Accueil / CEO / Perfect Partner / Bab 25 Dengan Siapa Dia?

Share

Bab 25 Dengan Siapa Dia?

Auteur: Myafa
last update Dernière mise à jour: 2023-06-21 18:54:54

“Da … Grandma … da Grandpa.” Kean dan Lean melambaikan tangannya ketika mobil melaju.

“Hati-hati di jalan. Langsung kabari nanti.” Mommy Shea melambaikan tangan.

“Iya, nanti Kean suruh Uncle kabari Grandma.”

Bian hanya bisa menggeleng. Keponakannya enak sekali ketika menjawab. Dengan segera dia menaikkan kaca mobil agar dua bocah itu duduk manis.

“Uncle, kenapa hanya Uncle yang tidak punya anak?” Pertanyaan itu terlontar mengisi keheningan di dalam mobil.

Bian yang menyetir, melihat dua bocah kecil itu dari pantulan kaca di atas dashboard. Pertanyaan itu begitu menggelitik sekali. Pertanyaan khas anak-anak yang ditanyakan berdasarkan apa yang dilihatnya.

“Karena Uncle belum punya istri. Jadi belum punya anak.” Bian menjawab di sela-sela fokusnya pada jalanan.

“Kenapa Uncle tidak punya istri?” tanya Lean yang penasaran.

Bian mengembuskan napas. Berusaha untuk tetap sabar. Benar-benar tidak mengerti lagi bagaimana caranya menjawab pertanyaan anak-anak.

“Karena belum ada perempua
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Perfect Partner    Bab 26 Pacar Satu Kantor

    Flavia memilih diam. Dia merasa canggung dengan pria di sampingnya itu. Apalagi dia baru kenal. “Papamu banyak menceritakan tentang kamu.” Owen membuka suaranya. Mengisi keheningan di dalam mobil. “Oh … ya?” Flavia tersenyum. Tidak menyangka jika papanya menceritakan dirinya pada orang lain. “Iya, dia bangga anaknya sukses. Katanya tidak menyangka jika anaknya bekerja di bagian kontruksi sebuah bangunan. Padahal anaknya adalah anak perempuan.” Owen menceritakan bagaimana Papa Harry menceritakan tentang anaknya tersebut. “Papa memang tidak setuju dengan keputusanku, tetapi tidak pernah menolak sama sekali.” Flavia mengingat bagaimana dulu papanya menentangnya. Namun, bersyukur akhirnya mengizinkan dan terus mendukung. “Dia ingin kamu bahagia dengan pilihanmu. Karena itu dia membiarkan kamu.” Mengenal Pak Harry beberapa tahun cukup mengenal baik. “Iya.” Flavia mengangguk.Perjalanan mereka ke mal dihiasi dengan obrolan ringan saja. Sampai akhirnya perjalanan mereka sampai di mal.

    Dernière mise à jour : 2023-06-22
  • Perfect Partner    Bab 27 Bukan Urusanmu!

    Bian yang sedang makan seketika tersedak ketika mendengar jawaban Flavia. Flavia yang berada di meja sebelah langsung segera menoleh ketika mendengar suara tersedak. Bian pun segera menundukkan kepalanya. Takut Flavia melihatnya. Sambil menunduk Bian segera melegakan tenggorokannya. Flavia kembali pada Owen. Melanjutkan kembali obrolan mereka. “Kamu sendiri, apa punya pacar?” Gantian Flavia bertanya. “Aku tidak punya pacar.” Owen tersenyum. Jika dia punya tidak mungkin juga pergi dengan Flavia. “Kamu tidak pergi dengan pacarmu saat libur seperti ini?” tanyanya mengorek kembali cerita tentang kekasih Flavia. Flavia tidak menyangka jika Owen akan terus bertanya. “Semalam dia ada acara keluarga. Jadi aku rasa hari ini dia kelelahan.” Bian semakin dibuat tercengang. Entah kebetulan atau memang kenyataan itu seperti merujuk pada daddy-nya yang sedang ada acara keluarga. “Sepertinya dia penyayang keluarga, sampai-sampai malam minggu digunakan untuk bertemu keluarga.” Owen tersenyum. “

    Dernière mise à jour : 2023-06-22
  • Perfect Partner    Bab 28 Tetangga Menyebalkan

    Pagi-pagi sekali Flavia segera berangkat. Dia malas jika sekali jika harus bertemu dengan Bian. Sampai di kantor, belum banyak yang datang. Karena itu, Flavia memilih untuk membuat coklat hangat untuk menganjal perutnya. Sekaligus agar tubuhnya lebih bersemangat lagi. Secangkir coklat hangat sudah dibuat. Flavia segera meminumnya. Perasaannya selalu tenang ketika menikmati coklat hangat. “Kamu sudah datang?” Anika yang melihat temannya sedikit terkejut. Dia tahu jika Flavia tidak pernah datang lebih awal. “Iya.” Flavia menyesap coklat yang berada di cangkir. “Kenapa kamu datang pagi-pagi?” Anika merasa heran. Karena jarang-jarang temannya itu datang ke kantor pagi-pagi jika tidak ada alasan. Seingatnya, tidak ada jadwal rapat sama sekali. “Di apartemenku ada tetangga menyebalkan. Jadi aku buru-buru pergi dari apartemen sebelum dia pergi.” Flavia menceritakan pada temannya itu. Tanpa menjelaskan detail siapa gerangan tetangga apartemennya. “Lalu kamu menumpang sarapan di sini?” A

    Dernière mise à jour : 2023-06-22
  • Perfect Partner    Bab 29 Tetangga Adalah Bian

    Bian bersiap untuk pulang. Sore ini dia akan mengambil mobil ke rumah. Jadi dia ingin segera bersiap. Ketika Bian hendak pulang, Flavia juga keluar. Mereka berjalan bersama ke lift. Tidak hanya Flavia dan Bian saja yang ada di dalam lift, tetapi juga teman-teman yang lain. “Nanti kita masak apa kira-kira?” Anika menatap temannya. Rencananya, dia akan ke apartemen Flavia sore ini. “Kita masak yang simple saja. Jadi tidak perlu repot.” Flavia tersenyum. “Baiklah, bagaimana jika steak saja.” Anika memberikan ide. “Ide bagus. Kita akan makan steak malam ini.” Flavia tersenyum. Bian yang berada di belakang Flavia dan Anika hanya mendengarkan obrolan dua wanita di depannya itu. Bian yang melihat senyum Flavia ketika bercerita merasa senyum itu sangat berbeda sekali. Ada kesenangan yang dirasakan yang tersampaikan lewat senyuman itu. Namun, Bian segera menghilangkan pikirannya yang terkagum dengan Flavia. Dia harus sadar jika Flavia adalah gadis yang menggoda daddy-nya. Lift terbuka. F

    Dernière mise à jour : 2023-06-22
  • Perfect Partner    Bab 30 Makan Malam

    Flavia tetap tenang membuka pintu rumahnya. Mengabaikan Anika yang merasa tidak enak dengan Bian. Anika pun hanya tersenyum dan berlalu ke apartemen Flavia. Flavia masih tampak tenang masuk ke apartemen. Anika pun ikut masuk ke apartemen menyusul Flavia. “Fla, kenapa tidak bilang jika yang menjadi tetanggamu adalah Pak Bian?” Anika melemparkan protesnya. “Kamu tidak tanya.” Flavia dengan enteng menjawab. Dia masuk dan menuju ke meja makan. Di sana dia meletakkan tasnya. Anika menatap malas. “Jadi Pak Bian yang kamu bilang tetangga menyebalkan.” “Iya.” Flavia menuju ke dapur. Mengeluarkan belanjaan yang dibelinya tadi di atas meja dapur. “Dia baik, kenapa bilang menyebalkan?” Anika penasaran dengan pandangan Flavia. Karena sejauh dia mengenal Bian, pria itu adalah orang yang baik. “Iya, karena dia memang menyebalkan. Selalu membuat mood-ku buruk.” Flavia kemudian mencuci tangannya. Bersiap untuk memasak. “Padahal dia selalu jadi mood buat aku jika di kantor. Pesonanya mengalahka

    Dernière mise à jour : 2023-06-23
  • Perfect Partner    Bab 31 Suka Pria lebih Tua

    “Bukankah aku sangat menyebalkan?” Bian menyeringai ketika menatap Flavia. Flavia melirik malas. “Jika sudah tahu, kenapa bertanya?” Dia menyeringai. Flavia membakar daging. Dia mengabaikan Bian dan fokus dengan apa yang dilakukannya. Bian hanya tersenyum ketika melihat reaksi Flavia. “Medium well.” Bian mengatakan seberapa tingkat kematangan steak yang diinginkannya. Flavia tidak menjawab, tetapi tetap melakukan apa yang diminta Bian. Membuat daging medium well. Bian memilih diam. Membiarkan Flavia memasak. Dia memerhatikan Flavia yang tampak cantik sekali ketika memasak. Tentu saja membuatnya cukup terpesona. Sejujurnya, Flavia adalah wanita yang cukup cantik. Mungkin, jika Flavia tidak dengan daddy-nya, Bian bisa menaruh hati padanya.Akhirnya Flavia selesai membakar steak. Dia segera meletakkan steak di atas piring saji. Bian memilih membantu. Meraih piring untuk dibawa ke meja makan. Flavia membawa satu piring dan Bian membawa dua piring.“Bagaimana rasanya memiliki tetangga m

    Dernière mise à jour : 2023-06-23
  • Perfect Partner    Bab 32 Membujuk Istri

    “Apa kamu sering makan siang dengan Flavia?” Mommy Shea yang sedang mengolesi cream anti aging, menoleh sejenak pada suaminya.“Tidak.” Daddy Bryan yang sedang membaca majalah pun menjawab sambil matanya tetap fokus pada majalah. “Bagus kalau begitu.” Mommy Shea masih sibuk mengoles cream ke wajahnya. Memastikan jika cream rata di wajahnya. Agar kerutan di wajahnya sedikit berkurang. Mendengar ucapan istrinya itu Daddy Bryan menurunkan majalahnya. Mengalihkan pandangan pada istrinya. “Apa kamu sedang menunjukan rasa cemburumu?” Dia tersenyum menatap sang istri. Mommy Shea yang sudah selesai segera menghampiri sang suami. Duduk tepat di samping sang suami. Tatapannya begitu teduh ketika melihat pria yang sudah dinikahinya selama tiga puluh enam tahun itu. “Banyak yang bilang pria seusiamu ini sedang mengalami puber kedua. Mereka akan tergoda dengan apa yang ada di luar sana. Jadi aku pun takut kamu akan tergoda dengan daun muda di luar sana.” Ucapan Mama Chika kala itu memang sedik

    Dernière mise à jour : 2023-06-23
  • Perfect Partner    Bab 33 Pesta

    Bian berlari ke lobi. Daddy-nya tadi menghubunginya mendadak. Jadi dia harus buru-buru ke lobi agar daddy-nya tidak terlalu lama menunggu. Saat sampai di lobi, Bian melihat jika ternyata tidak hanya sang daddy di sana. Ada Papa Felix juga di sana. “Maaf lama.” Bian merasa tidak enak sekali. “Santai saja.” Papa Felix tersenyum. “Ayo kalau begitu.” Daddy Bryan segera mengajak anak dan temannya itu untuk segera pergi. Mereka bertiga pergi dengan menggunakan satu mobil. Memilih restoran yang tak jauh dari kantor. Tak mau bermacet-macetan. “Bagaimana bekerja di sini?” tanya Papa Felix menatap Bian. “Aku rasa harus banyak perubahan yang dilakukan Adion. Terlalu kuno cara-cara yang digunakan.” Bian mencibir daddy-nya yang masih tak menggunakan teknologi lebih baik untuk pembangunan sebuah proyek. “Kalau kamu bisa membuatnya lebih maju usulkan saja apa yang menjadi idemu. Siapa tahu perusahaan ini akan jauh lebih maju lagi.” Daddy Bryan justru menunggu apa yang akan dilakukan anaknya u

    Dernière mise à jour : 2023-06-23

Latest chapter

  • Perfect Partner    Bab 165 Kebahagiaan Tiada Henti

    Bayi Flavia dan Bian masih di ruang NICU karena mereka masih perlu perawatan. Mengingat berat badan mereka masih begitu kecil. Flavia sendiri sudah belajar bangun paska operasi. Dia semangat melakukan itu semua karena ingin segera bertemu dengan anak-anaknya. Flavia pergi ke ruang NICU diantar oleh Bian. Dia duduk di kursi roda didorong oleh suaminya. Flavia ingin menyusui anak-anaknya. Tidak hanya sendiri, Flavia bersama dengan papanya, mertuanya, kakak, dan bibi dan paman mertuanya. Mereka semua melihat anak-anak Flavia dan Bian lebih dulu dari balik kaca. Tiga anak sedang pulas tertidur. Hal itu membuat mereka begitu gemas sekali. “Kalian sudah punya nama?” Mommy Shea menatap Flavia dan Bian. “Sudah Ma.” Flavia mengangguk. “Siapa?” Daddy Bryan begitu penasaran sekali dengan nama cucunya.“Si sulung, namanya Nathan Fabio Adion.” Karena anak laki-lakinya lahir pertama, jadi Bian menyebutnya sulung. “Itu yang bibirnya tebal namanya Fiorenza Claire Adion.” Bian menunjuk satu anak

  • Perfect Partner    Bab 164 Operasi

    Bian mengajak Flavia keliling komplek. Kebetulan sore hari. Cuaca tidak terlalu panas, jadi enak untuk berkeliling komplek. “Apa kamu suka?” Bian menoleh sejenak pada sang istri. “Tentu saja aku suka. Ternyata seru sekali.” Flavia begitu berbinar menikmati perjalanan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi begitu nikmat sekali. “Kapan lagi kita berlima bisa naik motor ini. Nanti jika anak-anak lahir. Aku rasa hanya cukup mereka bertiga.” Bian tertawa. “Iya, satu di sana, dan dua di sini.” Flavia menunjuk tempat duduk di belakang Bian.“Iya, pasti seru membawa mereka bertiga keliling komplek bersama.” Bian sudah membayangkan akan seseru apa nanti kehidupan mereka dengan tiga anak. Bian dan Flavia menikmati perjalanannya keliling komplek. Bian melihat wajah sang istri yang benar-benar berbinar. Tidak sia-sia akhirnya Bian membelikan motor. Walaupun entah kapan akan dipakai lagi. Puas berkeliling-keliling. Akhirnya mereka kembali ke rumah. Bian membantu Flavia untuk turun dari motor. Tanga

  • Perfect Partner    Bab 163 Motor Bian

    Flavia mengukur perutnya yang sudah semakin membesar. Flavia selalu mencatat berapa ukuran perutnya. Tak hanya itu, dia mengambil foto setiap perkembangan besar perutnya. Itu akan dipakainya untuk dokumentasi.Bian yang masuk ke kamar melihat sang istri yang sedang asyik mengukur perutnya. Rasanya gemas sekali melihat istrinya. Bian menghampiri sang istri. Memeluk dari belakang. “Tanganku sepertinya tidak muat untuk memeluk.” Perut Flavia yang besar membuat Bian kesulitan.“Iya, ternyata besar sekali perutku.” Flavia sendiri merasa jika yang dikatakan sang suami benar. “Dengar, nanti kamu harus duduk diam saja. Aku yang akan memilih.” Rencananya hari ini Bian, Flavia, dan keluarga akan memilihkan baju untuk anak mereka. Mengingat usia kandungan cukup besar, sebenarnya Bian tidak tega untuk membiarkan sang istri memilih baju untuk anak mereka. “Baiklah, aku akan diam saja nanti di sana. Duduk manis, dan membiarkan kalian untuk memilih.” Flavia tersenyum. Dia juga tidak yakin jika ak

  • Perfect Partner    Bab 162 Biar Jadi Kejutan

    Kehamilan Flavia sudah mencapai enam bulan. Perut Flavia semakin besar. Ukurannya tidak seperti orang hamil pada umumnya. Itu karena di dalam kandungan Flavia ada tiga janin yang tumbuh. Hari ini Flavia akan mengecek kandungannya. Bulan ini rencananya mereka akan mengecek jenis kelamin, karena dua kali pemeriksaan tidak terlihat. Seperti biasa Bian dan Flavia tidak sendiri. Ada mommy, daddy, dan kakak-kakak mereka. Yang penasaran tidak hanya Flavia dan Bian saja. “Setelah ini kira-kira siapa lagi yang akan kita antar untuk ke rumah sakit memeriksakan kandungan?” Mommy Shea menatap anak-anaknya. Semua kakak Bian langsung menggeleng. Karena tidak ada dari mereka yang berniat memiliki anak lagi. Tentu saja Flavia dan Bian adalah yang terakhir diantar oleh keluarga saat memeriksakan kandungan. Tentu saja itu membuat mereka semua memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mama Lyra sudah menunggu di ruang pemeriksaan. Segera Flavia melakukan pemeriksaan. Mama Lyra segera mengecek keadaan janin

  • Perfect Partner    Bab 161 Ngidam

    Tidak ada makanan sama sekali di lemari pendingin. Hal itu membuat Bian bingung apa yang bisa dimakan sang istri malam-malam seperti ini.“Bagaimana jika kita ke restoran cepat saja? Mereka buka dua puluh empat jam. Jadi aku rasa kita bisa beli makanan di sana.” Bian pun memberikan ide.“Aku mau.” Sudah hampir sebulan ini Flavia di rumah. Berkutat di rumah terus. Walaupun ada keponakannya, tetap saja dia bosan. Jadi saat diajak keluar, tentu saja dia merasa senang.“Baiklah, kita ambil baju hangat dulu.” Bian mengajak sang istri untuk segera ke kamarnya.Bian dan Flavia menggunakan mobil untuk ke restoran cepat saja. Jalanan begitu lengang sekali. Mengingat sudah malam. Flavia benar-benar senang sekali. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa keluar dari rumah, dan lebih menyenangkan adalah melihat suasana luar.“Kamu senang sekali.” Bian melihat jelas sang istri yang begitu senangnya.“Iya, kamu tahu bukan jika aku sudah sebulan jadi tahanan.” Flavia dengan wajah polosnya menatap Bian.

  • Perfect Partner    Bab 160 Keadaan Janin

    Mama Lyra segera melakukan tindakan untuk menolong Flavia. Beruntung pendarahan dapat diatasi. Setelah pendarahan dapat diatasi, Mama Lyra meminta perawat untuk membawa ke ruangan USG. Dia ingin memastikan keadaan kandungan Flavia. Bian senantiasa menemani Flavia.Mama Lyra memeriksa kandungan Flavia lewat layar USG. Tubuh Flavia yang lemas hanya pasrah saja ketika Mama Lyra melakukan pemeriksaan.Mama Lyra membulatkan matanya ketika melihat kandungan Flavia. Hal itu membuat Bian begitu panik.“Ma, ada apa?” tanya Bian. “Apa anakku kenapa-kenapa?” Bian benar-benar khawatir sekali.“Ada tiga janin di dalam kandungan Flavia.” Mama Lyra menatap Bian. Kemarin dia tidak melihat. Jadi kali ini dia cukup terkejut.Bian membulatkan matanya. Anaknya tidak lagi kembar dua saja, seperti kakaknya, tetapi tiga. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut.“Sayang, anak kita ada tiga.” Bian meraih tangan Flavia. Memberitahu sang istri. Kebetulan saat dibawa ke ruang USG Flavia tersadar.Flavia tidak

  • Perfect Partner    Bab 159 Mual Parah

    “Aku sudah mencari informasi dari internet, dan sepertinya tidak boleh.” Flavia tadi sempat mencari informasi apa saja yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda. Dan dia menemukan hal itu. Apalagi jika bukan larangan untuk berhubungan suami istri. Bian mengembuskan napasnya. “Aku akan coba tanya Kak Dean saja. Agar lebih percaya.” Dia masih tidak percaya. Karena itu dia memilih untuk menghubungi kakak sepupunya itu. Bian segera bangun dari posisi tidurnya. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil ponselnya. Kemudian, menghubungi Dean. “Halo, Bi.” Suara Dean dari seberang sana terdengar. “Kak, aku mau tanya?” “Tanya apa?” Dean di seberang sana bertanya. “Apa saat hamil muda tidak boleh melakukan hal intim?” Bian tanpa basa-basi bertanya. “Tentu saja tidak disarankan ketika hamil muda. Karena itu berisiko untuk kehamilan.” Dean berada di sana menjelaskan. Bian harus kecewa. Karena ternyata tidak boleh. “Baiklah. Terima kasih, Kak.” “Sama-sama, Bi.” Sambungan telepon ter

  • Perfect Partner    Bba 158 Perhatian

    “Sebaiknya kamu istirahat saja.” Bian menarik selimut untuk menutupi tubuh Flavia.Bian dan Flavia memutuskan untuk segera pulang setelah makan siang bersama para ibu Mengingat Flavia kelelahan setelah perjalanan dari proyek, tentu saja Bian tidak akan membiarkan.Flavia mengangguk. Dia memang cukup kelelahan, padahal di dalam perjalanan pulang tadi pagi, dia juga sempat tertidur. Namun, tubuhnya seolah tetap saja kelelahan.“Aku akan rapikan barang-barang kita dulu.” Bian mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Tidak ada asisten rumah tangga di apartemen Bian. Karena itu Bian mengerjakan sendiri. Dia akan me-laundry semua pakaiannya. Bian terbiasa tinggal sendiri sewaktu di luar negeri. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.Suara bel yang terdengar di tengah-tengah Bian yang sedang asyik merapikan semua pekerjaanya, membuatnya segera beralih ke pintu apartemennya melihat siapa gerangan yang datang.“Mommy.” Bian melihat sang mommy datang ke

  • Perfect Partner    Bab 157 Periksa Kandungan

    Bian duduk di kursi belakang bersama dengan Flavia. Menemani sang istri. Wajah Flavia begitu pucat sekali. Hal itu membuat Bian begitu panik sekali. Bian menyesali keputusannya yang setuju dengan sang istri mengunjungi proyek. Jika seperti ini, dia akan memilih untuk di rumah saja. Akhirnya, mobil sampai di rumah sakit. Mereka sampai di ruang unit gawat darurat. Perawat langsung menyambut Flavia dan Bian. Perawat meminta Bian untuk memindahkan ke brankar, tetapi Bian menolak. Dia memilih menggendong tubuh sang istri masuk ke ruang perawatan. Perawat segera mengecek keadaan Flavia. Mereka segera memasang infus, karena Flavia tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera mengecek keadaan Flavia. “Apa yang dirasakan pasien?” Dokter bertanya pada Bian.“Tadi pagi istri saya mual, pusing, dan siang ini tiba-tiba pingsan.” Bian menjelaskan pada dokter. “Bu, apa dengar suara saya.” Dokter memanggil Flavia. Flavia membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara. Dilihatnya langit-langit ber

DMCA.com Protection Status