"Segera laporkan kepada Jenderal!" Selesai mengatakan itu, jenderal itu menyuruh para prajurit untuk meletakkan senjata masing-masing dan tidak berani mengambil tindakan lain.Bagaimanapun, semua orang tahu Wira berteman baik dengan Senia, tidak mungkin ada yang berani menyinggungnya.Dalam sekejap, seorang jenderal yang dikelilingi oleh para prajurit muncul di hadapan Wira. Setelah mengamati dengan saksama, Wira mendapati bahwa orang itu adalah Dwipangga yang dikenalnya."Tuan Wira, ternyata memang kamu!" sapa Dwipangga."Kita sudah lama nggak ketemu, ternyata kamu sudah menjadi jenderal?" sahut Wira yang menepuk bahu Dwipangga sambil tersenyum. Hubungan mereka memang cukup dekat."Semua ini karena Ibu Suri memercayaiku. Ayo, silakan masuk," ujar Dwipangga dengan antusias.Tidak berselang lama, Wira sampai di kamp Kerajaan Agrel. Tempat ini bukan hanya bersih, tetapi ada banyak penjaga rahasia yang bersembunyi di kegelapan. Persiapan mereka benar-benar matang.Setelah memperkirakan se
Senia terkesiap mendengarnya. Dia tidak menyangka Wira memiliki keinginan seperti itu. Ide ini memang bagus, tetapi tidak mudah untuk dijalankan.Senia tertawa dan berkata, "Begini, hubungan kita cukup dekat, jadi aku nggak akan mengabaikan harga dirimu. Tapi, hal ini tentu nggak berlaku untuk orang lain. Adapun hasilnya, semua tergantung pada sikap semua orang.""Baiklah." Malam itu juga, Wira langsung kembali ke Kabupaten Astra tanpa sempat makan bersama Senia.Di kantor pemerintah Kabupaten Astra. Fahim bertanya dengan tidak sabar, "Tuan Wira! Kamu sudah selesai bernegosiasi dengan mereka? Gimana situasinya?"Pertempuran telah terjadi selama bertahun-tahun. Meskipun ingin memberikan kontribusi, mereka tentu harus memastikan situasi terlebih dahulu. Bagaimanapun, butuh pengorbanan besar sebelum seseorang bisa berhasil.Jika pertempuran ini terus berlanjut, bukan hanya prajurit mereka yang akan gugur, tetapi rakyat juga terpaksa mengungsi. Ini bukan hasil yang mereka inginkan."Bisa d
Osmaro melanjutkan, "Sekalipun kamu punya niat seperti ini, belum tentu mereka bersedia. Apalagi Ciputra, dia sudah menganggapmu sebagai musuh sejak awal. Aku rasa semuanya juga tahu hal ini."Osmaro langsung mengungkapkan keuntungan dan kerugian dari permasalahan ini. Semua orang juga mengangguk. Doddy pun cukup terkejut karena mengira Osmaro pasti akan mendukung Wira sepenuhnya. Namun, pemikirannya salah.Wira menimpali, "Aku tentu tahu cara ini cukup sulit, tapi kita sudah menang beberapa kali. Aku yakin Ciputra tahu kekuatan tempur kita. Apalagi, mereka langsung kalah setelah Bhurek maju. Sekarang kita memang sudah membagi pasukan untuk berjaga, tapi ini nggak bisa berlangsung lama."Wira meneruskan ucapannya, "Setahuku, Bhurek nggak akan bertarung kalau nggak yakin dengan kondisinya. Kalau mau berperang dengan kita, mereka harus melakukan persiapan yang matang. Dengan begitu, kedua belah pihak punya waktu untuk istirahat. Saat pertempuran dimulai, kita juga bisa membuat mereka men
