Dari awal, Hasto menyaksikan cara Wira membereskan Faksi Aswad. Hasto mengusap bajunya, dia merasa sudah saatnya membawa Wira pergi.Wira berucap, "Kak Hasto bilang dia akan mencariku. Kalau begitu, aku cari penginapan dulu untuk istirahat dan makan."Saat tengah malam, Wira yang berbaring di tempat tidur tampak gelisah. Penyebabnya adalah dia makan terlalu banyak. Tiba-tiba, Hasto masuk dari jendela dan berdiri di hadapan Wira.Wira berkata, "Kak Hasto, kamu ...." Apa Hasto mau langsung membawanya pergi? Wira tidak berani menyelesaikan ucapannya setelah mengamati Hasto. Dia juga tersenyum canggung.Hasto menimpali, "Sudahlah. Kamu nggak usah berpura-pura di depanku. Aku sangat memahamimu. Aku datang untuk melihat hasil latihanmu dan ...."Hasto berjeda sejenak, lalu dia mengamati Wira seraya melanjutkan, "Tentu saja ada masalah yang mau aku bicarakan denganmu.""Ada apa Kak Hasto?" tanya Wira. Dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke depan meja. Wira menuang secangkir teh untuk Has
Wira yang agak kesal langsung menyergah, "Jadi, apa kita harus berharap kepada para pria tua itu? Benar-benar konyol."Hasto mengisyaratkan kepada Wira untuk tenang, lalu menimpali, "Mereka meragukan kemampuanmu dan menganggap kamu itu orang biasa. Tapi, alasan lain nggak terlalu penting."Wira menyahut, "Mereka repot sekali sampai-sampai harus memikirkan banyak alasan. Kelihatannya, sangat sulit kalau aku mau pergi ke kediaman Keluarga Triaji. Mungkin saja aku bisa dibunuh."Hasto berujar, "Pengumuman untuk mencarimu memang belum dirilis. Tapi, banyak orang sudah diam-diam menyelidikimu. Jadi, kondisinya kurang menguntungkan bagimu. Sekarang, situasinya sudah menjadi seperti ini. Menurutmu bagaimana?"Hasto tidak menceritakan keseluruhan masalahnya. Dia ingin melihat keputusan yang dipilih oleh Wira.Wira berucap, "Sederhana sekali. Ada anggota Sekte Langit yang berkomplotan dengan orang luar." Wira juga tidak bersikap sungkan kepada Hasto lagi. Dia meneruskan, "Sekarang Sekte Langit
Kepala Keluarga Izaz berkomentar, "Kalau kamu begitu pintar, kamu yang lanjut bicara saja. Kamu ini misterius sekali, aku rasa kamu paling mencurigakan."Kepala Keluarga Yazid menimpali, "Kamu itu begitu bodoh, mana mungkin kamu paham? Keluarga Izaz itu menempati urutan terakhir setelah dipimpin olehmu selama bertahun-tahun. Kamu sama sekali nggak memberikan kontribusi apa pun. Kalau terus begini, apa kamu perlu datang ke ruang rapat lagi?"Kepala Keluarga Izaz menanggapi, "Kamu nggak usah sombong. Kalau di Keluarga Yazid ada penerus yang kompeten, kamu nggak harus ...."Juna menyela, "Sudahlah. Ini ruang rapat, apa kalian pikir ini pasar?"Semua orang pun menahan emosi masing-masing saat mengamati ekspresi Juna yang muram. Namun, mereka semua punya rencana sendiri.Juna melanjutkan, "Aku menyuruh kalian datang untuk berdiskusi, bukan saling menyerang. Kalau kalian nggak bisa membantu membereskan masalah Sekte Langit, lain kali kalian kabari saja kalau nggak bisa datang."Seorang pria
Kashif berujar, "Tapi, Chokri, kita harus memikirkan masa depan. Julian harus menghadapi masalah ini. Lebih baik kita bantu Julian urus semuanya, jadi Julian bisa tenang."Chokri menimpali, "Aku tahu. Tapi, Pak Kashif, Julian sudah menjadi wanita suci sejak kecil dan hidupnya sangat menderita. Sekarang, mana mungkin aku tega melihat Julian berakhir seperti ini?"Kashif menyahut, "Aku rasa kamu mulai pikun. Kami semua juga nggak tega, apalagi Julian itu harapan kita di pertarungan Sekte Langit dan Sekte Gunung."Tiba-tiba, seseorang berkomentar, "Omongan Pak Kashif memang benar. Sekarang, kita harus mengikuti aturan leluhur untuk mengadakan sayembara demi mencari suami wanita suci.""Kamu siapa?" tanya salah satu kepala keluarga. Semua orang baru menyadari hari ini ada orang baru yang datang.Pria yang memakai baju hijau berdiri, lalu memberi hormat dan memperkenalkan diri, "Aku perwakilan dari Keluarga Hafuza. Belakangan ini, ayahku sakit. Dia nggak bisa datang untuk mengikuti rapat, j
