Share

Bab 4

Author: Durrah Zahra
last update Last Updated: 2024-12-10 11:46:34
Aku memeluk ibuku dan akhirnya bisa tidur nyenyak untuk pertama kalinya.

Saat aku terbangun.

Orang tuaku bilang kalau mereka telah mengajukan gugatan terhadap para penyebar fitnah.

Termasuk kepada Sandi juga.

Pengacara yang mereka sewa sedang berusaha keras untuk membantu kami.

Semalam mereka mengirimkan surat somasi pada orang-orang itu.

Aku yakin, tidak lama lagi semua fitnah tentangku akan lenyap.

Ibuku memelukku sambil menenangkan dengan suara lembut.

Dia menenangkanku sama seperti saat aku ditindas waktu masih kecil dulu.

Dia memeluk sambil menyanyikan tembang-tembang dari kampung halaman kami ....

"Lina, kami akan membawamu pulang setelah semua masalah ini selesai."

"Iya." Aku merasa sangat beruntung sekarang.

Karena orang tuaku selalu mendukungku tanpa syarat.

Syukurlah, aku masih punya rumah yang selalu menungguku.

Malam itu, ayahku pergi keluar untuk membeli bahan makanan.

Pengacara kami bilang, peluang untuk memenangkan kasus ini sangatlah besar. Sebab kasus seperti ini biasanya mudah ditangani.

Ayahku jelas senang mendengarnya. Makanya, dia bersikeras mau membelikan makanan enak untukku.

Dia bilang, aku sangat suka makan durian.

Tapi hampir tidak pernah melihatku makan durian lagi sejak aku menikah dengan Sandi.

"Ayah akan mentraktirmu makan durian hari ini!"

Aku dan ibuku menunggu di penginapan.

Kami menunggu sampai hari sudah sore, tapi ayah tidak kunjung kembali dari membeli durian.

Ibuku jadi cemas, dan memutuskan untuk pergi keluar dan mencarinya.

Namun, saat hari sudah larut malam.

Ibuku malah juga ikut belum pulang ....

Saat aku sedang bersiap-siap mau keluar mencari mereka. Aku menerima telepon dari kantor polisi.

Polisi bilang kalau ayah serta ibuku mengalami kecelakaan mobil.

Jantungku terasa seperti diremas seketika, rasa sesak pun memenuhi dadaku.

Ayah dan ibuku ... mereka masih baik-baik saja tadi pagi. Bagaimana bisa sekarang mereka meninggal?

Aku melihat tubuh yang sudah tertutup kain putih begitu tiba di kantor polisi.

Kepala mereka hancur, dagingnya remuk dan menempel satu sama lain hingga tidak bisa dikenali lagi.

Tapi aku jelas masih mengenali rambut palsu ibuku.

Itu adalah hadiah yang kubelikan untuknya.

Dia sudah memakainya selama lebih dari sepuluh tahun tanpa pernah menggantinya. Padahal lapisan putih di bagian dasar rambut palsunya sudah terlihat ....

Polisi memberitahuku bahwa ayah dan ibuku sengaja dihilangkan nyawanya.

Hanya karena pelaku menerima surat somasi dari orang tuaku yang sudah menggugat mereka.

Aku pun terjatuh lemas di lantai.

Duniaku terasa berputar seperti mau runtuh.

Semua ini karena Sandi!

Kalau bukan karena dia yang bersikeras merekam video saat aku melahirkan, lalu mengunggahnya ke internet.

Aku tidak akan mengalami kekerasan siber.

Ayah dan ibuku juga tidak akan menjadi korban balas dendam dari pala pelaku kekerasan siber!

Sandi! Kalaupun aku harus mati, aku juga akan mengajakmu mati ke neraka bersamaku!

Related chapters

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 5

    Aku menyiapkan segala keperluan untuk mengurus jasad ayah dan ibuku semalaman.Lalu mengantar mereka ke tempat kremasi.Dadaku terasa sesak saat memeluk dua kotak abu.Saat aku muncul di depan Sandi sambil membawa dua kotak abu itu.Sandi masih saja menonton "karyanya", dan menghitung keuntungan yang dia dapat dari video itu."Ibu! Aku sudah dapat uang sekarang! Totalnya hampir dua miliar ...."Ibu mertuaku memberi isyarat mata padanya.Sandi lalu segera menyembunyikan ponselnya di belakang punggung."Lina, kamu ... kenapa tiba-tiba datang?""Asal kamu tahu, ya ....""Menyuruh ayah dan ibumu menggugatku itu tidak akan ada gunanya!""Aku tidak akan memberikan anak itu padamu!""Aku juga tidak akan masuk penjara!""Kalaupun masih nggak berhasil, aku bisa memberimu sedikit uang!"Hatiku membeku seperti es. Aku lalu meletakkan kotak abu di atas meja dengan hati-hati.Ibu mertuaku melirik ke arah dua kotak itu.Raut wajahnya langsung berubah pucat dan terlihat ketakutan."Dasar perempuan ng

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 6

    Aku mencoba memfokuskan pikiranku.Semua yang sudah terjadi di hidupku sebelumnya, berputar layaknya sebuah film di kepalaku.Setiap ingatan yang muncul membuat kebencian dalam diriku bergejolak.Aku mengepalkan kedua tanganku.Kutatap Sandi yang kedua matanya tampak memerah.Kalau bukan karena aku diberi kesempatan kedua untuk hidup lagi.Dan tahu Sandi diam-diam merekam video.Aku mungkin akan percaya bahwa dia melakukannya karena sangat perhatian padaku.Aku menahan kebencian di dadaku.Sekarang masih belum waktunya.Aku tidak bisa membongkar kedoknya sekarang.Aku menggigit bibirku sambil memasang ekspresi wajah yang terlihat tersentuh dengan perhatiannya.Sandi lalu berkata dengan lembut, "Sayang, kamu hebat sekali!"Mertuaku datang ke kamar rawat dan melihat Sandi yang mengurusi darahku pascamelahirkan.Dengan raut wajah tidak suka, ibu mertuaku berkata, "Lina, jangan seperti ini. Pria mana boleh mengurusi hal semacam ini.""Nanti juga bisa berakibat pada keharmonisan rumah tangg

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 7

    Saat aku tiba di rumah, ibuku ternyata sedang mengemasi barang-barang ke dalam koper.Dia terdiam sejenak saat melihatku yang sudah berdiri di ambang pintu.Aku melihat kedua orang tuaku yang masih hidup, berdiri di depanku.Segera, aku pun berlari dan memeluk mereka."Ayah, Ibu! Aku sudah durhaka. Aku nggak akan meninggalkan kalian lagi."Syukurlah, karena ayah dan ibuku ternyata masih hidup sekarang.Ibuku meletakkan koper yang dia pegang.Sambil berlinang air mata dia berkata, "Sandi beberapa hari lalu bilang kalau kamu mau melahirkan.""Aku dan Ayahmu mau pergi ke rumah sakit untuk menjengukmu.""Tapi kenapa kamu malah pulang ke sini sendirian?""Apa Sandi main tangan padamu?"Ayahku sudah mengepalkan tangannya, suaranya terdengar marah, "Berani-beraninya ada yang mengganggu putriku padahal aku masih hidup? Dasar nggak tahu diri!"Aku menangis lalu menyerahkan anakku pada mereka."Ayah, Ibu, Sandi itu pria brengsek. Aku sudah memutuskan untuk bercerai. Aku mau pergi mengambil surat

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 8

    Setelah ibu mertuaku pergi, aku meminta rekaman video dari orang-orang yang merekam tadi.Setelah itu menghubungi wartawan untuk memviralkan video-video tersebut.Dalam waktu tiga hari, Sandi dan ibunya langsung menjadi sasaran serangan warganet di dunia maya.Video saat ibu mertuaku memukuliku juga menuai banyak kecaman di masyarakat.Beberapa orang bahkan nekat mencari tahu kampung halaman ibu mertuaku, lalu menyiramkan cat merah ke rumahnya.Pemerintah bahkan sampai mengamati dampak dari masalah ini.Kemudian mulai menyelidiki situs website yang berkaitan dengan Sandi sebelumnya.Karena masa tahanan Sandi selama lima belas hari sudah hampir habis.Aku pun kebetulan sudah keluar dari rumah sakit.Dan sengaja datang lebih awal untuk menunggunya di depan kantor polisi.Begitu keluar dari kantor polisi, Sandi terlihat menyipitkan matanya karena silau terkena sinar matahari.Dia terlihat lusuh karena sudah berhari-hari tidak cuci muka dan menggosok gigi.Aku diam-diam merasa senang melih

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 9

    Aku melaju melewati Sandi dengan perasaan puas.Bahkan aku sempat meliriknya dengan tatapan mengejek.Sandi baru saja keluar dari kantor polisi, tapi langsung mendengar kabar kalau ibunya juga ditahan. Dia jelas marah dan langsung datang mencariku untuk meluapkan emosi.Tapi aku sudah pindah rumah. Rumah yang sebelumnya kutinggali, sekarang sudah diiklankan untuk dijual.Sandi terus-menerus meneleponku hingga ponselku mau meledak rasanya. Tapi dia sama sekali tidak berhasil menemukan jejakku.Aku sebelumnya sudah memasang kamera pengawas di rumah.Jadi aku bisa melihat jelas sosok Sandi yang sedang mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumah.Aku menyaksikannya sambil bersantai dan menyeruput teh manis yang disediakan oleh Pusat Perawatan Ibu dan Bayi.Lalu lanjut menikmati sesi perawatan dan SPA yang sudah disiapkan oleh pengasuh yang membantu ibu pascamelahirkan.Pengasuh itu mendengar suara barang-barang yang dibanting melalui ponselku.Dia sampai penasaran, "Nona Lina sedang men

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 10

    Polisi memanggilku ke kantor polisi.Aku menatap sepasang ibu dan anak yang duduk meringkuk di kursi ruang mediasi.Lalu tertawa sinis.Dalam waktu satu bulan ini.Sandi benar-benar tidak mengecewakanku. Dia benar-benar menganggap kantor polisi seperti rumah sendiri.Polisi tentu saja mengenali mereka berdua.Bahkan sampai mengernyitkan kening saat bertanya, "Kalian berdua memang keras kepala. Kalian sepertinya nggak akan kapok kalau belum mati, ya?"Sandi segera menunjuk ke arahku sambil marah-marah, "Ini semua ulah perempuan jahat itu!""Pak polisi, kami berdua itu suami istri. Apa salahnya kalau aku mau menghancurkan rumahku sendiri?"Aku lalu mengeluarkan surat putusan cerai dari dalam tasku, "Pak Sandi, aku ini sudah bukan istrimu lagi.""Aku sudah mendata barang apa saja yang sudah kamu dan ibumu hancurkan di rumahku.""Bukankah seharusnya kamu membayar ganti rugi?""Kalau nggak, aku terpaksa harus minta bantuan polisi untuk mengantarkan kalian kembali menikmati paket liburan di

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 11

    Sandi mengirimkan pesan memohon ampun padaku saat hari sudah malam.Dia memohon agar aku mau mengembalikan uang 1,2 miliar itu padanya. Karena ibu mertuaku terkena serangan jantung.Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit.Usai membaca pesan tersebut, aku langsung menghapusnya dan memblokir nomor Sandi.Sandi lalu mencoba menghubungiku menggunakan ponsel kerabatnya yang lain.Suaranya di seberang telepon terdengar memelas.Dia menangis keras."Lina, kenapa kamu setega ini?""Asal kamu tahu, aku punya banyak cara yang bisa membuatmu menyerah!"Kemudian telepon pun terputus.Aku tahu apa maksud ucapan Sandi barusan.Dia mau mengunggah ulang videoku yang dia rekam secara diam-diam ke website itu lagi.Supaya aku kembali tersudutkan seperti di kehidupanku yang sebelumnya.Aku awalnya berencana menyudutkan Sandi menggunakan opini masyarakat.Agar dia merasakan siksaan seperti yang kurasakan di kehidupanku sebelumnya. Tersiksa dan putus asa karena kekerasan siber serta caci maki masyaraka

    Last Updated : 2024-12-10
  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 12

    Seperti yang sudah kuduga. Tiga hari kemudian ....Videoku kembali tersebar secara daring.Sama seperti di kehidupanku yang sebelumnya. Informasi pribadiku juga ikut tersebar.Nomor telepon dan alamat rumahku juga tersebar.Tapi di kehidupanku sekarang, aku sudah tidak selemah dulu.Aku pasti akan menuntut semua orang yang sudah menindas dan menghinaku.Karena tindakan Sandi ini.Polisi segera melacak informasi dari video yang dipublikasikan Sandi.Mereka menyusup ke dalam jaringan orang-orang itu.Kemudian mengumpulkan cukup banyak bukti.Ternyata jaringan orang-orang itu sudah tersusun rapi.Para penjahat itu akhirnya berhasil diringkus sekaligus.Polisi memberitahuku.Kalau mereka menemukan bahwa bukan hanya aku yang jadi korban.Sindikat ini ternyata jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.Ada video gadis kecil yang baru berusia tiga hingga lima tahun, serta siswa yang masih belasan tahun.Bahkan nenek-nenek berusia tujuh puluh sampai delapan puluh tahun.Para penjahat ini ....

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 15

    Setelah lukaku pulih.Aku memindahtangankan rumahku kepada agen properti sepenuhnya agar diurus.Sementara aku dan Renita kembali ke kampung halaman bersama ayah dan ibuku untuk menjalani hidup baru.Berita tentangku menjadi sorotan di media.Mereka bilang bahwa aku adalah orang pertama yang berani melawan ketidakadilan.Mengungkap kejahatan meskipun sempat mendapatkan cibiran masyarakat.Mereka menyebutku pahlawan.Tapi, satu hal yang ingin kukatakan pada mereka adalah.Bukan hanya aku.Mereka yang berani melawan kejahatan dan mengabaikan tanggapan miring orang-orang demi menegakkan keadilan.Juga merupakan seorang pahlawan.Kaum perempuan bukan lagi kaum lemah.Akan selalu ada yang berani maju untuk melakukan perlawanan.Dan kekuatan mereka jauh lebih besar daripada yang kamu bayangkan.Kami, kaum perempuan. Tidak akan membiarkan apa yang sudah kami perjuangkan, berubah menjadi bumerang bagi kami ataupun generasi berikutnya.

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 14

    Ayahku lalu terlihat berjalan masuk dari luar.Dia membawa kantong berisi buah durian.Dia bergegas menghampiriku begitu melihatku sudah siuman.Dia lalu menepuk lembut keningku, "Dasar kamu ini! Kenapa nggak mengabari Ayah dan Ibu kalau ada masalah sebesar ini?""Kamu ini bisanya membuat orang cemas saja!"Ibuku mengusap air mataku sambil melirik tidak suka pada ayah, kemudian mengomelinya, "Anakku baru bangun, kamu jangan malah memarahinya."Mata ayahku terlihat sedikit memerah, dan dia buru-buru balik badan.Dia mengusap wajahnya sambil berbalik, lalu meletakkan durian tadi di atas meja."Aku juga kasihan padanya. Kalau saja aku tahu Sandi itu seberengsek ini.""Aku pasti nggak akan merestui pernikahan mereka meskipun Lina akan membenciku!"Aku mengulurkan tangan untuk meraih lengan ayahku, "Ayah, sudahlah. Semuanya sudah berakhir sekarang.""Sandi sudah mati, semuanya sudah berakhir. Setelah ini hari-hari yang lebih cerah akan datang."Ayahku terlihat menaikkan alisnya.Lalu mengup

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 13

    Agen properti menghubungiku dan bilang kalau ada yang tertarik dengan rumahku.Dan memintaku datang untuk tanda tangan kontrak.Aku pun mengiyakan dengan senang hati.Begitu rumahku sudah terjual, aku akan meninggalkan kota ini selamanya.Aku bergegas menuju ke kantor agen properti sambil bersenandung.Aku terkejut saat melihat siapa yang akan membeli rumahku.Ternyata, orang itu adalah Sandi yang kabur.Wajahnya sudah penuh jambang, tatapan matanya semerah darah.Aku pun segera berbalik dan hendak pergi begitu melihatnya.Tapi Sandi benar-benar seperti hewan liar yang sedang marah. Dia berlari ke arahku sambil memegang sebilah pisau."Lina, ini semua gara-gara kamu!""Ibuku sudah mati.""Aku juga dipenjara karenamu. Nggak akan kubiarkan kamu hidup tenang!"Agen properti yang melihat situasi jadi memburuk pun segera menelepon polisi.Aku juga segera menghindari serangan Sandi.Tapi pria itu tiba-tiba mengubah arah pisaunya.Pisau itu pun berhasil melukai lenganku.Darah mengalir keluar

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 12

    Seperti yang sudah kuduga. Tiga hari kemudian ....Videoku kembali tersebar secara daring.Sama seperti di kehidupanku yang sebelumnya. Informasi pribadiku juga ikut tersebar.Nomor telepon dan alamat rumahku juga tersebar.Tapi di kehidupanku sekarang, aku sudah tidak selemah dulu.Aku pasti akan menuntut semua orang yang sudah menindas dan menghinaku.Karena tindakan Sandi ini.Polisi segera melacak informasi dari video yang dipublikasikan Sandi.Mereka menyusup ke dalam jaringan orang-orang itu.Kemudian mengumpulkan cukup banyak bukti.Ternyata jaringan orang-orang itu sudah tersusun rapi.Para penjahat itu akhirnya berhasil diringkus sekaligus.Polisi memberitahuku.Kalau mereka menemukan bahwa bukan hanya aku yang jadi korban.Sindikat ini ternyata jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.Ada video gadis kecil yang baru berusia tiga hingga lima tahun, serta siswa yang masih belasan tahun.Bahkan nenek-nenek berusia tujuh puluh sampai delapan puluh tahun.Para penjahat ini ....

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 11

    Sandi mengirimkan pesan memohon ampun padaku saat hari sudah malam.Dia memohon agar aku mau mengembalikan uang 1,2 miliar itu padanya. Karena ibu mertuaku terkena serangan jantung.Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit.Usai membaca pesan tersebut, aku langsung menghapusnya dan memblokir nomor Sandi.Sandi lalu mencoba menghubungiku menggunakan ponsel kerabatnya yang lain.Suaranya di seberang telepon terdengar memelas.Dia menangis keras."Lina, kenapa kamu setega ini?""Asal kamu tahu, aku punya banyak cara yang bisa membuatmu menyerah!"Kemudian telepon pun terputus.Aku tahu apa maksud ucapan Sandi barusan.Dia mau mengunggah ulang videoku yang dia rekam secara diam-diam ke website itu lagi.Supaya aku kembali tersudutkan seperti di kehidupanku yang sebelumnya.Aku awalnya berencana menyudutkan Sandi menggunakan opini masyarakat.Agar dia merasakan siksaan seperti yang kurasakan di kehidupanku sebelumnya. Tersiksa dan putus asa karena kekerasan siber serta caci maki masyaraka

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 10

    Polisi memanggilku ke kantor polisi.Aku menatap sepasang ibu dan anak yang duduk meringkuk di kursi ruang mediasi.Lalu tertawa sinis.Dalam waktu satu bulan ini.Sandi benar-benar tidak mengecewakanku. Dia benar-benar menganggap kantor polisi seperti rumah sendiri.Polisi tentu saja mengenali mereka berdua.Bahkan sampai mengernyitkan kening saat bertanya, "Kalian berdua memang keras kepala. Kalian sepertinya nggak akan kapok kalau belum mati, ya?"Sandi segera menunjuk ke arahku sambil marah-marah, "Ini semua ulah perempuan jahat itu!""Pak polisi, kami berdua itu suami istri. Apa salahnya kalau aku mau menghancurkan rumahku sendiri?"Aku lalu mengeluarkan surat putusan cerai dari dalam tasku, "Pak Sandi, aku ini sudah bukan istrimu lagi.""Aku sudah mendata barang apa saja yang sudah kamu dan ibumu hancurkan di rumahku.""Bukankah seharusnya kamu membayar ganti rugi?""Kalau nggak, aku terpaksa harus minta bantuan polisi untuk mengantarkan kalian kembali menikmati paket liburan di

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 9

    Aku melaju melewati Sandi dengan perasaan puas.Bahkan aku sempat meliriknya dengan tatapan mengejek.Sandi baru saja keluar dari kantor polisi, tapi langsung mendengar kabar kalau ibunya juga ditahan. Dia jelas marah dan langsung datang mencariku untuk meluapkan emosi.Tapi aku sudah pindah rumah. Rumah yang sebelumnya kutinggali, sekarang sudah diiklankan untuk dijual.Sandi terus-menerus meneleponku hingga ponselku mau meledak rasanya. Tapi dia sama sekali tidak berhasil menemukan jejakku.Aku sebelumnya sudah memasang kamera pengawas di rumah.Jadi aku bisa melihat jelas sosok Sandi yang sedang mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumah.Aku menyaksikannya sambil bersantai dan menyeruput teh manis yang disediakan oleh Pusat Perawatan Ibu dan Bayi.Lalu lanjut menikmati sesi perawatan dan SPA yang sudah disiapkan oleh pengasuh yang membantu ibu pascamelahirkan.Pengasuh itu mendengar suara barang-barang yang dibanting melalui ponselku.Dia sampai penasaran, "Nona Lina sedang men

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 8

    Setelah ibu mertuaku pergi, aku meminta rekaman video dari orang-orang yang merekam tadi.Setelah itu menghubungi wartawan untuk memviralkan video-video tersebut.Dalam waktu tiga hari, Sandi dan ibunya langsung menjadi sasaran serangan warganet di dunia maya.Video saat ibu mertuaku memukuliku juga menuai banyak kecaman di masyarakat.Beberapa orang bahkan nekat mencari tahu kampung halaman ibu mertuaku, lalu menyiramkan cat merah ke rumahnya.Pemerintah bahkan sampai mengamati dampak dari masalah ini.Kemudian mulai menyelidiki situs website yang berkaitan dengan Sandi sebelumnya.Karena masa tahanan Sandi selama lima belas hari sudah hampir habis.Aku pun kebetulan sudah keluar dari rumah sakit.Dan sengaja datang lebih awal untuk menunggunya di depan kantor polisi.Begitu keluar dari kantor polisi, Sandi terlihat menyipitkan matanya karena silau terkena sinar matahari.Dia terlihat lusuh karena sudah berhari-hari tidak cuci muka dan menggosok gigi.Aku diam-diam merasa senang melih

  • Perempuan dan Kuasanya   Bab 7

    Saat aku tiba di rumah, ibuku ternyata sedang mengemasi barang-barang ke dalam koper.Dia terdiam sejenak saat melihatku yang sudah berdiri di ambang pintu.Aku melihat kedua orang tuaku yang masih hidup, berdiri di depanku.Segera, aku pun berlari dan memeluk mereka."Ayah, Ibu! Aku sudah durhaka. Aku nggak akan meninggalkan kalian lagi."Syukurlah, karena ayah dan ibuku ternyata masih hidup sekarang.Ibuku meletakkan koper yang dia pegang.Sambil berlinang air mata dia berkata, "Sandi beberapa hari lalu bilang kalau kamu mau melahirkan.""Aku dan Ayahmu mau pergi ke rumah sakit untuk menjengukmu.""Tapi kenapa kamu malah pulang ke sini sendirian?""Apa Sandi main tangan padamu?"Ayahku sudah mengepalkan tangannya, suaranya terdengar marah, "Berani-beraninya ada yang mengganggu putriku padahal aku masih hidup? Dasar nggak tahu diri!"Aku menangis lalu menyerahkan anakku pada mereka."Ayah, Ibu, Sandi itu pria brengsek. Aku sudah memutuskan untuk bercerai. Aku mau pergi mengambil surat

DMCA.com Protection Status