Orang-orang lain juga berkomentar."Kami juga nggak menginginkan hal ini!""Tapi, sekarang kita nggak punya pilihan lain!""Kulit pohon di gunung sudah hampir habis!""Meskipun masih bisa menyalakan api, itu juga hanya untuk menghangatkan ruangan. Di rumah kita sama sekali nggak ada makanan lagi.""Kita tukar anak kita saja. Ini pilihan terakhir kita!""Kalau kita semua mati kelaparan, memangnya masih ada yang bisa menghidupi anak-anak ini?""Lebih baik kita mencari cara untuk bertahan hidup. Bagaimanapun, kita harus melanjutkan kehidupan kita."Mendengar suara-suara itu, Wira segera mempercepat langkah kakinya. Wira melihat banyak orang berdiri di alun-alun desa. Sebagian besar orang sedang menggendong bayi dan bayi-bayi itu terus menangis. Di sekitar mereka terdapat para wanita yang tidak berhenti berteriak. Wira merasa sedih saat melihat mereka hendak menukar bayi. Sepertinya mereka berniat untuk memakan bayi-bayi itu!Ada orang yang merasa tidak rela, bahkan ada yang pingsan. Namun
Pria paruh baya itu akhirnya berteriak dengan marah dan matanya pun sudah memerah.Wira juga tenggelam dalam pikirannya. Perang memang telah membawa banyak kesulitan bagi rakyat biasa, bahkan sudah sampai pada tahap memakan sesama."Aku lihat penampilan anak ini sangat rapi, harusnya orang dari keluarga kaya, 'kan? Jadi, bagaimana mungkin dia bisa memahami kita? Meskipun dalam masa perang, orang-orang kaya itu juga tetap bisa hidup dengan baik. Kalau begitu, bagaimana kalau kita menangkapnya, lalu memaksanya memberi tahu kita letak rumahnya dan meminta keluarganya untuk mengirimkan makanan kepada kita?" saran dari salah satu orang itu. Beberapa pemuda di belakangnya juga ikut menganggukkan kepala karena merasa itu memang sebuah cara yang bagus.Wajah Wira pun makin memucat dan berpikir orang-orang ini memang sialan.Saat semua orang bersiap untuk bertindak dan Wira juga bersiap untuk mengeluarkan senapannya, terdengar pria paruh baya yang tadi berbicara itu berkata dengan marah, "Kalau
Meskipun para penduduk desa itu tidak tahu identitas Wira, mereka juga bisa menebak Wira ini pasti bukan orang biasa setelah melihat sekelompok kavaleri itu."Doddy, kamu segera pulang bersama para saudara dan ambil beberapa persediaan makanan ke sini," perintah Wira kepada Doddy."Baik!" Meskipun tidak tahu apa yang telah terjadi, Doddy juga tidak ragu-ragu dan segera pergi ke kejauhan.Wira melambaikan tangannya kepada orang di belakangnya dan berkata, "Kalau kalian masih ada urusan lain, kalian pergi saja dulu. Sebentar lagi, mereka seharusnya sudah membawa persediaan makanannya ke sini. Pada saat itu, kalian semua sudah punya makanan lagi. Tapi, aku harus peringatkan kalian, nggak peduli seberapa sulitnya situasi kalian, kalian nggak boleh menyakiti keluarga dan anak kalian. Aku nggak bisa membayangkan kalian akan memakan daging manusia."Wira berbicara secara perlahan untuk memberikan nasihat kepada mereka."Tuan, siapa Anda sebenarnya? Saya dengar jenderal tadi memanggil Anda seb
"Kalian benar-benar ingin mengikutku kembali ke Provinsi Lowala?" tanya Wira lagi.Semua orang pun menganggukkan kepala."Kalau begitu, kalian semua harus mengikuti rencanaku. Apa yang aku suruh kalian lakukan kelak, kalian nggak boleh meragukannya. Tapi aku jamin, setidaknya kita semua akan makan kenyang dan kehidupan juga makin baik. Syaratnya adalah selama aku masih ada di sini."Wira sudah membuat sebuah keputusan. Dia tidak berniat untuk menempatkan semua orang ini di Dusun Darmadi, melainkan berencana untuk membangun beberapa pabrik di Provinsi Lowala, menciptakan kota modern, dan membuat Provinsi Lowala menjadi surga. Meskipun akan ada makin banyak orang yang datang kelak, mereka bisa mempertimbangkan untuk membangun gedung tinggi di Provinsi Lowala. Begitu gedung tinggi itu dibangun, lahan untuk perumahan akan berkurang drastis sehingga provinsi ini akan menjadi kota modern sepenuhnya.Namun, proses ini tidak mudah karena ada banyak mesin dan peralatan yang sulit untuk diproduk
