Setelah melepaskan diri dari ikatan yang sempat mengikat dirinya, ia diam sejenak. Dirinya tidak langsung pergi."Mana celah supaya aku bisa keluar, kenapa semuanya tertutup. Apa yang harus aku lakukan?" batin Zsalsya.Ia terdiam sejenak memikirkan ide yang bagus supaya bisa keluar dari sana dengan mulus."Oh, ya!" Zsalsya langsung senang ketika ia mendapat ide tersebut. Dirinya segera memakai tali tambang itu ke kaki dan tangannya seperti semula. Tetapi, kali ini agak berbeda. Ikatannya tampak kencang padahal sebenarnya itu longgar. Ia hanya berusaha memanipulasi mata pria itu. Ada tali tertentu yang dengan sengaja ia sembunyikan."Aarghh! Aku sudah tidak kuat! Perutku sakiit sekaliii!" pekik Zsalsya. Ia terus memekik kesakitan. Bahkan, ia agak mencondongkan tubuhnya hingga perutnya agak terlipat dan bagian kepalanya ke bawah."Sakiiitt! Toloong .... Aku sudah tidak tahan!" Zsalsya terus berteriak sekeras mungkin hingga pria yang ternyata memang benar tengah tertidur itu akhirnya m
"Jangan banyak bicara! Cepat selesaikan saja kencingmu dan kembalilah ke tempat semula!" sentak pria itu.Zsalsya tidak berbicara lagi. Baginya, itu tidak penting. Tadi, ia b berbicara demikian karena ingin membuat pria agak lengah saja. Dirinya ingin tahu bagaimana reaksi pria itu jika membalas perkataannya."Bagaimanapun caranya, aku harus bisa keluar dari sini!" batin Zsalsya. Di toilet itu, ia menutup rapat pintu tersebut. Terlebih lagi melihat kunci selot yang membuatnya merasa tenang untuk kabur lewat jalan sana. Pertama-tama, ia melepas tali itu dari tangannya, lalu setelah ia menguncikan pintu tersebut dengan kunci selot."Bagus sekali, aku bisa mencoba keluar dari sini dengan aman dan diam-diam," batin Zsalsya tersenyum.Ia merasa ada secerca harapan yang membuat dirinya semakin bersemangat untuk keluar dan melarikan diri.Lalu, ia juga melepaskan tali yang mengikat kakinya. Rasa sakit bekasnya sangat perih, tetapi Zsalsya hanya terdiam sejenak sembari memegangi tangannya y
Dengan nafas terengah-engah, Zsalsya terus berlari tanpa henti. Tetapi pikirannya tidak tenang. Ia sangat takut jika ada yang mengejarnya. Untuk itu, sembari berlari, sesekali ia menoleh ke belakang. Walau tangan sangat perih dan bahkan pergelangan kakinya pun terluka dan agak berdarah, tetapi ia menghiraukan rasa sakit itu.Berlari tanpa alas kaki pun memang sama-sama menyakitkan. Namun, bagaimanapun, yang paling penting baginya saat ini adalah keselamatan dirinya dan Endrick."Haaahh .... Haahh ....!"Belum jauh dari sana, ia melihat pria misterius itu mengejarnya. Terus berlari ke arahnya, tetapi ia berusaha sekuat tenaga untuk berlari.Setelah berhasil turun dari dalam toilet tadi, yang jadi masalah Zsalsya adalah ia tidak langsung pergi. Dirinya memilih diam sejenak karena sudah sangat lelah ditambah rasa sakit yang tidak bisa ia hiraukan.Meskipun ia berusaha kuat dan pura-pura tidak merasakan. Tetapi, tetap saja ia tidak bisa membohongi rasa sakit pada beberapa bagian tubuhny
"Akhirnya kamu kembali. Kamu kenapa lama sekali?" kata Kyora sembari bergelayut manja. Endrick yang merasa ada yang aneh pun kemudian agak menjaga jarak dari wanita tersebut. Ia menoleh ke arah kepala pelayan dan kepala pelayan itu hanya diam sembari tersenyum tipis dengan mata berkedip sekali."Mau ikut saya sebentar?" Endrick memberikan penawaran karena dirinya masih penasaran siapa wanita dibalik topeng itu. Ada banyak keanehan yang mulai dirasakan, seakan membuatnya ingin tahu karena tidak ingin terjebak dalam kepalsuan."Ikut ke mana?" tanya Kyora."Ikut saja!"Sembari memegang lengan Endrick, Kyora terus berjalan mengikuti langkah kaki pria yang ada di sampingnya itu. Seolah tidak mau kehilangan momen bersama, ia terus bergelayut mesra. Walau sebenarnya Endrick sendiri tidak tahu bagaimana ia harus menanggapi keadaan ini, karena dirinya tidak tahu siapa sebenarnya wanita yang ada di sampingnya tersebut."Ke mana?" "Di sini saja." Endrick menghentikan langkah kakinya, lalu ber
