Dalam kamarnya, Jihan terus bergolek-golek tanpa bisa terlelap sama sekali. Dia duduk di meja sambil minum teh diam-diam. Tatapannya tampak sangat kesepian. Dia hanya seorang wanita lemah yang tidak punya pendukung sama sekali. Jihan hanya bisa menerima semua ini sendirian dalam kegelapan malam.Jihan berjalan ke samping jendela dan duduk di sebuah sudut dengan perasaan yang kalut. Entah berapa lama kemudian, dia pun ketiduran. Waktu terus bergulir, tanpa terasa saat ini sudah tengah malam. Napas Saiqa juga mulai teratur, pertanda dia telah tertidur sepenuhnya. Sementara itu, kedua pelayan yang berjaga di sisinya juga sudah ketiduran sedari tadi.Dalam kegelapan, Berma membuka matanya perlahan-lahan. Melihat semua orang sudah terlelap, dia tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya dengan ringan. Saking pelannya langkah Berma, tak terdengar sedikit pun suaranya.Beberapa saat kemudian, dia telah melewati sisi Saiqa dan yang lainnya, lalu tiba di depan pintu kamar. Dia membuka pintu perla
Jihan mendengus dengan tatapan dingin."Ratu, kenapa Anda ... di sini?" tanya Saiqa.Jihan melirik ke arah ranjang sekilas, lalu menghela napas. "Hari ini aku tidak bisa tidur, jadi aku duduk di samping sana dan akhirnya ketiduran. Kalau tadi aku di ranjang, pasti sudah ...." Sebelum Jihan menyelesaikan ucapannya, Saiqa sudah langsung mengerti. Kalau tadi Ratu tidur di ranjang, dia pasti sudah mati terbunuh!"Semua ini karena kelalaianku, aku memang pantas dihukum!" ujar Saiqa sambil berlutut. Namun, Jihan malah buru-buru memapahnya."Semua bentuk penyergapan bisa merenggut nyawaku. Lagi pula, kemampuan bela dirinya tadi sangat hebat. Wajar saja kalau kamu nggak bisa melawannya. Aku juga baik-baik saja, sudahlah, lupakan saja." Meski berkata demikian, Jihan tetap merasa ketakutan."Ratu tenang saja, aku akan memperketat penjagaan. Masalah seperti tadi tidak akan terulang kembali!" Saiqa juga ketakutan mengingatnya. Untungnya Ratu tidak tidur di ranjang tadi. Kalau tidak ... Ratu sudah
Kegagalan kali ini tentunya membuat Prabu marah. Namun, dia juga mengerti bahwa membunuh seorang pemimpin negara tidak semudah itu. Oleh karena itu, dia tidak berkomentar apa pun terhadap kegagalan Berma. Apalagi jika rencananya berhasil, tentu saja ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan. Namun, jika sampai gagal juga bukan masalah besar. Prabu tidak mungkin menaruh harapan kesuksesan Keluarga Juwanto pada misi pembunuhan kali ini."Tuan Muda, aku gagal menjalankan tugas. Mohon Tuan menghukumku!" seru Berma seraya berlutut.Prabu melambaikan tangannya. "Nggak apa-apa, ini memang misi yang sulit. Kamu bisa kembali saja sudah sangat bagus.""Tapi ...." Berma membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tapi akhirnya mengurungkan niatnya.Prabu hanya tersenyum, lalu melanjutkan, "Aku keras pada kalian karena kalian sedang belajar, aku khawatir kalian akan gagal. Kegagalan bisa saja membuat kalian kehilangan nyawa. Oleh karena itu, aku nggak memperbolehkan kalian gagal.""Tapi sekarang
"Benar, aku ingin kamu mencari tahu siapa saja kaki tangannya. Setidaknya, aku akan membunuh semua yang berada di Kerajaan Ahola. Aku nggak akan membiarkan mata-mata Wira berada di sini. Kalau nggak, rencana kita akan terpengaruh nantinya," ujar Prabu.Setelah mendengarnya, Berma mengangguk dan berjanji, "Tuan tenang saja. Kali ini, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin!"Prabu mengangguk sambil membalas, "Oke, kuserahkan tugas ini kepadamu." Kemudian, dia segera pergi. Bagaimanapun, Berma adalah orang yang paling dipercayainya.Pada saat yang sama, Ciputra telah kembali ke ibu kota dan menemui Sigra. Dia juga memberi tahu semua yang dikatakan Wira kepadanya.Begitu mendengarnya, Sigra sontak terkejut. Dia berkata, "Wira ini memang genius. Sayangnya, pria ini nggak bisa dimanfaatkan oleh kita. Kalau nggak, kita nggak perlu mengkhawatirkan dunia ini lagi."Ekspresi Sigra tampak menyayangkan hal ini, begitu juga dengan Ciputra. Namun, Ciputra menyahut, "Ayah, kamu benar. Tapi, aku m