"Dulu, siapa pun yang punya makanan di rumah akan memberiku sepiring nasi untuk dimakan, itu juga sudah cukup untukku bertahan hidup. Sekarang semua keluarga dalam kesulitan karena sedang dalam masa perang, jadi aku juga nggak punya makanan lagi. Tapi semua ini nggak masalah lagi. Saat melihatmu, aku sudah memutuskan aku akan mengikutimu dan belajar darimu."Wira mengernyitkan alisnya dan menatap gadis kecil itu dari atas ke bawah. Dia berpikir, gadis kecil ini sangat menarik."Apa kamu khawatir akan kelaparan jadi kamu buat rencana seperti ini?"Jika dia mengikuti Wira, kelak tentu saja tidak perlu mengkhawatirkan pakaian dan makanan lagi. Meskipun Provinsi Lowala juga kacau karena perang, setidaknya Wira dan orang-orang di sekitarnya tidak akan mati kelaparan."Tentu saja nggak! Aku lebih ingin belajar keterampilan, lalu membalas dendam orang tuaku. Tujuanku tetap bertahan hidup adalah untuk membasmi para perampok gunung!" kata gadis kecil itu dengan tegas dengan tatapan yang tertuju
Semua orang ini telah dikumpulkan menjadi satu kelompok, dipimpin oleh satu orang, yaitu mantan kepala divisi jaringan mata-mata, Hayam.Baru saja, alasan mengapa Wira belum bertindak dan malah membawa semua orang ke sini adalah untuk memudahkan Hayam dan yang lainnya dalam bergerak. Dia tidak ingin melibatkan orang tak bersalah.Dalam sekejap, Hayam sudah melangkah keluar dari kerumunan dan tiba di hadapan Wira. Sambil menangkupkan tangannya dengan hormat, dia menyapa, "Tuan."Wira mengangguk puas. "Kerja bagus. Baiklah, urusan kalian sudah selesai di sini. Untuk sementara, bawalah orang-orangmu bersembunyi."Tanpa berkata banyak, Hayam segera menghilang diikuti oleh bawahannya yang segera menyelinap ke dalam hutan.Sebelum tiba di tempat ini, Wira sudah berdiskusi dengan Lucy. Demi memastikan keselamatannya, tentu dia harus membawa beberapa orang untuk berjaga-jaga.Namun, Wira tidak menempatkan mereka secara terang-terangan, melainkan membiarkan mereka mengikuti dalam bayang-bayang.
Emas batang?Orang-orang itu tidak menghiraukan perkataan Wira, hanya mendengar kata emas batang saja. Dalam sekejap, mata mereka bersinar. Suku-suku di utara yang memang sudah miskin dan ditambah dengan perang yang berkepanjangan ini lagi, membuat mereka menjadi kesulitan mendapatkan makanan. Jangankan emas batang, bahkan uang perak pun sudah membuat mata mereka bersinar.Orang bilang jangan memamerkan uang, tetapi Wira justru sengaja memberi tahu orang-orang itu isi dari tasnya.Pria yang memimpin kelompok itu tersenyum dan menjilat bibirnya yang kering, lalu mengulurkan tangannya ke arah Wira dan berkata, "Kalau begitu, pinjamkan emas batangmu itu pada kami dulu. Kalau kamu menyerahkannya dengan patuh, kami nggak akan menyulitkanmu. Kami bahkan akan menunjukkan jalan ke mana pun kalian ingin pergi.""Kalau kami yang mengawal kalian, perjalanan kalian pasti akan lebih lancar. Ini adalah kesepakatan yang menguntungkan, 'kan?"Mata orang-orang di belakang itu membelalak, menunggu jawab
Tidak jauh dari sana, terlihat bayangan-bayangan orang yang bergerak.Nafis yang juga sudah memperhatikan semuanya sejak tadi kini berdiri di samping Wira dengan waspada dan tangannya sudah meraih busur di pinggangnya. Meskipun Wira memiliki pistol, busurnya juga tidak kalah hebat. Dalam hal kecepatan tembakan, Wira juga bukan tandingannya. Lagi pula, sekarang ada seseorang yang mengikuti mereka dari belakang, mereka harus lebih berhati-hati.Agha juga segera mengambil palu ganda dari kudanya dan berdiri di depan Wira dengan ekspresi dingin. Ketiganya sudah merasakan ada seseorang yang mengikuti mereka sejak tadi, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa dan tidak berniat menghadapi orang-orang itu juga. Semua ini adalah keputusan Wira. Jika mengikuti gayanya bertindak, dia pasti sudah menyerang dan memukul orang-orang itu.Sebenarnya, Wira juga bukan sengaja menunda waktu ataupun membiarkan orang-orang di belakang mereka perlahan-lahan pergi, tetapi karena tadi masih ada banyak pengungs
"Menurutku, lebih baik sekarang Kak Wira pergi ke Kerajaan Nuala. Hubunganmu dan Osman cukup baik, kamu bisa memintanya mengirim beberapa orang ke sini untuk membantu kita. Dengan begitu, kita bisa berperang dengan orang-orang dari suku-suku utara ini dan membantu Bobby keluar dari kesulitan," kata Agha dengan segera.Tanpa mengorbankan pasukan sendiri, ini memang merupakan hasil yang terbaik. Memanfaatkan pasukan orang lain untuk berperang dan tetap bisa memperoleh reputasi yang baik, ini langkah yang bagus.Namun, Wira menggelengkan kepalanya. Setelah menatap Agha sejenak, dia bertanya, "Siapa yang mengajarkanmu taktik ini?"Wira sangat memahami adiknya ini. Dengan kecerdasannya itu, Agha tidak mungkin bisa memikirkan taktik seperti ini. Ini membuktikan pasti ada seseorang yang sudah menyarankan taktik ini pada Agha.Agha menggaruk kepalanya dengan canggung. Melihat Wira sudah menyadarinya, dia tidak menyembunyikan apa pun lagi dan langsung menjawab, "Kak Danu yang mengajariku."Wira
Sementara itu, Lucy juga tidak mendapatkan banyak informasi, sehingga langkah Wira menjadi sulit. Saat itu, hubungannya dengan Bobby cukup baik dan orang-orang di wilayah suku-suku utara itu juga bukan ancaman bagi sembilan provinsi. Oleh karena itu, dia tidak meminta Lucy untuk mengirim anggota Paviliun Langit ke sana.Justru karena inilah, sekarang masalahnya menjadi begitu sulit. Jika anggota dari jaringan intelijen milik Lucy bisa terus memberi Wira informasi di sepanjang perjalanan, dia tidak perlu menghentikan orang lain untuk bertanya tentang situasi di suku Bobby."Situasi Bobby tentu saja sangat buruk. Sekarang pasukan di sukunya hanya tersisa puluhan ribu orang saja dan mereka terkurung di dalam sukunya. Mungkin dalam tiga hari ini, suku itu akan hancur dan rakyat di sana akan mati di tangan musuh," jawab pria itu.Ada sebuah aturan di suku-suku utara yaitu orang yang bukan berasal dari sukunya, pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Setelah mengalahkan suku lain, orang-orang
Saat Bobby dan yang lainnya sedang membahas strategi, Wira dan yang lainnya sudah dalam perjalanan selama dua hari lebih dan akhirnya tiba di wilayah suku-suku utara.Setelah kembali ke tempat yang familier, Wira teringat dengan beberapa hal yang terjadi sebelumnya. Dia merasa sangat dekat dengan tempat ini. Namun, dia tidak menyangka kedamaian ini hanya bertahan selama beberapa tahun saja, sekarang sudah dihancurkan lagi. Dia terpaksa harus kembali ke wilayah suku-suku utara ini lagi dan membantu Bobby menghadapi situasi kritis ini."Kak Wira, kamu masih ingat jalan menuju suku Bobby?" tanya Agha. Saat itu, Agha juga datang ke sini bersama Wira, tetapi dia sudah lupa jalan ke sana dan tidak memahami semua yang ada di tempat ini lagi.Tempat itu dikelilingi hutan yang lebat, Wira dan yang lainnya tetap akan sulit untuk menemukan lokasi suku Bobby meskipun mereka memiliki peta. Lagi pula, mereka sudah bertahun-tahun tidak datang ke sini, sehingga semuanya sudah terlihat sangat asing. Se
