Beranda / Romansa / Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah / 85. Penawaran Sebagai Istri Kedua

Share

85. Penawaran Sebagai Istri Kedua

Penulis: Enie moors
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 14:21:19

Aku menatap potongan kertas yang tersebar di mana-mana itu dengan mata nanar.

Mbak Melinda merobeknya! Merobek surat gugatan perceraian yang telah diberikan oleh Mas Suryo. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh wanita ini? Bagaimana bisa ia...

"Apa-apaan ini, Mbak?! "

Ia mendengus, "Bilang pada Suryo, kalau aku tidak akan pernah mau bercerai! "

"Dia sudah memberimu talak, Mbak!" Aku menggeram. Merasa tak terima karena terus dipermainkan oleh wanita itu sesuka hati. "Tolong jangan mempersulit keadaan! "

"Aku yang seharusnya berkata seperti itu padamu, Tolol! " Ia menunjuk padaku sembari memperlihatkan wajah bengis. "Jika saja kamu tidak bertingkah kegatelan pada Suryo! Sudah pasti rumah tangga kami akan baik-baik saja sampai sekarang. Aku juga akan hidup dengan tenang tanpa harus takut menanggung malu. Gara-gara kamu datang, hidupku sekarang menjadi sangat sulit! Suryo bahkan berniat menceraikanku padahal aku tak melakukan kesalahan apapun!"

Aku mengedipkan mata cepat ketika hatiku ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   86. Goyah

    "Kamu kenapa? "Pertanyaan itu membuatku yang sedang menyaksikan acara sinetron di televisi dengan tatapan kosong menjadi tersentak. Menolehkan kepala ke samping, aku mendapati Mas Suryo yang tengah memandangku dengan alis hampir menyatu. "Kenapa? Aku enggak apa-apa. "Mengedipkan mata beberapa kali, aku kemudian mengalihkan wajah kembali ke depan. Namun kemudian Mas Suryo malah meraih daguku untuk menghadapnya. Ia sama sekali tak memberikanku kesempatan untuk menghindar. "Sadar enggak kamu dari tadi diem terus, Yang? Kamu kenapa? Ada yang dipikirin? "Aku menghembuskan nafas. Kemudian menggeleng. "Aku baik-baik aja, Mas""Kamu tuh enggak pandai bohong, Fi. Jadi jujur aja, ada masalah apa?"Kalau sudah memanggilku dengan nama, itu berarti Mas Suryo sedang dalam mode serius dan tak mau dibantah. Aku tau aku memang tak bisa membohonginya. Dia tau aku luar dalam. Aku tak bisa menyembunyikan apapun darinya karena baginya aku memang terlihat begitu transparan seperti toples kaca. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   87. Perempuan Paling Cantik Sejagad Raya

    Nafasku masih terengah-engah saat lengan Mas Suryo merengkuhku kedalam pelukannya. Tubuh kami yang sama-sama berkeringat dan lengket saling menempel tanpa sekat. Bukannya merasa risih, aku malah mendapati diriku merasa nyaman ketika kulit kami yang polos bersentuhan secara langsung. Apalagi saat aku menapakkan kepala ke atas dadanya, seketika bunyi detakkan jantungnya yang cepat mampu membuat hatiku menghangat. Seperti biasanya, malam ini pun kami baru selesai melakukan aktifitas menghangatkan ranjang. Suamiku itu tak pernah memberikanku hari libur, ia selalu meminta jatah tiap kali ada kesempatan. Tapi untungnya kali ini pria itu menggempurku tak terlalu berlebihan. Meskipun tentu saja, mau bagaimanapun aku tetap saja kelelahan karena masih belum bisa mengimbangi staminanya. Cukup aneh memang, ini masih pukul sepuluh. Waktu yang lumayan awal untuk mengakhiri sesi percintaan kami. Karena biasanya Mas Suryo akan berhenti ketika hampir tengah malam. Aku bahkan ingat betul kalau pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   88. Ibu Mertua