Kerajaan Beluana tiba-tiba menerapkan kebijakan baru, seolah-olah semua sudah pulih setelah pertempuran besar.Sebenarnya, orang-orang bisa memahami situasi ini. Pembagian ketiga kerajaan ini tidaklah mudah, apalagi sudah berlalu sangat lama. Jika ingin berperang, ketiga kerajaan pasti sudah kacau sekarang.Lagi pula, perang besar baru saja berakhir. Meskipun kekuatan ketiga belah pihak tidak setara, tetap mustahil untuk menyingkirkan lawan dengan mudah. Itu sebabnya, situasi ini sangat wajar."Kak Wira, Keluarga Barus telah menerapkan kebijakan yang kamu usulkan! Kini, Kerajaan Beluana sudah bersatu!" ujar Biantara.Belakangan ini, Biantara juga tidak begitu sibuk lagi karena sudah punya jaringan mata-mata. Setiap orang akan berjaga di pos masing-masing dan memantau pergerakan. Identitas mereka juga bisa dirahasiakan dengan baik sehingga tidak akan sesulit saat jaringan ini baru dibentuk."Keluarga Barus sangat hebat, setidaknya jika dibandingkan dengan Keluarga Juwanto dan Kerajaan N
Kemudian, Berma melangkah ke luar dan diikuti oleh para pria itu. Tidak berselang lama, suara pertarungan pun terdengar!Yasir yang sedang tidur tiba-tiba mendengar keributan di luar. Ekspresinya sontak berubah. Dia buru-buru bangkit, lalu pergi ke samping jendela dan membukanya sedikit untuk mengintip."Seharusnya berasal dari gang, tapi siapa yang bertarung?" gumam Yasir sambil mengernyit. Dia ingin melihat, tetapi tidak boleh bertindak sembrono. Bagaimanapun, identitasnya sebagai anggota jaringan mata-mata tidak boleh terbongkar!Begitu terbongkar, jaringan mata-mata akan hancur dibuatnya. Jadi, Yasir hanya bisa terus mengamati dari dalam.Saat ini, sebuah sosok tiba-tiba menyerbu masuk ke halaman dan bersembunyi di sebuah pojok. Saat berikutnya, terlihat banyak orang yang melewati kediaman Yasir."Pembunuhan?" gumam Yasir yang masih mengernyit tanpa bertindak gegabah. Waktu terus berlalu. Dalam sekejap, setengah jam sudah berlalu.Orang ini benar-benar tenang,' batin Yasir sambil t
Berma tahu Yasir hanya sedang berakting, jadi memutuskan untuk mengikuti permainan ini. Dia berucap, "Aku terluka parah. Kalau kamu nggak ingin mati, turuti perkataanku. Jangan laporkan pada pihak berwajib ataupun memberi tahu siapa pun!"Selesai berbicara, Berma menendang Yasir dan duduk di atas ranjang. Dia mendengus dan berteriak, "Cepat siapkan obat untukku!"Yasir mengejapkan matanya. Kalau bukan karena penasaran dengan identitas wanita ini, Yasir pasti sudah membunuhnya sejak awal.Namun, lantaran melihat Berma berparas cantik, Yasir memilih untuk menuruti perkataannya. Dia segera mengambilkan kain kasa dan obat untuknya.Berma menatap Yasir sembari memerintahkan, "Balut lukaku! Kalau berani macam-macam, aku akan langsung membunuhmu!"Berma berbalik, lalu perlahan-lahan melepaskan bajunya. Dalam sekejap, punggung yang putih dan bersih terpampang jelas di hadapan Yasir. Hanya saja, terlihat bekas luka yang mengerikan dan dalam di sana.Faktanya, kalau Berma tidak menahan serangan
Berma menimpali, "Pilihanmu hanya ada 2 sekarang. Turuti perkataanku atau mati!"Berma menatap Yasir lekat-lekat, membuatnya tidak berdaya untuk sekarang. Jujur saja, Yasir sudah tidak sabar untuk membunuh wanita pengganggu ini. Akan tetapi, begitu teringat pada Berma yang terluka parah, dia memilih untuk bersabar."Ya, ya ... kamu boleh saja tinggal di sini. Tapi, setidaknya kamu harus memberitahuku tujuanmu. Aku nggak tahu kamu ini penjahat atau bukan! Kalau nggak, mana mungkin aku berani menampungmu!" seru Yasir segera.Berma mendengus dingin, lalu meletakkan pedang di samping leher Yasir dan mengancam, "Jangan banyak tanya. Aku hanya bisa memberitahumu aku sedang diincar musuh. Kalau banyak omong lagi, aku akan langsung membunuhmu!"Tatapan Berma tampak sangat dingin. Yasir hanya bisa berakting ketakutan sembari mengangguk dan berkata, "Ya, ya, aku sudah mengerti."Meskipun begitu, Yasir tetap penasaran, siapa musuh wanita ini? Tempat ini adalah ibu kota Kerajaan Beluana, apa mungk
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan
Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den
Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak
Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya