Home / Romansa / Perfect Brothers / Iso Nyawang Ra Iso Nyandhing

Share

Iso Nyawang Ra Iso Nyandhing

Author: Pena Indah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Persiapan kondangan sudah selesai. Aisyah juga telah membungkus kado untuk pernikahan Ustadz Khalid dengan istrinya. Masih dalam hati yang terluka, Aisyah membungkus kado tersebut dengan melamun. 

"Jangan melamun, nanti bungkusnya jadi jelek. Sini, biarkan aku yang bungkus kado itu!" tegur Feng meminta kado itu dari tangan Aisyah. 

"Hm, jodoh itu tidak ada yang tau, Ko. Siapa yang mendamba, dan siapa yang mendapatkannya," ucap Aisyah dengan helaan napas panjang. 

"Iso nyawang tapi ra iso nduweni. Huft, ngenes ndes. Tresno pancen ra kudu duweni, sista. Sabar, ya." celetuk Gwen menepuk-nepuk pundak Aisyah. 

(Bisa memandang, tapi tidak bisa memiliki. Cinta memang tidak harus memiliki) 

Aisyah dan Feng menatap pakaian yang dipakai Gwen pagi itu. Terlihat rapi, dan anggun memakai gamis berwarna biru muda dengan sepatu berwarna putih. 

"Ngampus apa mau kondangan? Kenapa pakai gamis?" tanya Aisyah. 

"Ikut kondangan lah. Siapa tau ada yang butuh bahuku," jawab Gwen santai. 

Aisyah berdiri, kemudian meminta Gwen untuk pergi ke kampus. Namun, Gwen menolak pergi ke kampus karena ingin ikut dengannya. Aisyah menjadi kesal, ia pun mengurungkan niatnya untuk menghadiri pernikahan Ustadz Khalid. 

"Kok, gitu? Syah, aku udah siapa-siapa, loh. Masa nggak jadi pergi, sih?" protes Feng. 

"Kalau Koko mau pergi, pergi aja sana sendiri! Dan untukmu, kuliah!" bentak Aisyah dengan menunjuk wajah Gwen. 

Hatinya sedang kacau, dan Gwen menambah emosi dihatinya. Gwen juga ingin sekali bisa pergi bersama dengan saudara-saudaranya. Namun, situasi memang sedang tidak tepat bagi Gwen untuk ikut campur. 

"Gwen, ganti baju dan segera ke kampus," pinta Feng dengan lembut. 

"Iya, Ko."

Gwen menurut dengan rasa bersalah. Ketika melintas di depan pintu kamar Aisyah, ia menghentikan langkahnya seraya bergumam, "Kenapa kamu selalu marah denganku, Syah? Waktu kecil, kamu tidak seperti ini denganku." 

Waktu memang mengubah semuanya. Semua orang pasti menua, tapi nggak semua orang menjadi dewasa pada saat bertambahnya usia.

Kedewasaan tidak dilihat dari segi usia, karena yang menjadikan tolak ukur sebuah kedewasaan adalah kemampuan untuk memiliki pola pikir yang matang. Namun, memang begitulah Aisyah, semakin tinggi ilmunya, ia akan semakin merendah dan lebih hati-hati dalam mengutarakan perasaannya. 

"Aku salah jika membentak Koko dan Gwen. Hatiku memang sedang sakit dengan pernikahan Ustadz Khalid, tapi--" 

"Ya Allah, waktu itu … ingin sekali aku mengatakan perasaan ini. Namun apa daya, lidah seketika menjadi kelu, kaku tak bergerak. Malu juga adalah halangan terbesarku," gumam Aisyah dengan tangan yang tidak tenang. 

"Ustadz Khalid, jika memang memendam rasa kepadamu begitu sulit dan menyakitkan, tapi mengapa hatiku enggan menyerah hingga detik ini. Bahkan di hari pernikahanmu pula. Ada apa denganku?"

Aisyah terus gelisah dengan hatinya. Sisi kedewasaannya berhasil mengalahkan egonya. Ia pun keluar dari kamarnya dan menanyakan dimana Gwen berada. 

"Dimana Gwen?" tanya Aisyah kepada Feng. 

"Udah berangkat ke kampus, ada apa?" Feng masih sibuk membungkus kado tersebut. 

"Aku minta maaf telah membentakmu, Ko. Aku juga menyesal membentak Gwen. Haih, aku terlalu egois dengan rasaku," ucap Aisyah dengan wajah lesu. "Andai saja, aku berani menyatakan saat itu--"

Rebecca menyentuh kepada Aisyah dengan lembut. Kemudian memberi pengertian, jika memang tak seharusnya Aisyah bersedih karena cintanya. 

"Ustadz Khalid sudah ijab qobul semalam. Kenapa kamu masih memikirkannya? Dia sudah menjadi suami wanita lain, move on, Nak. Bukankah kamu sendiri yang memilih untuk diam?" 

Renungan bagi Aisyah, memang resikonya karena memilih diam selama ini. Rebecca juga memberi saran untuk tetap datang sebagai wakilnya. Lalu, segera berangkat ke Bangkok untuk melepas rasa sakitnya. 

***

"Sial! Kalau saja aku bisa ikut, aku akan recokin tuh acara nikahan. Kesel deh, saudariku yang paling cantik serumah, di sakiti,"

"Dasar, cowok plin plan. Ini nih yang aku males buat jatuh cinta, ogah!" gerutunya Gwen. Ia terus mengomel di halte seperti ibu-ibu yang baru saja mengetahui harga cabai di pasar sedang naik. 

Orang-orang di sana sampai melihatnya dan menjauhinya. Namun, tetap saja Gwen masih mengomel tiada henti. Memang diantara Gwen dan Aisyah selalu bertengkar dan jarang bisa akur, namun tetap saja mereka selalu pengertian satu sama lain. 

"Siapa sih yang jadi istri ustadz Khalid? Penasaran aku, seberapa cantik dia dan seberapa pintarnya dia. Bisa-bisanya cuekin Aisyah," masih sana Gwen mengumpat di angkutan umum. 

"Aisyah kan cantik, baik hati juga meski galak. Tapi dia menjadi terluka hatinya. Bener-bener nggak bisa di biarin ini!" lanjutnya. 

Sesampainya di kampus, Gwen terus menyepam pesan kepada Feng. Ingin tahu, bagaimana keadaan saudarinya saat ini. 

[Tenang saja, ini kami sudah sampai di rumah ustadz Khalid.] - jawab Feng. 

[Dih, kalian jadi datang?]

[Iya, memangnya kenapa? Di undang juga, 'kan? Dah sana belajar yang giat!] - balas Feng. 

Saat sibuk dengan ponselnya, Anita menghampiri dirinya dan memberikan pertanyaan konyol tentang kalsium kepadanya. Gwen pun merasa heran atas pertanyaan tersebut. 

"Kalsium? Dah minum obat kan lu?" Gwen menjawab dengan tatapan kesal. 

"Jawab aja ngapa!" sulut Anita. 

"Bodo!" seru Gwen kembali sibuk dengan ponselnya. 

Anita hanya ingin membuatnya malu di kelasnya. Ia pun merebut ponsel milik Gwen dan hendak memberikannya lagi ketika Gwen mampu menjawab semua pertanyaannya. 

"Apa, sih, lu?" kesal Gwen. 

"Jawab dulu, kalsium gunanya untuk apa?" Anita memberikan pertanyaan itu lagi. 

"Dih, lu seharusnya tanya sama mahasiswa kedokteran sono, ngapain lu nanya ke gue, hah?" Gwen menepis tanya  Anita yang saat itu memberikannya kertas kosong untuk menjawab. 

Kalsium adalah mineral penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang serta gigi.

"Udah, besok gue pindah haluan kejuruan. Pinter gue ini!" ucap Gwen membanggakan diri.

Rupanya, Anita menanyakan itu karena adiknya yang bertanya. Pada dasarnya, Anita memang tidak pintar. Namun, ia memiliki daya fisik yang lumayan membuat kaum Adam tertarik alias good looking. 

Di tempat kondangan, 

Aisyah terus memperhatikan resepsi pernikahan itu dengan tatapan sendu. 

Feng menepuk bahu saudarinya dengan lembut dengan berkata, "Sabar ya, kuatkan hatimu. Jodohmu mungkin baru lulus SMA, atau bahkan dia masih kuliah di luar sana," 

"Na'udzubillah, masa lulus SMA, sih? Nggak lucu!" kesal Aisyah. "Bagaimana kalau Koko aja yang jadi suamiku? Kita kan tumbuh bersama nih, deket pula. Kenapa kita tidak menikah saja?" imbuhnya. 

"Kamu kalau sakit, sebaiknya kita pulang, yuk. Aku jadi takut deket-deket denganmu. Aku masih waras woy, nggak mungkin nikahin adik sendiri," sukur Feng dengan pipi yang menggebu. 

Aisyah tertawa, candaan Aisyah justru malah membuatnya tertawa sendiri. Tidak mungkin juga Aisyah akan jatuh cinta dengan sepupunya. Meski mereka memang diperbolehkan menikah dalam islam, tetap saja Aisyah dan Feng tidak memiliki perasaan seperti itu.

Related chapters

  • Perfect Brothers   OTW Bangkok

    Tiba saatnya dimana Aisyah dan Feng akan berangkat ke Bangkok. Gwen masih bersikap seperti biasa, dengan rencana yang sudah ia siapkan agar bisa menyusul saudarinya ke sana.Mereka sarapan tanpa Rebecca dan Yusuf, sebab keduanya sedang ada acara sejak semalam belum pulang. Namun, Rebecca dan Yusuf sudah memberikan izin kepada putrinya bertugas."Kalian berangkat jam berapa?" tanya Gwen."Mau tau aja urusan orang!" jawaban Aisyah membuat Gwen kesal tentunya. Gwen merasa memang Aisyah sudah tidak menyayanginya lagi, saat Feng ada bersamanya."Dih, nanya baik-baik juga. Kenapa jawabnya gitu? Kalau masih sakit hati sama ustadz Khalid, ya jang--" ucapan Gwen terputus ketika Aisyah menatapnya dengan tatapan tajam."Um, aku berangkat ke k

  • Perfect Brothers   Otak Licik Gwen

    "Kamu mau apa, sih?" tanya Pak Raza serius."Jawab aja. Kapan terakhir Pak Raza bepergian keluar negri, terus visa-nya masih aktif atau tidak, gitu!" Gwen masih mendesak agar Pak Raza mau menjawab semua pertanyaannya."Huft, Allahu Akbar. Iya, saya jawab nih, ya. Saya terakhir kali ke luar negri lima hati yang lalu, dengan bisa pelancong. Terus, kamu mau apa?" jelas Pak Raza sedikit kesal."Cocok, hari ini kita otw ke Bangkok. Janji aku bakal belajar dengan gajian. Tapi, hari ini, memang kita harus segera berangkat!" seru Gwen dengan mata yang berbinar-binar.Pak Raza terkejut dengan pernyataan itu. Ia berusaha menolak dan menanyakan mengapa Gwen mengajaknya ke luar negri secara mendadak. Tanpa mendengarkan penolakan dan penjelasan dose

  • Perfect Brothers   Takdir Menemukan

    Kedatangan Chen bersamaan dengan kedatangan Aisyah dan Feng di Bandara Internasional Suvarnabhumi. Mereka telah tiba di waktu yang sama di ibukota Negara Seribu Pagoda itu. Mereka juga sempat jalan depan belakang keluar dari bandar. Lalu, berpisah kembali karena Aisyah dan Feng sudah dijemput dari dinas kesehatan di sana.Chen merasakan kehadiran saudarinya, jantungnya berdebar kencang, dan air matanya mulai menetes tanpa membendung. "Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdebar dengan cepat seperti ini?" gumamnya dalam hati seraya menyentuh dadanya.Tanpa Chen sadari, bahwa adiknya baru saja berdiri dibelakangnya. Ia pun menoleh, namun Aisyah sudah tidak ada lagi di sana. Air matanya juga tiba-tiba menetes tanpa sebab, hatinya juga merasakan kegelisahan yang tidak tahu apa penyebabnya juga."Tuan, mobilnya sudah datang. Mari, kita akan segera bertemu dengan Tuan Wil." ucap Asi

  • Perfect Brothers   Pertemuan Itu

    Chen dan Gwen saling menatap, wajah manis Gwen mengingatkan akan seseorang dalam ingatan Chen, setelah beberapa saat, Chen pun menutup kaca mobilnya kembali."Sepertinya … aku pernah melihat gadis itu. Tapi, dimana aku pernah melihatnya?" gumam Chen kembali menatap Gwen.Tak sengaja, ia melihat dirinya dari cermin di kaca depan mobilnya. Kemiripan pada dirinya menyiratkan tanda tanya. Sekilas, mereka sangat mirip, bedanya hanya pada mata mereka.Jika saja Gwen juga memiliki mata berwarna biru, mereke berdua hanya akan dibedakan oleh gender. Keduanya sangat mirip dengan ibunya, Rebecca."Jika dilihat, gadis itu mirip denganku. Hm, aku pernah dengar jika di dunia ini, semua orang memiliki 7 rupa yang hampir mirip meski orangnya berbeda," gumam Chen."Sialan, kupikir dia akan mendatangiku. Ganteng sih, tapi sombong. Eh, mobilnya keren juga,

  • Perfect Brothers   Bertugas Di Desa Terpencil

    Masing-masing regu di dampingi oleh perawat maupun dokter dari pribumi agar bisa berkomunikasi meski akan ada perbedaan dalam berbahasa sedikit.Mereka berempat di sambut dengan ramah oleh kepala desa dan seluruh warga. Keadaan desa itu sangat menyeramkan bagi Syamsir yang penakut.Meski menggunakan obor dan listrik hanya ada di gedung besar dan balai desa, tetap saja baginya sangat menakutkan.Jamuan makan malam juga berlangsung khidmat. Mereka mulai bercengkrama dengan baik. Makanan yang disiapkan juga sesuai dengan selera Aisyah, Feng dan juga Syamsir sebagai seorang muslim. Hanya sayuran dan tanpa adanya daging di sana."Jika boleh tau, dokter ini dari mana? Satu negara, atau beda negara?" tanya Mee Noi, anak kepala desa yang baru saja pulang dari Ibu Kota.

  • Perfect Brothers   Malam Yang Seru

    Waktunya salat subuh tiba, alarm yang dipasang Feng berbunyi. Ia segera bangun dan ingin mengajak Aisyah untuk salat bersama-sama. Tentunya dengan Syamsir juga."Lah, kamu sudah bangun, Syah?"Feng melihat Aisyah tengah duduk dengan menyelimuti seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Feng jadi ingat, saat mereka kecil, mereka pernah mengunjungi tempat yang angker. Aisyah melihat sesuatu dan pulangnya, ia menjadi demam tinggi.Namun sebelum demam itu menyerang, Aisyah akan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut terlebih dahulu."Syah, kamu kenapa?" tanya Feng lagi. "Apa kamu melihat penampakan?"Aisyah mengangguk pelan. Meski ketakutan, Aisyah tetap tidak menunjukkan bahwa dirinya tengah takut, ia hanya menutupi seluruh tubuhnya dan

  • Perfect Brothers   Sesuatu Yang Bergerak-gerak

    "Saya ke toilet dulu, kamu jangan kemana-mana!" Pak Raza meninggalkan Gwen di luar toilet."Hati-hati, jangan salah pilih toilet, Guru pembimbing!" teriak Gwen dengan tawa mengejek.Ketika Gwen membalikkan badannya, tak sengaja ia bertabrakan dengan seorang lelaki berpostur tinggi. Tasnya terjatuh, dan lelaki itu malah menyalahkannya."Aw," jerit Gwen."Aduh, tas kamu ini isinya apa? Bisakah kau berjalan dengan melihat jalan? Dimana matamu? Kau mengotori bajuku!" bentak lelaki itu."Woy!" teriak Gwen. Tatapan matanya sangat tajam dengan tangan mengepal mengarah wajah lelaki itu.Namun, hal tak terduga terjadi. Lelaki itu adalah Chen, Chen Yuan Wang, kakak kandungnya yang selama ini i

  • Perfect Brothers   Pertemuan Yang Akan Datang

    Pertemuan antara Chen dengan Tuan Wil malam itu juga terlaksana. Rupanya, si Tuan Wil ini adalah Willy. Kaki tangan sekaligus ayah angkat dari saudaranya, Gwen."Tuan muda Wang, apakah anda tidak ingin melihat adik-adik anda yang sudah tumbuh menjadi gadis cantik sekarang ini?" tanya Willy memberikan potret Aisyah dan juga Gwen."Hey, Paman. Aku keponakanmu, mengapa kau memanggilku dengan sebutan itu?" sahut Chen meneguk arak di tangannya."Tuan muda Wang, mau bagaimana juga … kau adalah pewaris pertama Tuan Wang. Aku tidak mau jika memanggilmu hanya dengan sebutan nama saja. Itu akan menjadi sebuah penghinaan begituan Tuan Wang sendiri," jawab Willy."I don't want to see the portraits of my two sisters now, Tuan Wil," tolak Chen menutup foto mereka.

Latest chapter

  • Perfect Brothers   Kejutan Dalam Kejutan (End)

    "Apa kalian ingin mati sekarang?" -pesan yang Chen kirimkan kepada kedua saudarinya dan juga Asistennya.Mereka baru ingat jika Chen masih ada di dalam kardus. Aisyah meminta Ayah dan Ibunya tetap berada di depan pintu dan melihat kejutan yang mereka bawa."Eh, tunggu! Jangan masuk dulu, kami punya hadiah untuk Ayah dan Ibu!" seru Aisyah."Hadiah apa? Kulkas? Di rumah sudah ada 2, untuk apa kalian nambah lagi?" tanya Rebecca."Ini bukan sembarang kulkas, Mi. Yang ini lebih dingin, bisa menghasilkan uang dan sangat membahagiakan. Ayo kalian buka!" sahut Gwen."Kedua saudariku memang sedang mempermainkan diriku. Lihat saja, aku akan membuat kalian menjadi anak tiri nanti!" sulut Chen dalam hati.Mereka malah semakin lama membuka kardus tersebut. Sehingga membuat Chen lebih kesal lagi, lalu mengirim pesan kepada Aisyah yang berkata, "Apa kau ingin mengirimku ke surga? Kenapa lama sekali bukanya!"Perlahan, Aisyah

  • Perfect Brothers   Rencana Kejutan

    Di pesawat, Chen dan Asisten Dishi tak henti-hentinya tertawa mendengar penjelasan Aisyah dan Gwen tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk Xia."Lihatlah, wajah dia begitu lucu engan lip warna merah menyala ini," tunjuk Gwen dengan potret Xia di ponselnya."Aku tidak pernah melihat kau memakai lipstik warna ini. Kapan kau pernah memakainya? Dan pasti akan terlihat menor sekali," tanya Chen menunjuk lipstik di photo Xia."Haha, mana ada aku pakai lipstik dengan warna merah menyala seperti ini. Ini sengaja aku beli memang untuk memberi kenangan pada gadis kecil itu."Tak henti-hentinya mereka menertawakan Xia. Sesekali gadis nakal seperti Xia memang harus diberi pelajaran agar bisa menghormati orang yang lebih tua darinya."Lalu, apa yang kalian katakan kepadanya, sehingga gadis seperti Xia ini mampu menurut?" lanjut Asisten DIshi."Aku bilang kepadanya, jika dia tidak mau menurut, aku akan menikahkan kakakku dengan wanit

  • Perfect Brothers   Hukuman Kecil Untuk Xia

    Hari yang dilalui Aisyah dan Gwen sangat indah di Tiongkok. Tiba saatnya Agam harus kembali ke tanah air karena memang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.Pagi itu, Gwen mengantar Agam sampai ke Bandara. Terlihat sekali Gwen khawatir padanya. Gwen memberikan sebuah kalung pemberian Chen untuk Agam."Apa ini?" tanya Agam."Itu cangkul. Ya kalung lah! Apalagi?" jawab Gwen mengesalkan. "Orang melingkar dileher begitu, masa iya nggak tau, sih?" imbuhnya."Dek, saya tanyanya untuk apa? Saya tau kalau ini kalung," kata Agam dengan lembut."Eh, tanya yang jelas dong, Mas." ujar Gwen. "Kalung itu, pertanda supaya Mas Agam tidak lupa dengan janji Mas untuk melamarku!" seru Gwen menjelaskan.Agam hanya tersenyum, tak diingatkan saja, Agam tetap akan melamar Gwen dalam waktu cepat setelah pekerjaannya selesai dan menunggu kabar kesehatan dari Ibunya.Perpisahan itu terjadi. Ketika mereka saling melambaika

  • Perfect Brothers   Identitas Agam

    "Kak Aisyah, kau datang bersama dengan Asisten ini?" tanya Gwen."Assalamu'alaikum," Aisyah mengetuk kening Gwen. "Usahakan jika bertemu dengan orang, sesama muslim juga, ucapkan salam terlebih dahulu, Gwen." tegur Aisyah.Mereka masuk bersamaan. Terlihat Feng sedang bercengkrama dengan Tuan Wang di sana. Sepertinya antara keluarga Wang dan juga Hao sudah mulai membaik karena Chen sendiri. Aisyah dan Gwen menyapa mereka dan Tuan Wang mempersilahkan keduanya duduk.Mulailah perbincangan asik diantara mereka. Terlihat hanya Aisyah dan Agam saja yang diam menyimak perbincangan mereka. Sebab, saat itu mereka tengah membicarakan masalah tiga keluarga yang sebelumnya saling bermusuhan. Yakni keluarga Lim, keluarga Hao dan juga keluarga Wang tentunya."Aku keluar dulu, mau menelpon Ayah. Sejak tadi pagi aku belum menelpon beliau," pamit Aisyah. Disusulah oleh Agam dengan alasan yang sama menghubungi Uminya di rumah sakit.Aisyah benar menelpon Ayahnya dan

  • Perfect Brothers   Double Date?

    Bingung dengan apa yang hendak di masak, Aisyah mengusulkan makan mie sore hari itu. Asisten Dishi tak membiarkan Aisyah menyentuh peralatan dapur, dengan sigap dirinya yang hendak memasak untuk gadis yang ia cintai. Sudah selama 3 bulan, Asisten Dishi terus dibayangi oleh Aisyah."Aku tidak tahu lagi. Ada apa denganku ini? Kenapa aku bisa sangat mencintai Aisyah, sedangkan aku tau jika dia adalah anak dari Tuanku sendiri." gumam Asisten Dishi masih mengaduk mie yang ia masak.Lima menit kemudian, mie rebus dengan topping irisan sayur telah siap. Tak luma telur rebus dua bagian juga ikut serta berenang dalam kuah mie rebus tersebut. Tidak lupa Asisten Dishi juga menyiapkan air dingin."Tara, silahkan dokter manis. Hanya ini yang bisa dimasak cepat. Atau kamu mau makan nugget?" ujar Asisten Dishi perlahan menyodorkan mangkuk di depan Aisyah."Ah tidak. Bersyukurlah bisa makan apa aja hari ini. Di luaran sana, masih banyak orang yang

  • Perfect Brothers   Berharganya Anak Perempuan

    Berjalan menelusuri Kota dengan menikmati pemandangan di sana. Banyak muda-mudi yang sedang memadu kasih juga di sana. Gwen sepertinya juga mulai menyukai Kota itu."Hm, di sini banyak yang pacaran. Lihat fashion mereka, keren banget tau!" ujar Gwen mengamati beberapa perkumpulan gadis dengan badan yang bagus dan fashion yang menarik."Iya, bagus untuk mereka. Tapi tidak bagus untuk mata saya. Ayo, sebaiknya kita cari makan terlebih dahulu. Ada hal yang harus kita bicarakan juga nantinya," tutur Agam. Ia begitu tak nyaman melihat para gadis memamerkan ketiak dan juga pahanya.Agam berusaha tetap tenang dengan keyakinannya. Menikah memang bukanlah hal yang mudah, namun dirinya yakin jika Gwen adalah jodohnya yang sudah Allah atur untuknya.Setelah sampai di restoran halal, Agam memberikan selembar kertas beserta pulpennya sekalian. Agam meminta Gwen untuk menulis apa yang ia inginkan setelah pernikahan nanti, lalu hal apa yang tak i

  • Perfect Brothers   Bergetar

    "Tuan, jika kita memiliki seorang putri seusia dokter Ais ini … pasti akan jauh lebih bahagia melihat pemandangan seperti ini, ya?" kata Nyonya kedua kepada Tuan Wang."Mari kita anggap jika adik dari putra kita sebagai putri kita sendiri, Sayang. Mereka bertiga adalah anak yang sangat manis. Cindy memang keterlaluan, dia membohongiku tentang status Chen dulu."Tuan Wang masih menyimpan dendam kepada Cindy karena pernah merahasiakan identitas Chen yang sebenarnya. Cindy tidak pernah mengatakan jika Chen adalah bayi yang ia culik dari mantan sang pujaan hatinya dulu.Tentu saja bagi Tuan Wang, itu adalah perbuatan tercela dan sulit untuk dimaafkan. Namun, melihat besarnya hati keluarga kandung putra angkatnya itu, membuat Tuan Wang mengurungkan niatnya untuk memiliki Chen seutuhnya.___lMeninggalkan kisah kemanisan Aisyah dan Asisten Dishi yang mencuci piring bersama, di sisi Gwen dan Agam, mereka malah sedang berdiskusi masalah

  • Perfect Brothers   Berbunga

    "Kak,""Hm?""Kenapa Tuan Wang itu, dengan mudahnya menganggap kita sebagai putrinya? Sedangkan Xia kan memang putrinya, kenapa malah nggak dianggap?" tanya Gwen."Sebaiknya kita jangan terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini. Jika memang Tuan Wang menganggap kita sebagai putrinya .. Ya sudah, nikmati saja," jawab Aisyah."Bersyukur karena kita di sini diterima dengan baik, oke? Sudahlah, jangan bertanya lagi dan cepat tidur. Bukanlah, besok pagi kau akan bertemu dengan calon suamimu, Gwen?" goda Aisyah.Gwen tersipu malu. Malam itu, ia juga menjelaskan perasaannya kepada Raza. Namun, seperti pengertian Aisyah saja selama ini. Raza hanya menyayangi Gwen seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan Aisyah. Raza masih sibuk dengan urusan pribadinya dibandingkan dengan urusan hatinya.Jadi, Gwen memutuskan untuk mundur dan berusaha menerima Agam sebagai penghuni baru di hatinya. Aisyah sendiri tidak pernah melarang Gwen a

  • Perfect Brothers   Karma Itu Nyata

    "Hey, mana permintaan maafmu! Kau yang menyebabkan kerusuhan ini, bukan?" sulut Gwen."Permintaan maaf apa? Untuk apa? Apakah aku berbuat salah? Tidak, 'kan?" sulit Xia."Waanjer, lu--""Gwen, apa sih? Bahasanya di jaga ngapa!" seru Aisyah sebelum Gwen mengumpat lebih buruk.Aisyah menyentil kepada Xia dengan sedikit keras. Sehingga membuat Xia hampir saja terjatuh. Gwen tertawa melihat pertahan Xia yang buruk."Haha, di sentil gitu aja udah tumbang dia, Kak," tawa mengejek Gwen membuat Xia emosi."Kalian bisa tidak bicara pakai bahasa yang aku pahami! Misalnya Inggris gitu, kenapa sih kalian ini kampungan sekali!" hina Xia.Aisyah yang biasanya bisa mengayomi anak-anak hingga remaja, kini malah seperti anak kecil yang sedang berebutan permen dengan Xia."Asal kalian tau, Kak Chen hanya milikku! Kalian ini siapa? Datang-datang main ambil saja kakakku!" seru Xia dengan nada tinggi.

DMCA.com Protection Status