Para pria berpakaian hitam berlatih teknik formasi ini sejak kecil. Mana mungkin Wira dan Hasto bisa menerobos teknik formasi ini? Namun, siapa sangka salah satu pria berpakaian hitam mulai kesulitan bertahan. Ternyata, Wira terus menyerang tubuh pria berpakaian hitam itu sehingga kekuatannya mulai goyah."Hanya begitu kekuatan kalian?" tanya Wira. Dia dan Hasto melancarkan serangan secara bersamaan. Keempat pria berpakaian hitam di bagian tengah yang menjadi kekuatan utama juga mulai kesulitan bertahan. Mereka berteriak sambil melepaskan tangan mereka yang menyokong satu sama lain.Setelah teknik formasi berhasil diterobos, para pria berpakaian hitam memuntahkan darah, lalu terjatuh di tanah dan tidak sadarkan diri.Wira tidak berencana untuk membantai semua pria berpakaian hitam itu. Namun, pemimpin mereka tampak sangat jahat. Jadi, Wira bertanya kepada pemimpin itu, "Katakan dengan jujur, siapa yang mengutus kalian? Kalau kalian memberitahuku, mungkin aku akan membiarkan kalian hidu
Para kepala keluarga yang menyelamati Hasto juga memperhatikan Wira. Kala ini, sikap Wira sangat tenang. Dia sama sekali tidak terlihat takut ketika bertemu dengan tokoh hebat. Wira menyapa, "Halo semuanya! Namaku Wira. Hari ini, aku ingin meminta sesuatu. Kudengar, wanita suci Sekte Langit akan mengadakan sayembara untuk mencari suami. Aku juga ingin berpartisipasi dalam sayembara ini."Wira memberi hormat kepada mereka. Begitu Wira selesai bicara, semua orang tertegun. Kemudian, mereka mulai berkomentar. Mereka tidak tahu jelas identitas Wira. Selain itu, Wira juga orang luar. Jadi, mereka tidak bersedia mengizinkan Wira mengikuti sayembara."Kamu bercanda, ya? Kamu itu hanya orang biasa, mana mungkin kamu mengikuti sayembara? Kamu pikir kamu siapa?""Benar. Kamu menganggap wanita suci dan Sekte Langit itu apa?""Hei, sebaiknya kamu pergi saja. Jangan ikut campur urusan kami. Kamu nggak akan sanggup menghadapi masalah ini."Semua kepala keluarga bersikeras menentang Wira untuk mengik
Sebenarnya, cara yang disebutkan Kashif cukup bagus. Hasto memang merupakan guru Julian dan dia juga tinggal di Sekte Langit, tetapi para kepala keluarga tidak bisa menebak pemikiran Hasto dan Hasto tidak bisa diatur oleh mereka.Jadi, para kepala keluarga bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Hasto berutang budi kepada mereka. Dengan demikian, jika kelak terjadi sesuatu di Sekte Langit, Hasto bisa membantu mereka.Sementara itu, Wira mengernyit. Dia merasa para kepala keluarga ini sudah merencanakan semuanya. Awalnya, sayembara untuk mencari suami wanita suci hanya mengutamakan kemampuan. Jadi, siapa pun bisa mengikuti sayembara. Namun, para kepala keluarga ini malah menentang Wira mengikuti sayembara. Alasannya tentu karena Wira adalah orang yang dicari Hasto.Semua kepala keluarga ini tidak tahu kemampuan Wira. Jadi, Wira bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kemampuannya yang sesungguhnya.Hasto berucap setelah membuat keputusan, "Oke! Kalau begitu, Wira akan
Julian menyapa Hasto dan Wira, "Pak Hasto, selamat datang kembali! Salam, Tuan!" Dia memberi hormat kepada Juna, Hasto, dan Wira, lalu berdiri di samping mereka.Juna berucap, "Julian, kamu tenang saja. Gurumu sudah kembali dan membawa orang yang berhasil mempelajari Teknik Matahari Besar. Dia pasti bisa menyelamatkanmu."Sudah lama Juna tidak tersenyum bahagia seperti ini. Selama bertahun-tahun, Juna mencari cara untuk menyelamatkan putrinya, tetapi tidak pernah membuahkan hasil. Akhirnya, sekarang Julian bisa diselamatkan.Berbeda dengan Juna, Julian malah tidak bisa tersenyum. Awalnya, Julian memang merasa senang saat menerima kabar ini. Namun, sekarang Julian merasa khawatir. Julian berujar, "Ayah, aku nggak mau Wira ikut sayembara."Setelah Julian melontarkan perkataan ini, Hasto, Wira, dan Juna terdiam di tempat. Kenapa Julian berkata seperti itu? Bukankah sebelumnya mereka sudah sepakat? Selain itu, Hasto sudah jauh-jauh memanggil Wira untuk datang ke Sekte Langit demi menyelama