Agha selalu memiliki sikap yang pantang menyerah, dia bahkan memperlakukan saudaranya sendiri seperti itu.....Keesokan paginya, Huben dan yang lainnya sudah mengetahui kabar tentang Wira dan rombongannya yang sudah pergi. Begitu Wira meninggalkan Provinsi Lowala, mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan Wira lagi. Pada akhirnya, masalah ini hanya bisa dibiarkan begitu saja.Namun, bagi orang luar, Wira masih tetap berada di Dusun Darmadi dan belum pergi. Ini adalah taktiknya untuk mengalihkan perhatian. Jika orang lain tahu dia sudah pergi, mungkin akan muncul banyak masalah. Dia harus pergi ke wilayah suku-suku di utara secara diam-diam dan membantu Bobby untuk segera menstabilkan situasinya agar bisa mengubah keadaan yang berbahaya ini.....Di wilayah suku-suku utara, daerah tempat suku Bobby berada.Selama beberapa hari ini, Bobby terus bertarung melawan suku-suku lainnya. Berhubung jumlah musuhnya jauh lebih banyak, dia pun berada dalam posisi yang tidak
"Kalau begitu, aku akan segera mengatur segalanya," kata Lucy, lalu segera pergi.Dua jam kemudian, Wira sudah berangkat menuju wilayah suku-suku di utara bersama Nafis dan Agha. Sebelum pergi, dia meninggalkan sebuah surat untuk Wulan dan yang lainnya. Hari ini, dia terpaksa harus pergi dan berpisah dengan mereka untuk sementara, dia tentu saja merasa bersalah.Jika tidak kembali, Wira tentu tidak perlu meninggalkan surat itu pada Wulan dan yang lainnya. Namun, kabarnya kepulangannya cepat atau lambat akan sampai ke telinga mereka. Jika mereka tahu dia sudah kembali pun tetap tidak pergi menemui mereka, ini akan mendatangkan masalah baginya. Lebih baik dia menjelaskan semuanya dengan jujur di surat itu, dia yakin mereka akan mengerti keadaannya."Kak Wira, apa kita perlu pergi dengan tergesa-gesa seperti ini? Kenapa kali ini nggak mengajak Kak Dwija? Kamu malah mengajak Nafis, apa dia nggak perlu menjaga Kota Limaran?" tanya Agha di perjalanan saat mereka sedang menunggang kuda.Kota
Jika Wira pergi ke wilayah suku di utara itu sendirian, Lucy merasa hal itu tidak ada gunanya. Wira memang sangat dicintai para rakyat di sembilan provinsi ini, tetapi Wira tidak memiliki kekuasaan ataupun pengaruh di wilayah tandus dan wilayah suku-suku di utara. Tidak ada orang yang akan menghargai perintah Wira.Wira berkata sambil menggelengkan kepala, "Kita saja yang pergi. Danu dan Doddy terus memintaku mengerahkan pasukan untuk menyerang Ciputra. Aku memang punya pemikiran seperti itu, tapi Tuan Osmaro, Tuan Huben, dan yang lainnya juga memikirkan keadaanku. Mereka hanya ingin kubu kita bisa berkembang dengan stabil.""Jadi, kalau aku membawa pasukan ke wilayah suku-suku di utara, takutnya situasinya akan sulit untuk dikendalikan."Masing-masing pihak memiliki alasan mereka tersendiri. Namun, Wira sangat memahami apa yang sedang dipikirkan Huben dan yang lainnya.Setelah bencana banjir melanda, rakyat di sembilan provinsi hidup sengsara. Terutama para rakyat di Kerajaan Beluana