"Tuan!" seru seorang bodyguard yang sudah menemukan Endrick. Sontak, Endrick pun menoleh. Bodyguard itu mendekat dan kemudian berbisik. Endrick yang mendengar hal itu pun langsung terdiam. Ia melirik ke arah Kyora dan langsung pergi begitu saja."Bawa dia!" perintahnya kepada bodyguard yang baru saja memberikannya kabar tersebut.Kyora yang belum siap siaga dengan apa yang terjadi pun membuatnya berontak. "Apa ini? Kenapa aku dipegangi begini?!" Walaupun sudah jelas-jelas ketahuan, tetapi Kyora tetap saja berusaha membela dirinya yang mengaku sebagai Zsalsya. "Kenapa memperlakukan aku begini?"Endrick tidak menoleh karena memang tidak peduli. Yang dia pedulikan saat ini hanyalah Zsalsya yang tengah berjalan perlahan mencari keberadaan Endrick.Melihat Zsalsya yang dalam kondisi buruk, itu membuat Endrick langsung membawanya dalam pelukan. "Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa badanmu penuh luka begini?"Meskipun begitu, Endrick melakukannya diam-diam. Ia tidak ingin orang lain tahu
"Mas!" seru Zsalsya, ketika melihat Endrick yang terus menatap matanya tanpa sedikitpun berkedip.Endrick pun akhirnya berkedip. "Harusnya kamu sudah tahu apa jawabannya."Zsalsya terdiam sejenak. Lalu, ia pun menyahut perkataan Endrick. "Saya tidak tahu pasti, Mas, kalau bukan Mas sendiri yang mengatakannya kepada saya."'Sebenarnya aku tidak mau kege'eran'Endrick menggelengkan kepala. Ia berjalan keluar dari kamar dan berbicara kepada salah seorang pelayan yang ternyata ada dua orang sudah di sana. Dua pelayan di sana atas perintah kepala pelayan yang melihat kondisi Zsalsya, yang mana berjaga-jaga jika Endrick membutuhkan pelayanan."Tolong kamu ambilkan kotak P3K yang ada di ruangan saya!" perintahnya."Baik, Tuan," jawab salah seorang pelayan itu dan kemudian melangkah pergi untuk melaksanakan perintah tersebut.Endrick kembali pada Zsalsya, ia tetap berada di sampingnya.Di bawah sana, setelah selesai acara dan semuanya bubar. Rosmala mencari keberadaan Endrick yang tak ia liha
Di luar, seorang bodyguard masih memegangi wanita yang menyamar menjadi Zsalsya, Kyora. Wanita itu terus berontak. Dirinya mencoba untuk melarikan diri dari sana ketika baru menyadari bahwa ada yang tidak beres dan tentu saja pasti karena ada sesuatu yang memang tidak ia ketahui."Tidak mungkin kalau Zsalsya kabur dari sekapan itu!" batin Kyora sembari menggelengkan kepala bingung. Ia pun dilanda rasa bimbang mengenai rencananya yang seolah menjadi berantakan."Diam! Jangan banyak gerak!" tegas bodyguard yang masih melakukan tugas yang sama.Namun, di luar gerbang yang berjarak sekitar sepuluh meter dari sana. Rejho sudah merasa jenuh memantau keadaan sembari menunggu kembalinya Kyora. "Ke mana si Bos ini? Aku tunggu tapi tak juga datang!"Rejho mengambil rokok dari dalam saku celananya. Ia menyundut rokok itu, lalu menyesapnya secara perlahan. Dengan salah satu diangkat ke atas paha yang lain, ia menggerak-gerakkan kaki itu sembari sesekali melihat ke gerbang rumah."Masa begitu saj
Rosmala yang tahu bahwa situasi sedang tidak aman itu membuatnya panik. Ia mondar-mandir tidak karuan. Karena penasaran, ia pun melangkah ke jendela. Tirai itu dibukanya perlahan. Dibalik jendela kaca yang besar itu, ia melihat situasi di halaman rumahnya.Dan benar saja. Ia melihat para bodyguard yang tengah berjaga tampak panik. Bahkan, matanya sampai membelalak saat melihat ada percikan darah di halaman rumah.Memang tidak banyak, tetapi itu membuat Rosmala semakin ketakutan. Ia takut jika terjadi sesuatu hal yang buruk lagi.Zsalsya yang ada di sana hanya bisa diam seraya menahan sakit pada beberapa bagian tubuhnya yang mengalami goresan luka."Ya Tuhan, semoga semuanya baik-baik saja. Aku hanya ingin semuanya kembali aman," batin Zsalsya dalam do'anya. Dalam keresahan hati Rosmala, ia teringat pada Zsalsya yang menurutnya pasti tahu apa yang terjadi selama beberapa jam ke belakang ini.Rosmala memutar tubuhnya, ia menoleh ke arah Zsalsya dan langsung berjalan ke arah calon menan
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe