"Pergi semua! Pergi saja! Biar sepi rumah ini!" Salsa tampaknya begitu kesal, ketika mendengar Dimas mengatakan jika ingin pindah rumah.
Wanita itu menatap Dimas dan Della bergantian, terlihat rasa tak rela di tatapan wanita itu.
Della menundukkan kepala ketika mendengar Salsa membentak, sedangkan Dimas sendiri masih terus menatap wanita yang sudah melahirkannya itu.
Anggara memegangi kening, sudah tak terkejut dengan reaksi Salsa. Hanya tak menyangka jika Dimas akan meminta pindah rumah secepat itu.
"Ma, bukan gitu. Kami hanya berpikir ingin mandiri," ucap Dimas menjelaskan, tak ingin Salsa salah pengertian.
"Terserah, itu hak kalian! Bukankah kamu juga memang suka meninggalkan rumah ini! Pergi saja, kenapa harus minta izin?" Salsa bicara dengan nada sindiran.
Salsa sepertinya memang benar-benar emosi, wanita itu langsung berdiri dan membuat Dimas juga yang lain terkejut. Salsa mengambil Bagas dari pangkuan Della, lantas mengajak bocah itu
Anggara masuk ke kamar, melihat Salsa yang berbaring dengan Bagas berada di tengah ranjang. Istrinya itu sepertinya benar-benar merajuk, bahkan tangan mungil Bagas pun masih digenggam, meski bocah itu sudah tertidur lelap.Anggara mendesau pelan, kemudian berjalan ke ranjang dan naik ke kasur. Menarik selimut menutupi kaki, lantas melirik Salsa dan melihat jika istrinya itu belum tidur. Anggara sengaja berdeham, tak mungkin baginya kalau langsung bicara karena hal itu akan membuat Salsa semakin mengamuk.“Kalau tersedak minum air!” sindir Salsa saat mendengar dehaman Anggara.Anggara benar-benar tersedak ludah mendengar sindiran Salsa, kemudian memilih membaringkan tubuh dengan posisi miring dan menatap sang istri yang berwajah masam.Salsa tak mau menatap Anggara, beranggapan jika suaminya itu pasti akan membujuk serta mendukung keinginan Dimas.“Kamu akhir-akhir ini banyakan marahnya, apa nggak takut keriput dahinya?” tanya Anggara yang bermaksud menggoda dan mengajak bercanda Salsa
Hari berikutnya. Salsa bersama Bagas dan Anggara juga yang lainnya, sudah berada di meja makan dan siap sarapan. Dimas dan Della baru saja sampai di ruang makan, keduanya melirik Salsa yang tampak masih marah pada mereka.“Kok bengong? Kalian tidak ikut sarapan?” tanya Anggit saat melihat adik dan iparnya hanya berdiri.“Sarapan, Kak.” Della menjawab dengan rasa canggung.Della melirik Salsa yang tak acuh, terlihat jelas jika mertuanya itu pasti masih marah karena pembicaraan semalam. Dimas sendiri mencoba bersikap biasa, duduk di sebelah Anggara, tepat berhadapan dengan Salsa, sedangkan Della duduk di sebelah Dimas.“Ayo sarapan! Nanti keburu dingin!” ajak Anggara, memecah kecanggungan yang terjadi. Masalah semalam memang Anggit dan Anggie tak tahu.Della mengangguk, kemudian dengan sigap mengambilkan makanan untuk Dimas sebelum dirinya sendiri.Tanpa Della dan yang lainnya duga, Salsa memperhatikan Della yang sedang melayani Dimas, hingga kemudian tatapan tertuju pada Bagas saat ada
Setelah mendapatkan izin dari Salsa. Dimas dan Della pun mencari rumah sederhana yang cocok dengan mereka. Awalnya Anggara menawari jika akan memberikan rumah untuk keduanya, tapi Dimas dan Della menolak dengan alasan ingin membeli sendiri agar mereka tahu rasanya memiliki rumah hasil dari keringat mereka.Sudah beberapa hari semenjak Della dan Dimas mencari rumah, sampai akhirnya mereka memutuskan melihat salah satu rumah yang disarankan oleh pihak jasa property milik teman Anggara.“Di sini lingkungannya masih asri, bangunan rumahnya tidak terlalu besar tapi memiliki halaman yang cukup luas. Sangat cocok jika memiliki anak, karena bisa dijadikan tempat bermain dan bersantai.” Karyawan dari jasa property yang menemani Dimas dan Della, menjelaskan lokasi serta suasana lingkungan rumah yang ingin dibeli keduanya.Dimas dan Della melihat bangunan sederhana tanpa pagar tembok mengelilingi dengan halaman luas dan memiliki rumput hijau yang segar. Kemudian ikut masuk rumah untuk melihat fa
Anggit baru saja selesai melakukan pemotretan di perusahaan tempatnya bernaung, setelah dirinya keluar dari perusahaan sang suami serta menggugat cerai Max. Dia tampak berjalan keluar dari lobi perusahaan untuk pergi ke lokasi pemotretan berikutnya, hingga lengannya ditarik oleh seseorang menuju samping gedung. Anggit sangat terkejut dengan yang terjadi, memandang pria yang menariknya paksa. “Max?” Anggit terkejut mengetahui pria itu masih mengganggunya. “Lepas!” Anggit menarik paksa tangan dari cengkraman Max. Mereka kini sudah berada di samping gedung. Max memandang Anggit yang menatapnya dengan rasa tak suka. “Kamu harus tanggung jawab!” Max bicara sambil menunjuk wajah Anggit. “Tanggung jawab apa? Enak saja! Masih mending aku tidak meminta harta gono-gini, kamu malah berani minta pertanggung jawaban dariku? Dasar banci!” cibir Anggit yang kesal. Max mendorong bahu Anggit ke belakang hingga punggung wanita itu membentur tembok. Anggit memekik kesakitan karena perlakuan kasar
Della masih saja bekerja sebagai seorang pramusaji setelah beberapa bulan menikah dengan Dimas. Dirinya hanya ingin mandiri, karena sejak awal sudah berkomitmen jika dirinya akan tetap bekerja.“Del, aku heran sama kamu,” kata teman Della.“Heran kenapa?” tanya Della yang sedang sibuk mengelap meja.“Kamu tuh sudah nikah sama pria kaya, kenapa masih mau bekerja begini?” tanya teman Della, memandang mantan janda cantik itu dengan perasaan heran.Della mengulas senyum mendengar pertanyaan temannya, hingga menoleh dan melihat teman yang memandang dirinya.“Apa hubungannya menikah dengan pria kaya dan bekerja?” tanya balik Della. Dia berhenti mengelap meja dan memilih menatap temannya.“Ya, bukankah lebih enak di rumah, ngurus anak dan rumah saja. Lagian aku yakin, suamimu pasti tidak kekurangan uang untuk sekadar memberimu uang belanja atau jajan,” jawab teman Della.Della mengulas senyum, kemudian berkata, “Memang uang dari suamiku tidak kurang, tapi aku pun tidak ingin terlalu bergantu
Anggit kembali ke rumah Salsa. Sepanjang perjalanan masih terus memikirkan ucapan Max tentang ibunya, apakah benar Salsa yang menyebar informasi tentang perselingkuhan Max dengan salah satu model itu. Gara-gara ucapan Max, Anggit sampai tak fokus di pemotretan keduanya. Membuatnya harus terkena teguran fotografer berulang kali. Mobil Anggit sudah sampai di garasi. Dia langsung turun dan melihat Salsa yang sedang menunggui Bagas bermain di halaman rumah. “Sore, Ma.” Anggit langsung menyapa dan memberikan kecupan kanan-kiri di pipi Salsa. “Sore, sayang. Bagaimana tadi pemotretannya?” tanya Salsa. “Lancar,” jawab Anggit kemudian memilih duduk di kursi bersebelahan dengan Salsa, memandang Bagas yang sedang bermain bola. Salsa pun memandang Bagas, melihat betapa aktifnya bocah itu. Anggit menoleh Salsa, hingga berniat menanyakan tentang Max. “Ma. Boleh aku tanya sesuatu?” Salsa menoleh, melihat Anggit yang sudah memandangnya. “Tanya saja.” Salsa mempersilakan. “Apa Mama yang menyeb
Dimas sangat terkejut saat mengetahui jika Alvian kembali mendatangi Della, tentu saja pria itu takkan bisa tenang jika sampai Alvian kembali mengganggu Della.“Kamu kasih dia uang lagi?” tanya Dimas sangat geram dengan ulah Alvian.“Tentu saja tidak, Dim,” jawab Della. Dia tak ingin terlalu berbaik hati menuruti keinginan Alvian.Jika dulu Della memberi karena berharap mantan suaminya itu sadar lalu pergi dari kehidupannya, kini Della takkan mengulang kedua kali memberi karena jelas yang kedua karena sebuah keserakahan.“Lalu, apakah dia memaksamu atau melakukan sesuatu kepadamu?” tanya Dimas yang semakin cemas.Della menggelengkan kepala, kemudian menjawab, “Aku langsung pergi, tapi samar-samar mendengar dia berteriak tapi tidak terlalu jelas. Aku mencoba mengabaikan dirinya.”Dimas menghela napas lega, kemudian meraih kepala Della dan membawa ke pelukan. Bahkan mengecup lembut pucuk kepala istrinya itu.“Ya sudah, lain kali kalau dia mengganggumu lagi, segera hubungi aku. Aku takka
Salsa terduduk lemas saat mendengar kabar yang disampaikan Dimas. Wanita itu merasa tulang-tulang di kedua kakinya seolah ditarik keluar dari tubuh.Dimas dan Della pulang setelah mereka melaporkan Bagas yang hilang karena diculik. Mereka memiliki bukti rekaman Cctv yang terpasang di salah satu rumah yang dekat dengan rumah Dimas dan Della.Della pun terduduk tidak berdaya, sejak dari kantor polisi hingga sampai rumah, air matanya terus mengalir hingga membuat wajahnya begitu basah.“Bagaimana bisa kalian tidak hati-hati? Kenapa kalian membuat Bagas diculik!” Salsa menyalahkan Dimas dan Della yang teledor.Wanita itu menangis, bahkan sampai sesenggukan dan mencengkram baju bagian dada.Della terdiam, dirinya pun begitu kehilangan dan takut terjadi sesuatu dengan Bagas. Dalam rekaman itu hanya terlihat Alvian yang menggendong Bagas, kemudian masuk ke mobil dan meninggalkan tempat itu.“Kamu tenang, sayang. Tarik napas panjang dan embuskan perlahan.” Anggara mencoba menenangkan Salsa.D