sebelumnya, Ayah tahu kepribadianmu. Kamu pasti sudah menyinggung Tuan Wira. Kalau nggak, Tuan Wira nggak akan mengikutimu ke sini." Raffi bereaksi dengan cepat dan segera berkata pada Salie. Dia memiliki sedikit pemahaman tentang Wira, tetapi semua itu hanya mendengar dari perkataan orang lain saja. Apalagi, Keluarga Oesman baru saja musnah, dia tidak ingin Keluarga T
"Pada saat itu, aku akan menjelaskan pada kalian bisnis apa yang harus ditangani oleh tiga keluarga besar ini. Kelak kalian juga nggak perlu terus bersaing lagi." Wira tidak ingin terlibat dengan dendam pribadi orang-orang ini, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Jika tiga keluarga besar bisa hidup berdampingan dengan damai dan kelak memiliki tujuan bisnis yang sama, itu akan menghemat banyak biaya. Selain itu, semua uang itu juga akan masuk ke sakunya, sehingga akan sangat membantu rencananya untuk melangkah lebih jauh. Perhitungannya sangat jelas.Raffi sangat bersemangat karena dia sudah mendengar tentang kejadian di Keluarga Abizar. Setelah Keluarga Oesman musnah, Keluarga Abizar langsung naik daun. Hanya dalam semalam, keluarga itu langsung mengambil ahli semua bisnis Keluarga Oesman dan sekarang berada dalam puncak kejayaan.Awalnya, Raffi berpikir Wira akan mendukung Keluarga Abizar untuk perlahan-lahan menduduki posisi pemimpin dari empat keluarga besar, lalu menghabisi kedua
Sel penjara itu gelap. Bukan hanya tidak ada cahaya matahari, tetapi juga dipenuhi dengan tikus-tikus yang menyebalkan. Ditambah lagi, tangan dan kaki Thalia diborgol, sehingga untuk makan pun harus disuap orang lain. Dia merasa harga dirinya dibuang di lantai dan diinjak-injak dengan kejam. Bagaimana mungkin dia yang biasanya angkuh bisa menahan semua perlakuan ini?"Membunuhmu? Bagaimana mungkin? Orang-orangku sudah menuju Kota Hantu, aku nggak akan menyentuhmu sebelum mereka kembali. Jangankan membunuhmu, meskipun kamu ingin bunuh diri pun nggak akan punya kesempatan itu ...."Wira tersenyum, lalu melanjutkan, "Tapi, aku peringatkan kamu. Kalau orang-orangku nggak bisa kembali dari Kota Hantu, aku akan membuatmu sangat menderita dan menyesal telah dilahirkan ke dunia ini."Thalia langsung berteriak, "Berengsek! Kamu ini benar-benar orang paling berengsek di dunia ini! Meskipun kelak aku menjadi hantu, aku juga nggak akan memaafkanmu! Aku akan terus mengutukmu di neraka setiap hari,
"Apa yang harus dilakukannya, itu adalah keputusannya sendiri," kata Wira.Wulan menganggukkan kepala dengan lembut."Oh ya, apa kamu ada rencana malam ini?" Wira tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraannya."Tentu saja nggak. Yang lainnya nggak ikut bersama kita dan aku juga nggak mengenal siapa pun di Kota Limaran ini. Selain menemanimu, aku benar-benar nggak tahu harus melakukan apa," jawab Wulan dengan ekspresi tak berdaya. Dia akan memilih untuk tetap tinggal di Dusun Darmadi jika tahu situasinya akan seperti ini, setidaknya dia bisa mengobrol bersama Wulan dan yang lainnya. Selain itu, dia familier dengan Dusun Darmadi, sehingga tidak akan merasa begitu bosan. Namun, tidak ada gunanya menyesal karena dia yang memilih untuk datang ke sini, dia hanya bisa menerima situasinya."Baiklah. Malam ini aku akan membawamu pergi bersenang-senang."Wira tersenyum misterius, lalu memanggil orang yang berada di luar pintu. "Kamu hubungi orang-orang dari tiga keluarga besar dulu dan pesan satu m
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa