Share

Bab 36

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 22:44:08
Ceklek!

"Om! Tante!"

Mereka berdua menoleh cepat ke arah pintu. Terlihatlah di sana Ling dengan Adenna yang berdiri di ambang pintu.

"Astaga, Ling ayo main sama Grandma, kalian lanjutkan saja!" seru Adenna.

Brak!

Pintu di tutup kembali setelah Adenna membopong Ling dan membawanya pergi.

"Sepertinya aku akan segera memiliki cucu." Adenna tersenyum senang sekaligus geli.

Ling mengerjapkan matanya polos menatap Adenna. "Om dan tante sedang apa?" tanyanya.

Adenna menatap anak kecil itu dengan senyuman yang belum hilang. "Mereka akan membuatkan Ling adik," kelakarnya.

"Adik?" ulangnya.

Adenna menganggukkan kepalanya antusias. Kakinya mulai berjalan menjauh dari area kamar Kenzo.

"Calanya bagaimana Glanma?" Anak kecil itu menunjukkan raut wajah berpikir yang menggemaskan.

Seketika Adenna tersadar dengan apa yang baru saja ia katakan pada anak dalam gendongan ini.

"Ling mau main apa?" tanyanya berusaha mengalihkan perhatian. Untungnya, bocah ini langsung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 37

    "Siapa yang akan kau buang hah!?" Reyna tersentak kaget saat mendengar suara yang sangat ia kenali. Kepalanya menoleh cepat dimana tepat di ambang pintu sudah ada Gian dengan stelan Jaz nya berdiri di sana. Wanita itu berdiri dengan wajah pias menatap Gian yang terlihat marah. "Siapa yang akan kau buang sayang?" tanya Gian tajam. Tubuhnya perlahan mendekat pada sang istri hingga punggung Reyna menabrak dinding di belakangnya. "E-em, tidak ada," jawab Reyna gugup. Ia bahkan tak berani walaupun hanya untuk sekedar menatap mata Gian. "Lalu, siapa yang akan kau buang tadi hm?" Wajah Gian semakin mendekat pada wajah Reyna hingga membuat Reyna semakin memundurkan kepalanya. "Hei, kenapa dirimu sepertinya takut padaku? Kau kenapa sayang? Bukankah setelah suamimu ini pulang bekerja, kau harus melayani nya?" Gian menciumi area telinga Reyna hingga leher belakangnya. Reyna memejamkan matanya merasakan sensasi yang di berikan oleh Gian. Ia menggigit bibirnya menahan hasrat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 38

    "Nyonya!" "Kakak!" Seluruh pengunjung dalam restoran panik melihat istri dari Kenzo itu seperti keracunan. "Benar! Nyonya terkena racun!" seru salah satu pengunjung yang merupakan seorang dokter. Kebetulan dokter wanita itu berada dalam restoran bersama keluarganya. "Siapa yang berani!?" teriak Kenzo mengerikan. Seketika, semuanya mati kutu. Tak ada yang berani menatap apalagi menyahut ucapan Kenzo. Semua orang di dalam restoran ini tahu, siapa pria yang berteriak barusan. "Kakak ..." lirih Reyna. Lain di mulut lain di hati. Dalam hatinya, wanita hamil itu tengah merasa senang bukan main karena rencana yang telah ia susun berjalan dengan baik. Dokter itu dengan sigap memberikan pertolongan pertama kepada Nora. Dengan di bantu oleh beberapa orang, Nora pun di bawa menuju mobil milik Kenzo yang berada di area parkiran. Kenzo masih menatap tajam pada semua orang di sini. "Panggil Manager restoran ini!" perintahnya kepada salah satu pelayan yang menyaksikan kejad

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 39

    "Bagaimana ini!?" "Apa yang telah kau lakukan!?" Reyna menoleh cepat ke arah pintu saat mendengar teriakan Gian yang memekikkan telinga. "Kak Gian, aku," gugupnya. "Lihat ini!" Gian menunjuk ponsel miliknya yang memperlihatkan sebuah vidio. Video tersebut telah banyak beredar di media sosial. Ya, tak lain adalah video klarifikasi dari wanita pelayan yang di duga adalah pelaku yang meracuni Nora. "Ak-aku-" Reyna terbata-bata. "Seharusnya kau tak melakukan ini! Ini bukan hanya merugikan dirimu! Tetapi perusahaan ku juga mengalami kerugian karena orang-orang telah mengetahui jika kita telah menikah!" bentak Gian. Reyna hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam. Air mata mengalir dari kedua matanya. 'Sialan! Sialan! Sialan!' makinya dalam hati dengan kedua tangan mengepal erat. "Jika kau ingin melakukan sesuatu, beritahu aku dahulu! Jangan berbuat semena-mena! Aku adalah suamimu sekarang!" hardik pria itu dengan jari telunjuk mengacung pada wajah Reyna. Rey

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 40

    'Kenzo sialan!' maki Nora dalam hati. Tangan kenzo bergerak merambat pada punggung Nora dan mengusapnya lembut. Memberikan suatu sensasi yang asing bagi Nora. Nora mulai membalas ciuman sang suami dengan perlahan. Namun tak lama, ia mendorong dada Kenzo agar ciuman mereka terlepas. Kenzo dengan terpaksa melepaskan bibir Nora. Ia menatap sang istri dalam. "Kenapa?" tanyanya dengan suara serak. "Aku ingin melakukan sesuatu," ujar Nora. Kenzo menaikkan alisnya. "Apa itu?" "Ayo ikut aku," ajaknya. Nora meraih telapak tangan sang suami dan menggandengnya menuju dalam kamar. Setelah menutup pintu balkon, ia mengambil sesuatu di dalam lemari kecil yang berada di pojokan kamar. "Tunggu sebentar," ucap Nora saat tak menemukan benda yang ia cari. Gadis itu mendudukkan Kenzo di atas sofa dalam kamar kemudian ia berjalan keluar menuju dapur. Sesampainya di sana, ia mengambil dua gelas kaca bening dengan gagang panjang. Lalu mengambil minuman dari dalam lemari khusus un

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 41

    "Nora!" seru Kenzo. "Ahh, Ken," Nora justru mendesah. Hal itu membuat Kenzo sedikit frustasi. Untung saja, pria itu masih bisa menahan gejolak yang kini kian bergelora. Baru saja mengalungkan tangannya pada leher Kenzo, Nora tiba-tiba saja memejamkan matanya tak sadarkan diri. Kenzo menghela nafas lega. Tangannya bergerak mengusap butiran keringat di dahi sang istri dengan lembut. "Kau membuatku gila," ucapnya. "Seperti ini lebih baik," Pria itu kemudian memasangkan baju tidur Nora kembali. Lalu menutup tubuhnya dengan selimut. Matanya menatap Nora sekali lagi. Setelahnya ia ikut membaringkan tubuhnya dan memutuskan untuk tidur. "Gadis nakal," gumamnya. Di pagi harinya, Nora terbangun dari tidurnya karena mendengar suara berisik dari bawah. Saat membuka matanya, seketika rasa pusing menyerang kepala bagian belakangnya. "Shh," Nora mendesis sembari mengusap kepalanya. Ia menolehkan kepalanya melihat ke samping dimana Kenzo masih memejamkan mata. "Ken," panggilnya. "Hm," Nor

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 42

    "T-tapi kak-" "Sekarang!" potong Nora. Reyna terkesiap. 'Nora bangsat!' maki Reyna dalam hati. "Em-baiklah," "Begitu harusnya. Siapkan ponselmu, tunggu aku sebentar," perintah Nora. Reyna menganggukkan kepala mengiyakan. Lalu wanita itu bangun dan duduk di atas sofa. Ia mengambil ponsel miliknya dalam saku celana dan mengutak-atiknya sebentar. Lalu wanita hamil tersebut meletakkan ponselnya dengan di sandarkan pada sebuah toples berisi permen yang memang disediakan untuk tamu. Nora melirik Adenna dan Radhika. Mereka berdua yang memahami arti lirikan sang menantu pun ikut meninggalkan ruang tamu bersama Nora. "Mommy dan Daddy sarapan saja terlebih dahulu. Aku akan mengurus tikus pengganggu itu," kata Nora dengan senyuman. Adenna balas tersenyum. "Baiklah," Setelahnya, sepasang suami istri itu berlalu menuju ruang makan. Sedangkan Nora berjalan menuju kamarnya kembali. Sesampainya di sana, matanya menangkap sosok suaminya yang masih berbaring di atas ranjang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 43

    "Ahh, sakit ..." Reyna rasanya sudah tak memiliki tenaga. Apalagi ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari bawahnya. Saat ia melihat, telah benyak sekali noda darah yang merembes dari celana yang ia kenakan. "Tunggu ya Nona, sebentar lagi kita sampai," kata si supir. Tak lama kemudian, mereka telah sampai di unit gawat darurat. Si supir segera turun dan memanggil petugas kesehatan. Mereka muncul seraya membawa brankar. Salah satu petugas laki-laki membuka pintu taksi dan mengangkat Reyna di bantu rekannya untuk di letakkan di atas brankar. "Cepat!" seru salah satu dari mereka. Pria paruh baya itu meremas rambutnya merasa frustasi. "Ada apa denganku hari ini? Kenapa sial sekali?" Ia mengecek kursi tempat Reyna duduk tadi, apakah penumpangnya ini membawa barang atau tidak. Ternyata ada sebuah tas di sana. Supir itu mengambilnya. Matanya mengedar mengamati kursi. "Syukurlah, tidak ada darah yang tertinggal," katanya. Ia membuka tas tersebut dan mengambil ponsel mil

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 44

    Gian menunggu dengan sedikit cemas. "Dengan berat hati saya mengatakan," Dokter itu menjeda. "Pasien mengalami keguguran." Hati Gian terasa mencelos mendengarnya. Meskipun ia sebenarnya sedikit tidak menginginkan janin dalam rahim Reyna, bagaimanapun itu adalah darah dagingnya sendiri. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi memang saat istri anda sampai sudah mengalami pendarahan yang parah. Janin tidak bisa di selamatkan." jelas Dokter tersebut. Gian merasakan lututnya lemas seketika. Pandangannya masih menatap sang Dokter dengan tidak percaya. "Bagaimana dengan istri saya?" "Istri anda kehilangan banyak darah, saat ini tengah menjalani perawatan dan masih tak sadarkan diri," Pria itu menganggukkan kepalanya. "Baiklah, terima kasih," "Setelah ini, kami akan pindahkan istri anda ke dalam ruang rawat inap," Dokter itu berlalu masuk ke dalam ruangan dan tak lama kemudian, ia kembali terlihat dengan para perawat lainnya. Mereka mendorong brankar yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 105

    "Hahaha!" Nora tertawa terbahak-bahak dengan menatap Reyna tajam. Ekspresi bengis terpampang jelas di wajah cantiknya. "Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa benar-benar memaafkanmu, Reyna,"Di depan Reyna, Nora berdiri tegak. Gadis itu mengambil sebuah botol berisi racun di dalam saku jaketnya. Sorot mata Nora tampak dingin, seperti cahaya remang yang memantul di permukaan cairan berbahaya itu. Dia terlihat tak berperasaan, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam. "Minum ini, Reyna," perintahnya dengan suara datar, seolah mengabaikan rasa takut yang terpancar dari Reyna. "Jika kau memang menyesal, buktikan padaku."Reyna menatap botol itu, mulutnya terasa kering. "Kak, tolong… jangan lakukan ini!" ucapnya, suara penuh kepanikan. "Kita bisa menyelesaikannya dengan cara lain. Ingat Kak! Kita pernah menjadi saudara!"Nora mengangkat bahu, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Saudara? Aakah kau benar-benar percaya bahwa kita masih bisa menjadi saudara lagi setelah semua yang kau lak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 104

    Nora menatap ke arah hutan yang gelap, napasnya teratur namun penuh semangat. "Waktunya telah tiba. Kita tidak akan mundur. Kita harus menghadapi ini, Kenzo." "Ayo kita lakukan. Jika Reyna ada di sini, kita akan menemukannya."Nora merasakan getaran di sakunya. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Ayah di layar. Dengan sedikit keraguan, ia mengangkat telepon."Nora, kami semua mendukungmu," suara Ayahnya terdengar tenang namun tegas, "Reyna telah melampaui batas. Dia tidak hanya mengkhianati kita, tapi juga merusak kehormatan keluarga. Kau tahu apa yang harus dilakukan."Suara Bundanya kemudian terdengar, lembut namun penuh kepastian, "Kami percaya padamu, Nak. Ini bukan lagi soal pribadi, tapi soal keluarga. Jika kau ragu, ingatlah betapa Reyna telah membuat kita terluka."Nora menggenggam ponselnya lebih erat, menghirup napas dalam-dalam, dan menatap Kenzo. "Ayah dan Bunda telah berbicara. Semua mendukung kita," katanya, matanya berbinar dengan tekad yang baru.Kenzo mengangg

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 103

    "Ken!" Nora menatap Kenzo yang juga tengah menatapnya saat ini. Gadis itu menyibak rambutnya yang berkeringat. Keheningan di dalam markas segera pecah menjadi sorakan kegembiraan. Para anggota mafia, yang sebelumnya tegang menyaksikan pertarungan, kini bersorak merayakan kemenangan Nora atas Gian. Suara tawa dan teriakan penuh semangat menggema di seluruh ruangan, menandakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan musuh yang selama ini menjadi ancaman bagi mereka."Untuk Nyonya Nora!" teriak salah satu anggota, mengangkat senjata dengan penuh semangat. Suara tepuk tangan dan sorakan lainnya menyusul, menyebar dengan cepat seperti api. "Dia telah menyelamatkan kita semua!"Kenzo berdiri di samping Nora, wajahnya menampakkan kepuasan dan kebanggaan. Ia mengamati sekeliling, menyaksikan bagaimana para anggotanya merayakan keberhasilan itu. "Kita tidak boleh berpuas diri!”" Kenzo mengangkat suaranya di atas keributan. "Kemenangan ini bukanlah akhir. Masih ada tugas penting yang menunggu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 102

    "Mulai sekarang, kita bergerak. Temukan Reyna, hidup atau mati."Para anggota mafia mulai bergerak cepat, mengambil posisi dan menjalankan perintah. Nora berdiri di samping Kenzo, matanya bersinar penuh ambisi dan kebencian. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah akhir dari perseteruannya dengan Reyna. Tapi kali ini, ia tidak hanya akan menang—ia akan memastikan Reyna tak pernah kembali.Ketegangan di dalam markas Kenzo tiba-tiba memuncak ketika suara deru mesin mobil dan suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Pintu masuk utama dibuka dengan paksa, dan rombongan mafia yang dipimpin oleh Gian melangkah masuk dengan agresif. Mereka mengenakan pakaian gelap, wajah tertutup oleh masker, menunjukkan bahwa mereka datang untuk bertarung. Gian, sosok tinggi besar dengan tatapan menakutkan, berdiri di depan kelompoknya. Senyumnya penuh tantangan saat ia melihat ke arah Kenzo dan anggota mafia yang berkumpul. "Kenzo," ia menyapa dengan nada mengejek. "Dengar, malam ini aku akan mengambil kemb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 101

    "Ck! Aku takkan membiarkan Nora hidup lebih lama! Besok. Yah, Besok. Aku akan mengakhiri semuanya. Aku akan melenyapkannya dan merebut Kak Kenzo!" .... Di sebuah ruang bawah tanah yang gelap dan lembap, markas mafia yang dipimpin oleh Kenzo dipenuhi dengan para anggotanya yang berkumpul di tengah malam. Lampu-lampu redup memancarkan cahaya kekuningan, menerangi wajah-wajah tegang dan bersiap. Meja kayu panjang di tengah ruangan dipenuhi peta, dokumen, dan foto-foto Reyna. Suara berisik dari para anggota mafia yang berbicara dan mengasah senjata memenuhi ruangan, menciptakan suasana tegang yang tak terelakkan. Kenzo berdiri di depan semua orang, tubuhnya tegak, mata tajamnya memandang serius pada anak buahnya yang berjumlah puluhan. Ia mengenakan setelan hitam yang rapi, wajahnya dingin, penuh ketegasan. Rambut hitamnya tersisir rapi, namun aura di sekelilingnya memancarkan bahaya yang tak bisa disangkal. Di tangannya, sebuah pistol berlapis perak tergenggam erat. "Reyna tidak bis

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 100

    Nora berhenti sejenak di depan pintu, memandang Sam dengan senyum tipis di wajahnya. "Kamu baik-baik saja, Sam?"Sontak, Sam mengangukkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku baik-baik saja, Nyonya," jawabnya. "Sebaiknya kita beristirahat sekarang. Besok pagi, kita akan melakukan pencarian untuk menemukan jalang itu. Kita akhiri saja semuanya. Aku yakin. Semua anggota keluarga kita akan merasa tenang jika benalu itu lenyap." Kenzo menajamkan matanya. .... Dalam kegelapan malam, Reyna berlari tanpa henti, menerobos ranting-ranting kasar dan daun-daun lebat di hutan yang seolah mencoba menahannya. Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena dinginnya malam, tapi karena gemetar perasaan yang bergejolak di dalam dirinya. Tangan kirinya masih berlumuran darah Hercules, pria yang pernah begitu mencintainya. Nafasnya berat, namun ia terus berlari, seolah mencoba melarikan diri dari bayang-bayang perbuatan yang baru saja dilakukannya."Tidak ada jalan kembali," gumamnya dalam hati, matanya membara

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 99

    "Astaga..." "Nora!?" seru suara yang tidak asing dari belakang membuat gadis itu menolehkan kepalanya dengan cepat untuk melihat sosok yang telah memanggilnya. "Kenzo?" Nora menatap suaminya yang tiba-tiba sudah berada di sini bersama Sam. Kedua pria itu mendekat dan melihat Hercules yang masih tergeletak di atas lantai. Kenzo langsung membawa tubuh Nora ke dalam pelukannya dengan erat untuk menumpahkan rasa khawatirnya. "Kau baik-baik saja?" tanya Kenzo penuh kekhawatiran. Nora menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Tapi, pria ini." Rossa menunjuk tubuh Hercules dengan tatapan dingin. "Sam, cek keadaannya!" Aroma darah yang samar menyeruak di udara, membuat perut Sam terasa mual. Hercules tergeletak tak bergerak di lantai, genangan darah tampak mulai mengering di sekitarnya.Sam mendekati tubuh itu dengan hati-hati. Wajah Hercules pucat, matanya terbuka kosong, tidak lagi bernafas. Sam berlutut, memeriksa denyut nadinya di leher, tapi seperti yang sudah ia duga, tidak ada

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 98

    Sesaat kemudian, wajah Kenzo terkena lampu sorot dari sebuah mobil yang berjalan mendekat. Tak lama, mobil itu berhenti di dekatnya dan terlihatlah siapa yang mengemudikan mobil tersebut. "Tuan!" seru Sam dari dalam mobil yang mana hal itu membuat Kenzo langsung berdiri dan bergerak cepat masuk ke dalam mobil. Setelah Kenzo masuk, mobil pun kembali melaju dengan cepat membelah jalanan yang terlihat cukup senggang. ....Rossa, dengan gerak langkah hati-hati, menelusuri lorong sempit menuju apartemen Hercules yang telah dirinya ketahui. Cahaya bulan yang redup dari jendela di ujung lorong cukup memberikan penerangan baginya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, rasa dendam dan sedikit kekalutan mengisi udara di sekitarnya. Dia tahu bahwa Reyna dan pria itu sedang ada di dalam. Langkahnya semakin pelan saat dia mendekati pintu apartemen.Dengan cekatan, Rossa menyelipkan kunci cadangan yang berhasil ia peroleh dari mencari ke sekitar area pintu dan ternyata kunci itu berada

  • Perjalanan Dimensi Waktu Istri Mafia    Bab 97

    Di sisi lain, Kenzo yang berada di dalam kamar mengerjapkan matanya ketika tangannya meraba-raba ke samping dan tidak menemukan keberadaan sang istri di sampingnya. "Nora!?" panggil Kenzo dengan suara keras. "Dimana dia?" Pria itu bangun dari tidurnya dan beranjak duduk. Kepalanya menoleh ke sana kemari untuk mencari keberadaan sang Istri. Pintu kamar tertutup rapat. Pintu kamar mandi pun sama. Kenzo turun dari atas ranjang dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. Saat ini, Kenzo telah keluar dari dalam kamar. Suasana rumah yang sepi seketika menyambutnya. Tanpa memikirkan penghuni lain akan merasa terganggu atau tidak, pria itu akhirnya berteriak. "Nora!" panggilnya yang mana hal itu membuat suaranya menggema di seluruh penjuru rumah. Kenzo dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat sekarang. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan pada istrinya saat ini, mengingat baru saja mereka telah mengalami insiden mengerikan di area villa tersebut. Pria itu tidak tahu sa

DMCA.com Protection Status