Belajar kembali setelah kesalahan pahaman kecil itu terjadi. Gwen masih saja diam tak seperti biasanya ketika belajar. Rupanya, dia masih marah kepada Pak Raza ketika di meja makan pagi tadi.
"Ada apa sih dengannya? Tumben, diem, anteng dan memperhatikan seperti ini. Biasanya juga ada aja alasannya untuk tidak belajar," gumam Pak Raza.
Pak Reza terus saja memperhatikan Gwen disaat dirinya sibuk dengan bukunya sendiri. Tak sedikitpun Pak Raza mengedipkan matanya ketika menatap Gwen.
--
Sudah dua hari mereka bersama, Feng rupanya tak bisa kembali lagi kepada mereka karena ia harus kembali ke Tiongkok setelah penyuluhan usai. Feng menitipkan pesan kepada Chen, agar ia melindungi Aisyah dan Gwen ketika dirinya jauh dengan keduanya.
Selama dua hari itu juga, baik Aisyah dan Gwen belum menyatakan kepada orang tuanya bahwa mereka telah bertemu dengan saudaranya yang lama menghilang.
Hal itu diinginkan oleh Chen karena ia bel
Cemburu adalah perasaan natural yang pernah muncul di setiap diri manusia. Memiliki rasa cemburu sesekali memang wajar, namun tidak baik jika dirasakan secara terus-menerus.Cemburu harus dibatasi dan rasa percaya harus ditingkatkan. Rasa cemburu bisa dirasakan semua orang dari berbagai usia, jenis kelamin, dan latar belakang.Kecemburuan sering dikaitkan dengan bukti cinta. Rasa cemburu bermula dari ketakukan saat orang yang kita dicintai berada dekat dengan lawan jenisnya, apalagi menurut Gwen, lawan jenisnya adalah saudarinya sendiri."Ada apa denganku, kenapa aku merasa iri hati ketika Pak Raza dekat dengan kakakku sendiri?"Hati Gwen selalu bertanya-tanya dengan keadaan apa yang saat ini ia alami. Selama menyukai lelaki, Gwen tak pernah merasakan hal yang saat itu ia rasakan."Nona, Tuan muda Wang meminta anda untuk datang kepadanya," kata Asisten Dishi dengan sopan."Terima kasih."Senakal-nakalnya
Sesampainya di rumah, mereka sudah disambut oleh orang tuanya di teras. Rebecca bertanya-tanya, mengapa Gwen yang membawa koper milik Aisyah saat itu. Kesalahan Rebecca terulang lagi, ia langsung memeluk Aisyah dan menanyakan keadaannya, sedangkan ia masih memiliki putri yang lainnya."Aisyah, kamu kenapa? Seperti lemas dan tidak bertenaga, apa kamu sakit?" tanya Rebecca memeluk Aisyah."Assallamu'alaikum, Bu, Ayah." Aisyah menyalami kedua orang tuanya.Berbeda dengan sang istri, Yusuf langsung meminta koper Aisyah yang ada ditangan Gwen seraya menanyakan kabar kedua putrinya, mengapa pulangnya terlambat."Mi, aku anakmu juga. Kenapa yang ditanyai hanya Kak Aisyah? Kenapa Mami nggak bisa adil seperti Ayah, sih? Kesel deh!" Gwen langsung masuk ke rumah dan berlari menuju kamarnya tanpa menyalami Ibunya lebih dulu.Aisyah dan Yusuf menatap Rebecca. Mereka juga menyayangkan sikap Rebecca tersebut. Mengingat Gwen memang selalu sensitif dengan Ibu
Malam setelah membahas liburan, Gwen dan Aisyah makan bersama di depan tv ruang tengah. Sambil mencari pekerjaan yang tepat, Gwen menanyakan kepada Yusuf tentang keluarganya yang di Korea."Yang kamu tanyakan siapa? Paman Hamdan atau Paman Gu?" tanya Yusuf."Paman Gu lah, Yah. Dia seorang Presdir, bukan? Kali aja aku bisa bekerja di perusahaannya yang di Korea sana," ujar Gwen."Mami tidak setuju kamu ke Korea. Kamu harus terusin bisnis Mami di Australia," sahut Rebecca dari dapur."No! Please, i want to work somewhere else first. That's called effort, Mi!" tolak Gwen."Bu, yang dikatakan Gwen ada benarnya. Biarkan dia bekerja di lain tempat dulu, jadi dia tau yang dinamakan usaha dari bawah." sahut Yusuf.Rebecca tetap kekeh meminta kepada putri bungsunya untuk meneruskan usahanya yang ada di Australia. Gwen menjadi marah dan masuk ke kamarnya. Yusuf meminta Aisyah untuk membujuk Ibunya, agar mau mengizinkan Gw
"Mas, Mas ini serius ngelamar saya? Apakah artinya itu yang dikatakan Pak Raza sebelumnya?" Gwen masih saja tidak percaya."Iya, saya melamarmu. Setelah pulang dari Tiongkok, saya akan langsung datang melamar kamu juga ke keluargamu," Agam terlihat sangat serius dengan niatnya."Tunggu, maksudnya gimana, ya? Sebelumnya kalian belum pernah mengenal, 'kan? Dan kalian pun sampai saat ini tidak saling mengetahui nama satu sama lain, bukan?" sela Aisyah."Assalamu'alaikum, maaf saya menyela ketegangan ini," imbuh Aisyah masih bingung."Maksud kamu apa, ya? Tiba-tiba datang ngelamar perempuan yang belum pernah kamu kenal sedetikpun dan bahkan kamu juga belum pernah bertemu dengan perempuan ini, 'kan?Lalu, tiba-tiba ngelamar begitu saja. Apa maksud dan tujuan kamu?" timpal Raza.Agam seorang lelaki yang sangat baik. Dia memiliki 1 orang tua, yakni ibunya dan juga memiliki adik perempuan bernama Esti. Beberapa bulan lalu ibunya divonis mengidap penyakit ya
Sesampainya di kediaman nanti klasik milik Tuan Wang, mereka telah disambut baik oleh Nyonya kedua di keluarga itu. Nyonya kedua sangat ramah, tidak dengan Cindy dan anak perempuannya. Mereka memasang wajah masam yang membuat Gwen saja ingin menendangnya jauh-jauh."Dih, mukanya pengen ane tonjok! Terutama tuh emak anak satu, gitu amat wajahnya!" seru Gwen dalam hati."Apa itu kedua adik Kakak? Tidak, akulah adiknya, siapa mereka? Mereka tidak ada bersama Kak Chen selama ini, jadi Kakak hanya milikku!" dengus Xia dalam hati.Tatapan Gwen dan Xia menandakan simbol peperangan batin diantara keduanya. Gwen sangat tidak menyukai keberadaan Xia, begitu juga dengan Xia yang membenci Gwen dan Aisyah.Tuan Wang dan Nyonya kedua menyambut mereka bertiga dengan ramah. Tuan Wang yang selama ini terkenal sekali dengan kekejamannya di dunia hitam, bahkan beliau mampu tersenyum kepada Gwen dan Aisyah.Usai berbagi kamar, istirahat sebentar, mer
"Hey, mana permintaan maafmu! Kau yang menyebabkan kerusuhan ini, bukan?" sulut Gwen."Permintaan maaf apa? Untuk apa? Apakah aku berbuat salah? Tidak, 'kan?" sulit Xia."Waanjer, lu--""Gwen, apa sih? Bahasanya di jaga ngapa!" seru Aisyah sebelum Gwen mengumpat lebih buruk.Aisyah menyentil kepada Xia dengan sedikit keras. Sehingga membuat Xia hampir saja terjatuh. Gwen tertawa melihat pertahan Xia yang buruk."Haha, di sentil gitu aja udah tumbang dia, Kak," tawa mengejek Gwen membuat Xia emosi."Kalian bisa tidak bicara pakai bahasa yang aku pahami! Misalnya Inggris gitu, kenapa sih kalian ini kampungan sekali!" hina Xia.Aisyah yang biasanya bisa mengayomi anak-anak hingga remaja, kini malah seperti anak kecil yang sedang berebutan permen dengan Xia."Asal kalian tau, Kak Chen hanya milikku! Kalian ini siapa? Datang-datang main ambil saja kakakku!" seru Xia dengan nada tinggi.
"Kak,""Hm?""Kenapa Tuan Wang itu, dengan mudahnya menganggap kita sebagai putrinya? Sedangkan Xia kan memang putrinya, kenapa malah nggak dianggap?" tanya Gwen."Sebaiknya kita jangan terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini. Jika memang Tuan Wang menganggap kita sebagai putrinya .. Ya sudah, nikmati saja," jawab Aisyah."Bersyukur karena kita di sini diterima dengan baik, oke? Sudahlah, jangan bertanya lagi dan cepat tidur. Bukanlah, besok pagi kau akan bertemu dengan calon suamimu, Gwen?" goda Aisyah.Gwen tersipu malu. Malam itu, ia juga menjelaskan perasaannya kepada Raza. Namun, seperti pengertian Aisyah saja selama ini. Raza hanya menyayangi Gwen seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan Aisyah. Raza masih sibuk dengan urusan pribadinya dibandingkan dengan urusan hatinya.Jadi, Gwen memutuskan untuk mundur dan berusaha menerima Agam sebagai penghuni baru di hatinya. Aisyah sendiri tidak pernah melarang Gwen a
"Tuan, jika kita memiliki seorang putri seusia dokter Ais ini … pasti akan jauh lebih bahagia melihat pemandangan seperti ini, ya?" kata Nyonya kedua kepada Tuan Wang."Mari kita anggap jika adik dari putra kita sebagai putri kita sendiri, Sayang. Mereka bertiga adalah anak yang sangat manis. Cindy memang keterlaluan, dia membohongiku tentang status Chen dulu."Tuan Wang masih menyimpan dendam kepada Cindy karena pernah merahasiakan identitas Chen yang sebenarnya. Cindy tidak pernah mengatakan jika Chen adalah bayi yang ia culik dari mantan sang pujaan hatinya dulu.Tentu saja bagi Tuan Wang, itu adalah perbuatan tercela dan sulit untuk dimaafkan. Namun, melihat besarnya hati keluarga kandung putra angkatnya itu, membuat Tuan Wang mengurungkan niatnya untuk memiliki Chen seutuhnya.___lMeninggalkan kisah kemanisan Aisyah dan Asisten Dishi yang mencuci piring bersama, di sisi Gwen dan Agam, mereka malah sedang berdiskusi masalah
"Apa kalian ingin mati sekarang?" -pesan yang Chen kirimkan kepada kedua saudarinya dan juga Asistennya.Mereka baru ingat jika Chen masih ada di dalam kardus. Aisyah meminta Ayah dan Ibunya tetap berada di depan pintu dan melihat kejutan yang mereka bawa."Eh, tunggu! Jangan masuk dulu, kami punya hadiah untuk Ayah dan Ibu!" seru Aisyah."Hadiah apa? Kulkas? Di rumah sudah ada 2, untuk apa kalian nambah lagi?" tanya Rebecca."Ini bukan sembarang kulkas, Mi. Yang ini lebih dingin, bisa menghasilkan uang dan sangat membahagiakan. Ayo kalian buka!" sahut Gwen."Kedua saudariku memang sedang mempermainkan diriku. Lihat saja, aku akan membuat kalian menjadi anak tiri nanti!" sulut Chen dalam hati.Mereka malah semakin lama membuka kardus tersebut. Sehingga membuat Chen lebih kesal lagi, lalu mengirim pesan kepada Aisyah yang berkata, "Apa kau ingin mengirimku ke surga? Kenapa lama sekali bukanya!"Perlahan, Aisyah
Di pesawat, Chen dan Asisten Dishi tak henti-hentinya tertawa mendengar penjelasan Aisyah dan Gwen tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk Xia."Lihatlah, wajah dia begitu lucu engan lip warna merah menyala ini," tunjuk Gwen dengan potret Xia di ponselnya."Aku tidak pernah melihat kau memakai lipstik warna ini. Kapan kau pernah memakainya? Dan pasti akan terlihat menor sekali," tanya Chen menunjuk lipstik di photo Xia."Haha, mana ada aku pakai lipstik dengan warna merah menyala seperti ini. Ini sengaja aku beli memang untuk memberi kenangan pada gadis kecil itu."Tak henti-hentinya mereka menertawakan Xia. Sesekali gadis nakal seperti Xia memang harus diberi pelajaran agar bisa menghormati orang yang lebih tua darinya."Lalu, apa yang kalian katakan kepadanya, sehingga gadis seperti Xia ini mampu menurut?" lanjut Asisten DIshi."Aku bilang kepadanya, jika dia tidak mau menurut, aku akan menikahkan kakakku dengan wanit
Hari yang dilalui Aisyah dan Gwen sangat indah di Tiongkok. Tiba saatnya Agam harus kembali ke tanah air karena memang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.Pagi itu, Gwen mengantar Agam sampai ke Bandara. Terlihat sekali Gwen khawatir padanya. Gwen memberikan sebuah kalung pemberian Chen untuk Agam."Apa ini?" tanya Agam."Itu cangkul. Ya kalung lah! Apalagi?" jawab Gwen mengesalkan. "Orang melingkar dileher begitu, masa iya nggak tau, sih?" imbuhnya."Dek, saya tanyanya untuk apa? Saya tau kalau ini kalung," kata Agam dengan lembut."Eh, tanya yang jelas dong, Mas." ujar Gwen. "Kalung itu, pertanda supaya Mas Agam tidak lupa dengan janji Mas untuk melamarku!" seru Gwen menjelaskan.Agam hanya tersenyum, tak diingatkan saja, Agam tetap akan melamar Gwen dalam waktu cepat setelah pekerjaannya selesai dan menunggu kabar kesehatan dari Ibunya.Perpisahan itu terjadi. Ketika mereka saling melambaika
"Kak Aisyah, kau datang bersama dengan Asisten ini?" tanya Gwen."Assalamu'alaikum," Aisyah mengetuk kening Gwen. "Usahakan jika bertemu dengan orang, sesama muslim juga, ucapkan salam terlebih dahulu, Gwen." tegur Aisyah.Mereka masuk bersamaan. Terlihat Feng sedang bercengkrama dengan Tuan Wang di sana. Sepertinya antara keluarga Wang dan juga Hao sudah mulai membaik karena Chen sendiri. Aisyah dan Gwen menyapa mereka dan Tuan Wang mempersilahkan keduanya duduk.Mulailah perbincangan asik diantara mereka. Terlihat hanya Aisyah dan Agam saja yang diam menyimak perbincangan mereka. Sebab, saat itu mereka tengah membicarakan masalah tiga keluarga yang sebelumnya saling bermusuhan. Yakni keluarga Lim, keluarga Hao dan juga keluarga Wang tentunya."Aku keluar dulu, mau menelpon Ayah. Sejak tadi pagi aku belum menelpon beliau," pamit Aisyah. Disusulah oleh Agam dengan alasan yang sama menghubungi Uminya di rumah sakit.Aisyah benar menelpon Ayahnya dan
Bingung dengan apa yang hendak di masak, Aisyah mengusulkan makan mie sore hari itu. Asisten Dishi tak membiarkan Aisyah menyentuh peralatan dapur, dengan sigap dirinya yang hendak memasak untuk gadis yang ia cintai. Sudah selama 3 bulan, Asisten Dishi terus dibayangi oleh Aisyah."Aku tidak tahu lagi. Ada apa denganku ini? Kenapa aku bisa sangat mencintai Aisyah, sedangkan aku tau jika dia adalah anak dari Tuanku sendiri." gumam Asisten Dishi masih mengaduk mie yang ia masak.Lima menit kemudian, mie rebus dengan topping irisan sayur telah siap. Tak luma telur rebus dua bagian juga ikut serta berenang dalam kuah mie rebus tersebut. Tidak lupa Asisten Dishi juga menyiapkan air dingin."Tara, silahkan dokter manis. Hanya ini yang bisa dimasak cepat. Atau kamu mau makan nugget?" ujar Asisten Dishi perlahan menyodorkan mangkuk di depan Aisyah."Ah tidak. Bersyukurlah bisa makan apa aja hari ini. Di luaran sana, masih banyak orang yang
Berjalan menelusuri Kota dengan menikmati pemandangan di sana. Banyak muda-mudi yang sedang memadu kasih juga di sana. Gwen sepertinya juga mulai menyukai Kota itu."Hm, di sini banyak yang pacaran. Lihat fashion mereka, keren banget tau!" ujar Gwen mengamati beberapa perkumpulan gadis dengan badan yang bagus dan fashion yang menarik."Iya, bagus untuk mereka. Tapi tidak bagus untuk mata saya. Ayo, sebaiknya kita cari makan terlebih dahulu. Ada hal yang harus kita bicarakan juga nantinya," tutur Agam. Ia begitu tak nyaman melihat para gadis memamerkan ketiak dan juga pahanya.Agam berusaha tetap tenang dengan keyakinannya. Menikah memang bukanlah hal yang mudah, namun dirinya yakin jika Gwen adalah jodohnya yang sudah Allah atur untuknya.Setelah sampai di restoran halal, Agam memberikan selembar kertas beserta pulpennya sekalian. Agam meminta Gwen untuk menulis apa yang ia inginkan setelah pernikahan nanti, lalu hal apa yang tak i
"Tuan, jika kita memiliki seorang putri seusia dokter Ais ini … pasti akan jauh lebih bahagia melihat pemandangan seperti ini, ya?" kata Nyonya kedua kepada Tuan Wang."Mari kita anggap jika adik dari putra kita sebagai putri kita sendiri, Sayang. Mereka bertiga adalah anak yang sangat manis. Cindy memang keterlaluan, dia membohongiku tentang status Chen dulu."Tuan Wang masih menyimpan dendam kepada Cindy karena pernah merahasiakan identitas Chen yang sebenarnya. Cindy tidak pernah mengatakan jika Chen adalah bayi yang ia culik dari mantan sang pujaan hatinya dulu.Tentu saja bagi Tuan Wang, itu adalah perbuatan tercela dan sulit untuk dimaafkan. Namun, melihat besarnya hati keluarga kandung putra angkatnya itu, membuat Tuan Wang mengurungkan niatnya untuk memiliki Chen seutuhnya.___lMeninggalkan kisah kemanisan Aisyah dan Asisten Dishi yang mencuci piring bersama, di sisi Gwen dan Agam, mereka malah sedang berdiskusi masalah
"Kak,""Hm?""Kenapa Tuan Wang itu, dengan mudahnya menganggap kita sebagai putrinya? Sedangkan Xia kan memang putrinya, kenapa malah nggak dianggap?" tanya Gwen."Sebaiknya kita jangan terlalu ikut campur dalam urusan keluarga ini. Jika memang Tuan Wang menganggap kita sebagai putrinya .. Ya sudah, nikmati saja," jawab Aisyah."Bersyukur karena kita di sini diterima dengan baik, oke? Sudahlah, jangan bertanya lagi dan cepat tidur. Bukanlah, besok pagi kau akan bertemu dengan calon suamimu, Gwen?" goda Aisyah.Gwen tersipu malu. Malam itu, ia juga menjelaskan perasaannya kepada Raza. Namun, seperti pengertian Aisyah saja selama ini. Raza hanya menyayangi Gwen seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan Aisyah. Raza masih sibuk dengan urusan pribadinya dibandingkan dengan urusan hatinya.Jadi, Gwen memutuskan untuk mundur dan berusaha menerima Agam sebagai penghuni baru di hatinya. Aisyah sendiri tidak pernah melarang Gwen a
"Hey, mana permintaan maafmu! Kau yang menyebabkan kerusuhan ini, bukan?" sulut Gwen."Permintaan maaf apa? Untuk apa? Apakah aku berbuat salah? Tidak, 'kan?" sulit Xia."Waanjer, lu--""Gwen, apa sih? Bahasanya di jaga ngapa!" seru Aisyah sebelum Gwen mengumpat lebih buruk.Aisyah menyentil kepada Xia dengan sedikit keras. Sehingga membuat Xia hampir saja terjatuh. Gwen tertawa melihat pertahan Xia yang buruk."Haha, di sentil gitu aja udah tumbang dia, Kak," tawa mengejek Gwen membuat Xia emosi."Kalian bisa tidak bicara pakai bahasa yang aku pahami! Misalnya Inggris gitu, kenapa sih kalian ini kampungan sekali!" hina Xia.Aisyah yang biasanya bisa mengayomi anak-anak hingga remaja, kini malah seperti anak kecil yang sedang berebutan permen dengan Xia."Asal kalian tau, Kak Chen hanya milikku! Kalian ini siapa? Datang-datang main ambil saja kakakku!" seru Xia dengan nada tinggi.