"Jadi, maksudmu sekarang ini aku hanya memikirkan anakku dan nggak memedulikan kepentingan bersama? Apa kamu menganggapku sudah pikun?" ujar Juna yang kesal. Saat ini, hanya sebagian kecil orang yang memikirkan Julian. Orang lain meminta Juna untuk mempertimbangkan kepentingan bersama sehingga dia dan Julian terkesan seperti orang picik.Keluarga Lainufar yang menyokong Qashid memang menempati posisi tengah di antara 8 keluarga besar. Namun, kondisi keluarga mereka kurang baik. Kalau bukan karena ....Qashid menggertakkan giginya, dia hanya menyampaikan pendapatnya tadi. Jika Juna tidak bersedia, Qashid juga tidak berdaya. Hanya saja, jika Qashid menyinggung .... Kali ini, Qashid tidak boleh ragu-ragu lagi. Dia terpaksa harus mengorbankan Sekte Langit.Qashid berusaha menenangkan dirinya, lalu melanjutkan, "Aku benar-benar cemas mendengar ucapan Pak Juna. Tapi, hari ini aku ingin mengutarakan semua pendapatku.""Qashid, kamu duduk dulu," tegur Kashif dengan tegas.Qashid menyahut, "Ini
Kashif mengetukkan tongkatnya di lantai. Aura Kashif tampak mengintimidasi. Dia berujar, "Kalau kita masih nggak bisa mendapatkan kesimpulan setelah berdiskusi begitu lama, kelak kalian nggak usah mengundangku untuk menghadiri rapat lagi. Aku benar-benar pusing melihat kalian berdebat. Lebih baik aku nggak usah datang biar lebih tenang."Di antara semua orang, umur Kashif paling tua. Dia sudah mendampingi 3 pemimpin Sekte Langit sebelumnya dan para kepala keluarga yang menghadiri rapat ini. Apalagi, Kashif adalah ketua dari 8 keluarga besar. Jadi, semua orang sangat menghormati Kashif.Juna juga tahu tidak ada untungnya kalau dia bersikeras untuk mempertahankan pendiriannya. Namun, dia harus memperjuangkan hak untuk Julian jika mereka semua ingin mengadakan sayembara.Kashif berucap, "Aku paham Juna menyayangi anaknya, semua orang juga begitu. Jadi, aku akan menyampaikan pendapatku yang terakhir. Kalau Juna setuju, kita langsung adakan sayembara.""Pak Kashif, silakan," kata Chokri. Se
Beberapa hari ini, Sekte Langit sangat meriah. Beberapa orang bahkan menggantungkan sutra merah demi sayembara tersebut. Orang-orang pun selalu membahas sayembara ini setiap bertemu, bisa dilihat betapa antusiasnya mereka."Anakmu juga ikut? Tapi, keterampilan bela dirinya biasa-biasa saja," ujar seorang wanita paruh baya bertubuh gendut dengan heran."Nggak masalah, pokoknya harus ikut. Lagi pula, ada banyak orang yang menonton di arena, nggak apa-apa kalau malu sedikit. Selain itu, aku menyuruhnya ikut untuk menarik perhatian wanita lain. Orang seperti kita mana mungkin bisa menikahi wanita suci?" sahut temannya yang bertubuh kurus."Tsk, tsk, tsk, lihatlah dirimu ini, kamu memang nggak pernah melewatkan kesempatan apa pun, ya!" ucap wanita paruh baya bertubuh gendut itu. Dengan demikian, keduanya berjalan pergi sembari bercanda.Pada saat yang sama, 8 keluarga besar di Sekte Langit sibuk menyiapkan sayembara. Keluarga Fajrin memiliki koneksi luas sehingga mereka yang bertanggung jaw
"Setiap kepala keluarga harus melewati uji coba sebelum pantas bergabung dengan Sekte Langit. Selain itu, nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi selama uji coba berlangsung," ujar Hasto."Kalian nggak menjamin keselamatan kandidat, ya?" tanya Wira."Apa?" tanya Hasto balik."Bukan apa-apa, lanjutkan saja," sahut Wira."Kedua orang itu pun dijodohkan. Waktu itu ada rumor tersebar, tapi Keluarga Ghanim menekannya sehingga tenang kembali. Hubungan keduanya juga sangat baik," lanjut Hasto."Aku nggak mengerti. Kalau sebaik itu, kenapa keluarga itu akhirnya terpisah?" tanya Wira.Hasto menatap Wira lekat-lekat, lalu mengenang sambil menimpali, "Setelah 15 tahun bersama dan terjadi peperangan, Sekte Gunung takut terhadap kekuatan wanita suci sehingga ingin melakukan sesuatu secara diam-diam dan membinasakan Sekte Langit. Saat itu, Keluarga Hafuza memberikan kontribusi terbesar.""Sebesar apa?" tanya Wira lagi."Karena masalah internal dan eksternal, 8 keluarga besar menjadi nggak memiliki