Setelah Hasto pergi, Julian mengangguk kepada Wira agar Wira mengikutinya. Mereka berdua berjalan masuk ke kamar Julian. Jika mereka berbincang di luar, takutnya ada yang mengawasi mereka.Wira bertanya, "Julian, kamu kenapa? Bukannya sebelumnya kita sudah sepakat? Kali ini, aku datang untuk menyelamatkanmu. Kamu tenang saja, aku pasti nggak akan pergi."Wira juga tidak terlalu paham kenapa Julian tiba-tiba berubah pikiran. Julian membelakangi Wira saat berbicara, "Sudahlah. Sebenarnya, aku nggak berpikiran untuk hidup lagi. Aku nggak mau kamu terlibat masalah ini demi aku."Sejak kecil, Julian sudah mengetahui permasalahan Sekte Langit dan Sekte Gunung. Tentu saja Julian tahu hal ini sangat berbahaya. Jadi, Julian tidak ingin Wira mengambil risiko.Wira menghampiri Julian sambil mengernyit. Dia ingin mengamati wajah Julian, tetapi Julian malah memalingkan wajahnya.Julian berucap, "Tuan, apa kamu pikir kamu bisa memenangkan sayembara dengan kultivasimu sekarang? Aku tahu kamu memang o
"Sepertinya dulu kamu nggak sebodoh ini, kenapa otakmu jadi lamban setelah bertemu dengan Julian? Bukankah semua yang dia katakan itu demi kamu?"Wira tidak merespons Hasto."Gadis itu hanya nggak ingin kamu ikut dalam sayembara ini dan kehilangan nyawamu. Orang di sini semuanya sangat hebat, jadi dia berharap kamu pergi baru mengatakan kata-kata yang menyakiti hatimu. Kalau kamu benar-benar terpengaruh kata-katanya, aku malah merasa apakah Wira yang kukenal sebelumnya sudah hilang."Setelah mendengar perkataan Hasto, Wira baru menyadari mungkin karena tadi tidak bisa menerima kata-kata Julian tadi dan terlalu keras kepala."Kak Hasto, kamu tenang saja. Aku memang marah setelah mendengar kata-kata itu, tapi aku nggak mungkin benar-benar mengabaikannya. Meskipun kita nggak bisa menjadi suami istri, dia juga adalah adikku dan aku harus menyelamatkan nyawanya," kata Wira dengan nada putus asa yang menggambarkan suasana hatinya saat ini.Setelah keduanya mengobrol, Wira memutuskan untuk te
"Menikmati teh membicarakan dunia, menikmati bunga membicarakan kehidupan."Hanya dengan dua baris puisi sederhana ini, Wira berhasil membuat semua orang di aula itu sangat terkejut. Orang pertama yang memberikan tepuk tangan adalah Hasto, lalu yang lainnya ikut bertepuk tangan juga. Mereka mengira Wira hanya orang kasar yang tidak tahu apa-apa. Tak disangka Wira malah memiliki kemampuan sastra yang luar biasa, hanya sembarangan beberapa kata saja sudah berhasil membuat puisi yang begitu bagus."Bagus! Langsung menulis puisi yang terinspirasi dari teh di depan, sangat bagus." Setelah memuji Wira, Juna pun meneguk teh di depan Wira dan ternyata memang teh yang enak."Hanya dua baris puisi tentang teh saja nggak bisa membuktikan apa pun. Kalau ingin partisipasi dalam sayembara, dengan cara ini saja nggak akan cukup. Biarkan aku memberi sebuah topik."Salah satu pemuda sastrawan di samping berdiri, lalu berjalan mendekati Wira sambil mengipas-ngipas dengan kipasnya dan tatapannya terlihat
"Hanya karena pandanganmu sempit dan nggak pernah berusaha memahami orang dari dunia luar, jadi kamu nggak tahu aku pernah menciptakan puisi di luar sana. Kalau kamu mencobanya, kamu akan tahu sebenarnya masih ada banyak orang yang luar biasa." Wira mendengus dan meremehkan pemuda yang berpikiran sempit itu."Aku tadi sudah mengirim orang untuk menyelidiki, tapi nggak ada satu pun puisi ini yang pernah terdengar sebelumnya. Jadi, bisa dipastikan puisi ini dibuat oleh Wira sendiri."Julian juga pernah mendengar Wira membuat puisi sebelumnya, tetapi puisi Wira sebelumnya tidak terdengar emosional seperti sekarang. Sepertinya, kali ini Wira benar-benar serius.Ada banyak orang yang tidak puas dengan Wira. Mereka merasa mereka lebih berbakat dan mereka yang harusnya mewakili Wira untuk berpartisipasi dalam sayembara itu, sehingga sayembara tetap berlanjut."Wira, kamu juga nggak terlalu hebat, baru buat dua puisi saja. Percayalah, salah satu puisi yang kubuat pasti jauh lebih baik darimu.
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan