Setelah mengobati luka lebam Marvin, Aleandra memilih kembali ke kamarnya dan berniat mengistirahatkan tubuhnya.
Dirinya benar-benar merasa sangat lelah dan rasanya dia ingin segera tidur sampai besok siang.
Namun niatnya tertunda saat mendapati Victoria sudah berdiri di dekat pintu kamarnya.
Wanita tua itu menatap tajam Aleandra yang berjalan ke arahnya. Aleandra berusaha menahan dirinya untuk tetap tenang dan mengabaikan tatapan tajam dari Victoria.
Aleandra masuk ke dalam kamarnya tanpa menutup pintunya, seolah memberi ijin masuk bagi Victoria yang masih ingin bicara padanya.
"katakan dengan cepat apa maumu! Aku sungguh sangat lelah dan ingin istirahat."
"Kau tak akan beristirahat! Kau lihat sendiri bukan apa yang baru saja terjadi?! Aku tak pernah melihat mereka bertengkar sampai seperti itu! Apa kau masih tetap akan bertahan di sisi Marvin setelah kau merusak hubungan mereka?"
Aleandra terdiam mencerna semua kata dari setiap ucap
Aleandra terbangun saat matahari sudah menyeruak masuk ke dalam kamar yang dia tempati semalam. Dia mengedipkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan penglihatannya.Kepalanya masih terasa pusing dan sekarang dirinya merasa ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya. Dia lantas berlari keluar untuk mencari kamar mandi.Saat keluar kamar dia melihat Bianca dan seorang wanita cantik baru saja selesai menyiapkan sarapan di meja makan. Rumah yang minimalis membuatnya mudah melihat ke segala penjuru rumah. Walau tertata rapi setiap perabotan dan tata letak ruangan dengan keadaan yang sederhana namun terlihat tak membosankan.Aleandra ingin bertanya dimana kamar mandinya. Namun rasa mual kembali menderanya, membuat Bianca mengerti dan langsung menunjuk arah kamar mandi untuk segera dimasuki Aleandra."Kau bereskan sisanya Bi, biar aku yang membantu temanmu," ujar Elena menuju kamar mandi untuk melihat keadaan Aleandra.Wanita itu menengo
Marvin mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup kencang, demi untuk mempercepat perjalanannya ke Perth.Dia mendapat panggilan dari Frank yang menemukan ponsel Aleandra di jalanan. Namun saat melihat kiriman gambar dari Frank yang mengirimkan gambar ponsel Aleandra yang sudah rusak.Membuatnya mengalihkan penglihatannya dari jalan sehingga dirinya tak melihat lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi merah. Dan secara tiba-tiba sebuah truk dari arah kirinya membunyikan klaksonnya. Namun tabrakan tak dapat terhindari hingga truk tersebut menabrak dan menyeret mobilnya hingga berputar.Kepalanya terbentur jendela kaca yang retak, hingga akhirnya kaca itu pecah dan pecahan kacanya mengenai tangan yang dia gunakan untuk menutupi wajahnya. Hingga truk tersebut memojokkan mobilnya ke sebuah bangunan toko hingga bagian depan mobilnya hancur tak bebentuk membuat kakinya terjepit karena terhimpit truk dan tembok yang tepiannya hancur.Dirinya masih tersadar
Tiga hari sebelumnya di tempat Aleandra, setelah vas bunga yang jatuh secara tiba-tiba.Aleandra melamunkan apa yang baru saja terjadi, perasaan yang tak enak membuatnya terus memegang dadanya yang berdetak cukup cepat dari biasanya."Apa dia baik-baik saja? Ya Tuhan... Kenapa perasaanku tak tenang seperti ini," gumam Aleandra.Lalu dia mengingat janin yang ada di perutnya. Dia mengelus perutnya yang masih rata dan tersenyum mengingat dirinya sedang mengandung anak dari Marvin; pria yang dia cintai.Namun seketika dirinya kembali murung, saat mengingat dirinya jauh dari Marvin karena masalah yang tak dia inginkan terjadi. Dan sekarang rasanya dia ingin menangis, entah kenapa perasaannya semakin tak tenang saat mengingat Marvin.Bianca menghampiri Aleandra dengan membawa sebuah kue dari salah satu pelanggan setianya."Makanlah Al, biasanya wanita hamil akan merasa cepat lapar," ujar Bianca lalu dia duduk di hadapan Aleandra."Aku rasa.
Tiga hari setelah kecelakaan Marvin, yang akhirnya bisa tersadar walau dalam keadaan lumpuh. Zach dan Dave bersama Frank sekarang sedang mengurus masalah Victoria.Dikediaman Marvin...Frank bertugas untuk berjaga di depan dengan beberapa polisi.Sementara Zach, Dave, dan Victoria berada di ruang keluarga untuk membahas kejahatan yang dibuat Victoria pada mereka.Wajah Zach dan Dave terlihat sangat murka."Lebih baik kau bicara jujur sebelum aku membeberkan semua kebohonganmu!" ujar Dave langsung pada intinya."Apa maksudmu nak? Kenapa kau bicara seperti itu pada ibumu?" tanya Victoria seakan tak mengerti pembicaraan yang Dave maksud."Jangan memanggilku seolah aku ini anakmu! Berhenti berpura-pura Victoria?! Atau aku harus memanggilmu Veronica?!" tukas Dave menatap tajam wanita yang baru saja dia bongkar kebohongan pertamanya."Kau bicara apa Dave? Siapa Veronica? Aku ini ibumu!""Sudahlah Dave, dia tak bisa diajak bica
Beberapa bulan kemudian...Marvin membuka matanya saat merasakan seseorang menaiki ranjangnya. Dia berniat menoleh ke belakang. Namun belum sampai terlaksana, dirinya sudah kembali merasakan tangan dingin dan mungil memeluknya dari belakang."Aleandra... Kau-kah ini?" tanyanya.Wanita itu tak menjawab dengan jelas, hanya sebuah gumaman yang menjadi jawaban dari pertanyaannya. Namun mendengar suara itu, milik Aleandra, dan Marvin sangat yakin bahwa orang yang memeluknya dari belakang itu adalah Aleandra. Wanita yang sangat dia rindukan.Marvin berbalik dan benar saja, wanita itu tersenyum dan langsung menciumnya. Lalu melepasnya sejenak demi melihat bulu halus yang bertumbuh dibawah hidung dan dagunya."Kau senang sekali menumbuhkan bulu halus disekitar sini," ujar wanita itu."Aku senang. Karena dengan ini, aku bisa menggodamu seperti ini," ujar Marvin menarik Aleandra lalu mencumbunya.Dia sungguh sangat merindukan wanita
"Zach?" gumam Aleandra, lalu dia bergegas membawa beberapa tangkai mawarnya dan berjalan memasuki toko."Al! Tunggu!" panggil Zach. Pria itu berusaha mengejar.Elena menoleh saat Aleandra memasuki toko dengan terburu-buru."Ini bunga mawarnya ka. Jika ada yang mencariku jangan katakan aku adalah Aleandra," ujarnya. Lalu Aleandra melanjutkan langkahnya menuju toilet."Hah? Ada apa Al?" tanya Elena bingung."Aleandra!" Panggil lagi Zach memasuki toko bunga. Aleandra terhenti, dirinya tak lagi bisa bersembunyi dari Zach. Sementara pandangan Zach beralih pada Elena."Kau?! Oh ternyata kau memang pembuat onar! Apa yang kau lakukan dengan adikku? Hah?!" tukas Elena."Dia adikmu?" tanya Zach bingung."Ya! Dia adikku!""Tidak! Dia Aleandra, dia hanya mempunyai satu kakak bernama Leanor." kata Zach."Siapa Aleandra? Dia itu Alexandra!"Zach yang menjadi kesal, melangkah maju hendak mendatangi Aleandra. Namun Elena l
Ruangan yang dipesan Marvin memanglah cukup besar jika hanya mereka bertiga yang makan malam.Maka dari itu Marvin yang melihat seorang wanita kenalan Dave. Mengajak wanita itu untuk bergabung. Karena melihat kelakuan anak bungsunya yang terlihat tak bisa bergerak cepat untuk seorang wanita cantik.Elena yang merasa menjadi pusat perhatian kedua pria tersebut, bergerak gelisah. Meruntuki Bianca dan Aleandra yang tak kunjung datang membuatnya semakin serba salah."Well...Mrs.Grimson. Jadi kau memiliki toko bunga di dekat rumah sakit tempatku dulu dirawat karena mengalami kecelakaan?" tanya Marvin mencoba mencairkan suasana canggung yang terjadi. Dave memang payah dalam hal wanita. Anaknya itu malah memainkan ponselnya dengan serius."Elena saja. Aku tak terbiasa dengan panggilan nama belakang almarhum suamiku. Dan ya... Itu usahaku satu-satunya untukku melanjutkan hidup,” ungkap Elena."Oh... Maaf, aku tak bermaksud...."
Aleandra beranjak dari pangkuan Marvin. Walau dirinya sejak tadi tak benar-benar duduk di pangkuan pria itu. Dia menatap Marvin dengan mata yang memicing tajam. Mengingat alasan kepergiannya karena wanita ular tersebut."Tapi... Kenapa Al?" tanya Marvin."Aku tak akan kembali, sebelum wanita tua itu pergi dari rumahmu!" ungkap Aleandra bersedekap dada."Dia sudah pergi Al. Apa Zach tak menceritakannya padamu?""Bagaimana aku bisa berceritadad.Dia tak mengijinkanku bicara," ujar Zach masuk ke dalam pembicaraan antara Marvin dan Aleandra. Dia baru saja tiba setelah menunggu lama di toko bunga Elena. Namun tak ada satupun yang tiba. Hingga dia menghubungi Dave. Dan di sinilah dia sekarang.Merasa sudah cukup memberikan waktu kepada Marvin dan Aleandra untuk pertemuannya kembali. Dave, Elena dan Bianca ikut masuk mengekor dengan Zach."Ayo Al... Kita kembali. Aku akan ceritakan semuanya di rumah," ujar lagi Marvin. Dia masih
Seorang anak perempuan yang saat ini menjadi malaikat di rumah bergaya Eropa itu. Membuat suasana rumah itu menjadi berwarna, senyum dan tawa menjadi keseharian yang tak pernah terlewatkan oleh balita yang saat ini sudah berusia satu tahun. Marveille Beverly Williams… anak perempuan dari hasil pergulatan Marvin Williams dan Aleandra Beverly. Saat ini sedang menjadi pusat perhatian karena tengah berjalan di depan kedua orangtuanya yang sedang menuju kepelaminan di taman bunga rumah mereka. Yang telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Bocah perempuan itu berjalan di samping bocah laki-laki yang lebih besar darinya. Sambil menabur kelopak bunga, yang mereka bawa dengan menggunakan keranjang kecil. Lagu instrumen mengalun indah mengiringi langkah mereka
Kelahiran seorang anak perempuan menjadi sebuah kebahagiaan yang indah bagi Marvin dan Aleandra. Anak perempuan yang begitu mirip dengan ayah dari anak itu.Marvin semakin mencintai Aleandra lebih dari sebelumnya. Dirinya tak henti mengecup Aleandra, setelah wanita yang dia cintai itu berhasil melahirkan anak dari hasil buah cintanya. Marvin tampak sangat bahagia saat dirinya menggendong bayi mungil itu ke dalam pelukkannya. Dirinya sampai menangis terharu melihat bayi perempuan mungil yang berada dalam dekapannya. Aleandra tersenyum melihat Marvin yang terlihat sangat bahagia. Memiliki seorang anak dari hasil perbuatan nakal dan mesum keduanya. Aleandra kembali mengingat kejadian yang mengharukan yang sempat membuatnya dan Marvin bers
Pagi harinya... Marvin kembali mendapat kejahilan Aleandra yang menginginkan masakan darinya. Aleandra terlihat duduk dengan manis di depan meja makan. Memperhatikan Marvin yang dengan santainya menggunakan celemek berwarna pink miliknya, sambil membuatkan sepiring nasi goreng. Keinginannya yang aneh dengan meminta Marvin membuatkan sarapan, namun harus menggunakan celemek kesayangannya. Entah bagaimana bisa terpikir oleh dirinya untuk menjahili suaminya. Walau mereka belum secara resmi menikah di gereja. Namun lamaran Marvin kemarin sudah menjadikan dirinya seorang Mrs.Williams. "Jangan menyebarluaskan fotoku Al! Cukup kau yang melihatku semanis ini. Karena ini khusus untukmu, mengerti?" tan
Beberapa bulan kemudian, perut Aleandra sudah semakin membesar dan ini adalah bulannya dia akan melahirkan.Aleandra sangat rajin bergerak demi memperlancar proses persalinannya. Dia berjalan ke sana ke sini. Membuat Marvin yang melihatnya menjadi pusing sendiri."Al bisakah kau duduk?" tanya Marvin."Aku harus bergerak agar nanti saat persalinan lebih mudah," jawab Aleandra."Tapi tidak sampai seperti itu. Kau bisa kelelahan Al," ujar lagi Marvin."Baiklah... Aku akan istirahat sebentar." Lalu Aleandra duduk di samping Marvin.Pria itu memang sudah tak menggunakan kursi roda. Namun dia menggunakan tongkat jika berjalan terlalu lama dan jauh."Apa dia berat? Apa kau tak lelah membawanya kemana-mana?" tanya Marvin, sambil mengelus perut Aleandra."Tenanglah... Dia sama sekali tak menyusahkan. Aku sangat senang saat dia menendang," jawab Aleandra."Bagian mana yang sering dia tendang Al?" tanya lagi Marvin. Membawa Aleandr
Pagi itu, menjadi pagi terpanas yang dialami Aleandra dan Marvin. Mereka... entah menggunakan gaya seperti apa. Hingga keduanya melakukannya sampai dua kali.Dan sekarang... Keduanya kelaparan dan sibuk menyiapkan makanan di dapur. Marvin duduk diam dengan senyum yang membuat Aleandra terus tersipu."Berhenti memandangku seperti itu," ujar Aleandra."Memandangmu seperti apa Al?" tanya Marvin."Seperti srigala yang ingin menerkam domba kecil tak berdaya sepertiku," jawab Aleandra dengan kiasannya yang membuat Marvin tergelak."Kau itu domba yang sedang mengandung Al. Bagaimana bisa kau diumpamakan sebagai domba kecil?" tanya Marvin menggoda wanita yang sedang serius menyelesaikan masakannya itu."Perlu kuingatkan. Bahwa kau yang membuatku seperti ini. Tadinya aku adalah domba kecil yang polos." Aleandra mencebik lalu tertawa menampilkan deret giginya. Dia meletakkan masakannya ke atas meja lalu duduk di samping Marvin."Aku akan membua
Sebuah bunyi terdengar dari perut Aleandra yang baru saja mencoba memejamkan matanya. Marvin tersenyum dan menatap Aleandra yang menyerukkan kepalanya semakin masuk ke dalam pelukkannya."Bangunlah Al... Kau yakin akan membiarkan anak kita kelaparan?" tanya Marvin.Aleandra mendongak dan menggeleng cepat sambil tersenyum menampilkan deret gigi putihnya."Ayo kita keluar. Gadis yang bersama Dave tadi pasti akan kembali dengan makanan.""Hm... Aku tak yakin. Bianca ceroboh. Dia sering melupakan sesuatu. Dan aku rasa..., tadi dia melupakan dompetnya.""Mungkin dia memang ceroboh. Tapi tidak dengan Dave. Barusan aku yang menyuruhnya untuk mengantar Bianca membeli makanan." Aleandra beranjak dari dekapan Marvin dan mengerutkan keningnya bingung."Kapan kau menyuruh Dave?""Gerakan mata dan alis. Maka dia sudah mengerti," jawab Marvin santai."Dia memang lebih bisa diandalkan dibandingkan Zach,” ujar Aleandra. Marvin tergelak m
Aleandra beranjak dari pangkuan Marvin. Walau dirinya sejak tadi tak benar-benar duduk di pangkuan pria itu. Dia menatap Marvin dengan mata yang memicing tajam. Mengingat alasan kepergiannya karena wanita ular tersebut."Tapi... Kenapa Al?" tanya Marvin."Aku tak akan kembali, sebelum wanita tua itu pergi dari rumahmu!" ungkap Aleandra bersedekap dada."Dia sudah pergi Al. Apa Zach tak menceritakannya padamu?""Bagaimana aku bisa berceritadad.Dia tak mengijinkanku bicara," ujar Zach masuk ke dalam pembicaraan antara Marvin dan Aleandra. Dia baru saja tiba setelah menunggu lama di toko bunga Elena. Namun tak ada satupun yang tiba. Hingga dia menghubungi Dave. Dan di sinilah dia sekarang.Merasa sudah cukup memberikan waktu kepada Marvin dan Aleandra untuk pertemuannya kembali. Dave, Elena dan Bianca ikut masuk mengekor dengan Zach."Ayo Al... Kita kembali. Aku akan ceritakan semuanya di rumah," ujar lagi Marvin. Dia masih
Ruangan yang dipesan Marvin memanglah cukup besar jika hanya mereka bertiga yang makan malam.Maka dari itu Marvin yang melihat seorang wanita kenalan Dave. Mengajak wanita itu untuk bergabung. Karena melihat kelakuan anak bungsunya yang terlihat tak bisa bergerak cepat untuk seorang wanita cantik.Elena yang merasa menjadi pusat perhatian kedua pria tersebut, bergerak gelisah. Meruntuki Bianca dan Aleandra yang tak kunjung datang membuatnya semakin serba salah."Well...Mrs.Grimson. Jadi kau memiliki toko bunga di dekat rumah sakit tempatku dulu dirawat karena mengalami kecelakaan?" tanya Marvin mencoba mencairkan suasana canggung yang terjadi. Dave memang payah dalam hal wanita. Anaknya itu malah memainkan ponselnya dengan serius."Elena saja. Aku tak terbiasa dengan panggilan nama belakang almarhum suamiku. Dan ya... Itu usahaku satu-satunya untukku melanjutkan hidup,” ungkap Elena."Oh... Maaf, aku tak bermaksud...."
"Zach?" gumam Aleandra, lalu dia bergegas membawa beberapa tangkai mawarnya dan berjalan memasuki toko."Al! Tunggu!" panggil Zach. Pria itu berusaha mengejar.Elena menoleh saat Aleandra memasuki toko dengan terburu-buru."Ini bunga mawarnya ka. Jika ada yang mencariku jangan katakan aku adalah Aleandra," ujarnya. Lalu Aleandra melanjutkan langkahnya menuju toilet."Hah? Ada apa Al?" tanya Elena bingung."Aleandra!" Panggil lagi Zach memasuki toko bunga. Aleandra terhenti, dirinya tak lagi bisa bersembunyi dari Zach. Sementara pandangan Zach beralih pada Elena."Kau?! Oh ternyata kau memang pembuat onar! Apa yang kau lakukan dengan adikku? Hah?!" tukas Elena."Dia adikmu?" tanya Zach bingung."Ya! Dia adikku!""Tidak! Dia Aleandra, dia hanya mempunyai satu kakak bernama Leanor." kata Zach."Siapa Aleandra? Dia itu Alexandra!"Zach yang menjadi kesal, melangkah maju hendak mendatangi Aleandra. Namun Elena l