Kali ini, Dahlan datang memang demi Wira.Tampaknya eksistensi Wira bukan hanya memengaruhi Ciputra dan Kerajaan Beluana, tetapi juga memengaruhi Senia serta Kerajaan Agrel.Namun, jika dipikirkan lebih jauh, hal ini masuk akal. Meskipun fondasi kekuasaan Senia berada di Kerajaan Agrel, siapa yang tidak tahu ambisinya begitu besar?Senia tentu saja ingin merebut wilayah Wira, lalu mengerahkan pasukan ke selatan dan langsung menyerbu Dataran Tengah. Dengan demikian, Senia dapat mengamankan posisinya sebagai penguasa.Ketika saat itu tiba, persaingan antara Ciputra dan Senia tidak akan terhindarkan. Melawan Senia sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan menghadapi Wira.Apalagi, Senia berasal dari suku lain. Dalam perbandingan di antara keduanya, rakyat di sembilan provinsi ini tentu lebih berpihak kepada Ciputra. Ciputra sangat yakin tentang ini.Namun, saat mendengar Dahlan mengatakan hal itu, dia tidak bisa menunjukkan kegelisahan yang berlebihan agar rencananya tidak terbaca oleh ora
"Lebih baik kita masuk ke kota dulu. Perang itu memang nggak terhindarkan. Tapi, bagaimana kita melawannya, kita masih perlu membahasnya dengan yang lainnya dulu," kata Wira sambil tersenyum dan menepuk bahu Agha.Meskipun Agha agak ceroboh dan gegabah, Wira tetap menganggapnya sebagai adik sendiri. Lagi pula, Agha melakukan semua itu juga demi kebaikannya. Memiliki ambisi untuk maju di medan perang juga termasuk hal yang baik.Dalam sekejap, semua orang sudah bergerak menuju Provinsi Yonggu.....Saat ini, di Kerajaan Beluana.Setelah mengetahui kedatangan Dahlan, Ciputra yang langsung menemuinya dan saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja istana. Selain pengawal dan pelayan istana, tidak ada orang lain lagi di sana. Para pejabat pemerintahan juga tidak dipanggil untuk hadir di sana.Ciputra merasa statusnya sangat jauh berbeda dengan Dahlan yang hanya seorang pangeran saja, sehingga dia tidak perlu sungkan. Dia sendiri yang langsung menyelesaikan masalah ini pun sudah termasuk
Ararya memang sangat berhati-hati. Jika tidak, dia tidak akan bisa sampai ke posisinya saat ini.Kresna menganggukkan kepala. "Baik."Setelah membahas semuanya, ketiganya punya berpisah dan pergi ke wilayah mereka masing-masing.Pada malam harinya, Kresna segera mengirimkan pesan pada Wira untuk memberi tahu situasi mereka di sana. Langkahnya ini memang sangat berisiko karena mereka tidak memiliki cara berkomunikasi lain dengan Wira, hanya bisa mengandalkan cara mengirim pesan dengan burung merpati ini. Jika tidak dalam keadaan darurat, mereka pasti tidak akan berani mengambil risiko ini.Untuk mengirim pesan dengan burung merpati bisa sampai ke tangan Wira, perjalanannya harus melewati ribuan gunung dan sungai. Tempat pertama yang harus dilalui adalah wilayah tandus di utara ini. Apalagi tanah yang sudah mereka huni selama puluhan tahun ini merupakan tempat yang sering berubah secara mendadak. Namun, demi rencana besar kelak, Kresna hanya bisa mengambil risiko ini.Untungnya, Wira tet
Dwipangga tetap tidak berbicara. Sekarang dia sudah tahu apa yang dilakukannya tadi adalah salah."Sudahlah. Bukankah sekarang juga nggak terjadi kejadian besar? Kalau begitu, jangan mempersulit Dwipangga lagi. Dia juga karena memikirkan kita, jadi bertindak gegabah. Anak muda memang harus bersemangat. Anak-anakku malah nggak punya semangat sedikit pun. Kalau aku bisa punya putra seperti Dwipangga, aku akan merasa sangat bersyukur," kata Kresna.Kresna bukannya sengaja memuji Dwipangga, tetapi anak-anaknya memang tidak bisa dibandingkan dengan Dwipangga. Jika tidak, dia tidak perlu memikul semua beban ini sendirian. Selama bertahun-tahun ini, dia juga sudah merasa kelelahan dan ingin menikmati masa tuanya dengan tenang seperti orang lain. Namun, urusan di pemerintahan memang selalu memerlukan banyak tenaga dan pikiran.Ararya hanya menghela napas. Melihat Kresna yang membela Dwipangga, dia pun tidak banyak berbicara lagi."Kalau kelak kamu gegabah lagi, kamu akan tetap tinggal di rumah
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a