    'Mbak, aku kangen. 'Itu adalah bunyi pesan yang dikirim oleh Adrian di suatu pagi. Aku memang cukup kaget dengan pernyataanya yang tiba-tiba itu, karena biasanya Adrian hanya menanyakan kabar juga basa basi lain yang selanjutnya akan berlanjut pada cerita tentang kesehariannya sebagai anak sekolahan. Karena memang sudah tak pernah lagi bertemu, kami pun mulai jarang berkomunikasi. Tapi tentu saja kami masih saling menelepon atau berbalas pesan jika ada kesempatan. Karena yah, Mas Suryo sebenarnya tak menyukaiku yang masih berhubungan dengan Adrian. Rupanya suamiku masih belum benar-benar melupakan pertikaian mereka di waktu lalu. Tiap aku tak sengaja membahas soal adik dari Koh Ari itu juga mood-nya akan langsung buruk. Makanya aku pun jadi jarang membalas chat Adrian. Yang mulanya masih intens di tiap harinya menjadi berkurang di tiap waktu. Adrian yang mulai bosan kucueki juga mulai menyerah pada akhirnya. Dan setelah sekian lama tak ada kabar, tiba-tiba anak itu mengirimiku pesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   89. Dia Adalah Istriku

    Setengah berlari aku melangkah menuju ruang depan sembari sedikit membenarkan penampilanku agar tak begitu berantakan. Menghela nafas sebentar untuk menenangkan diri aku kemudian membuka pintu dengan sekali sentak. Dan aku membeku. Seharusnya aku mengintip siapa tamu yang datang terlebih dahulu lewat jendela seperti biasanya. Seharusnya aku tak melupakan kebiasaanku yang satu itu. Seharusnya aku lebih waspada. Ya, seharusnya aku melakukan semua itu sehingga aku bisa mempersiapkan diri menghadapi tamu tak terduga yang kini berdiri di hadapanku. Kau pasti tak akan percaya ini. Jujur saja, aku juga rasanya tak percaya. Beliau ada di sana. Ibu kandung Mas Suryo. Mertuaku? Bolehkah aku memanggilnya seperti itu? "Siapa kamu? " tanya wanita itu dengan dahi mengernyit. Matanya mengedar ke penjuru rumah sebelum berhenti dan mulai menelitiku dari atas ke bawah. "Ini benar rumah Suryo, anakku, kan? "Aku menelan lidah sebelum mengangguk cepat. "Be-benar, Bu. Mas Suryo ada di dalam. Sila

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   90. Melankolis

    Wanita paruh baya itu terlihat sangat terkejut mendengar ucapan putranya yang sudah menikah denganku. Rupa-rupanya Mbak Melinda belum menceritakan hal ini pada sang mertua. Wanita itu sepertinya hanya ingin mengadu tentang suaminya yang sudah minggat dari rumah sejak lama dan kini berniat menceraikannya. Mengetahui ide yang tempo lalu ia utarakan padaku nyatanya sia-sia karena surat gugatan cerai kembali dikirimkan kepadanya, sekarang wanita licik itu berniat menggeret mertuanya untuk dimintai pertolongan. Berharap agar seorang ibu yang begitu menyayangi menantunya bisa membawa kembali sang putra yang tengah tersesat untuk pulang ke rumah sang istri pertama. Aku tak habis pikir, sebegitu putus asanyakah wanita itu untuk tetap mempertahankan rumah tangga yang sudah berada di ujung jurang kehancuran? Mengapa ia sampai melakukan semua ini hanya untuk seorang yang tak dicintainya dengan sepenuh hati. Jika memang harta menjadi tujuan utama, aku yakin masih banyak lelaki di luar sana ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   91. Anaconda

    Wajan mendesis saat minyak panas yang berada di dalamnya kumasukan bumbu kuning. Mengaduknya beberapa kali sampai tercampur dan mengeluarkan bau harum aku kemudian mengambil potongan daging ayam yang sudah kusiapkan di dalam wadah.Ya, aku berencana membuat opor untuk makan siang nanti. "Yang?! "Aku menoleh saat Mas Suryo tiba-tiba datang dan sudah berada tak jauh dari tempatku berdiri. Mengapa aku tak mendengar suara motornya memasuki halaman? Apakah dari tadi aku terlalu fokus memasak sampai tak sadar dengan sekitar? "Ini kok Mas udah pulang aja? " tanyaku heran sembari mengernyit. "Mas yang kecepetan atau aku yang masaknya kesiangan?""Enggak kok." Lelaki berseragam batik itu merengkuh pinggangku dengan manja. Bibirnya kemudian datang untuk memberikan sebuah lumatan dalam. "Mas memang sengaja pulang lebih awal, Yang. Mumpung di kantor lagi enggak terlalu banyak kerjaan. ""Oh, gitu. " Aku mengangguk paham. "Tapi masakannya belum mateng. ""Enggak apa. Belum laper banget kok. Mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   92. Lihatlah Aku Di Sini

    Itu adalah rumah yang sangat besar. Pekarangannya luas dan indah. Tiang penyangga di desain menyerupai istana, begitu tinggi dan kokoh. Aku tak bisa berhenti menatap kagum ke seluruh penjuru rumah mertuaku selayaknya orang kampung yang norak. Aku tak menyangka bahwa kediaman keluarga Purwoko semegah ini. Melebihi bayanganku dulu saat penasaran karena hanya bisa melihat dari jauh isi rumah ini ketika tak sengaja lewat. Dulu aku ingin sekali masuk ke dalam rumah ini karena penasaran. Dan sekarang aku merasa begitu bahagia karena salah satu keinginanku yang semula rasanya mustahil menjadi kenyataan. Bahkan yang lebih tak kusangka lagi, kesempatan memasuki rumah ini aku dapatkan dengan status istri dari putra tunggal sang pemilik. Apa yang lebih membanggakan dari itu? Tak ada. Ini sudah sangat sempurna. Seperti mimpi yang menjelma menjadi nyata.Ya tentunya akan sangat sempurna jika mertuaku bisa menerimaku dengan baik. Nyatanya, tidak. Beliau, membenciku. *"Kau sudah sampai, Nak?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   92. Dipuji Ayah Mertua

    "Yang?! "Aku berjengit kaget ketika sepasang lengan kekar memeluk perutku dari belakang. Hampir saja aku menjatuhkan spatula yang kupegang. "Mas? ""Aku cariin dari tadi. Ternyata kamu di sini. "Aku bergerak gelisah sembari mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Mas Suryo. Dia ini seperti tak punya malu. Main peluk-peluk sembarangan padahal di dekat kami ada orang lain. "Aku bantuin Mbok Yem masak. "Bahu tegap itu kudorong lembut agar tak terlalu menempel. Saat aku mengalihkan tatapan ke arah si Mbok yang tengah malu-malu memandang kedekatan kami, aku hanya bisa meringis tak enak. "Mas tadi kemana? ""Ngobrol sama ayah, " jawabnya singkat. "Ini udah selesai semua, Mbok? ""Udah, Den. Syukur banget dibantuin Non Sufi jadi bisa selesai lebih cepat. ""Aku cuma bantu sedikit, kok, Mbok. ""Non ini suka merendah. Hampir setengahnya Non Sufi yang masak sama buat bumbunya lho. "Aku menggaruk pipi dengan canggung. "Semoga aja rasanya enggak aneh, ya. ""Pasti enak, kok. " Aku melotot

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   103. Persekongkolan Busuk

    " Belum tidur, Yang?" Aku mengalihkan mataku dari pemandangan gelapnya malam dibalik jendela kaca ketika kudengar mas suryo memasuki kamar. Pria tampan itu kini terlihat lusuh. Kemeja yang ia kenakan dari siang masih ia pakai padajal sudah lecek dan kusut. Sinar wajahnya begitu lelah. Sepertinya obrolan panjang duamiku bersama ayah dan beberapa orang penting di kelurahan cukup alot dan banyak memguras energinya. Ia yang biasanya penuh dengan semangat pun kini hanya bisa terduduk diranjang dengan lesu. "Maaf ya, mas. Aku nggak bisa bantuin apa-apa." Aku mendekatinya dan duduk berhadaoan. "Aku cuma bisa bikin kekacauan." "Sst, sudah beraoa aku bilang sih sayang, ini semua bukan salah kamu." Ia berucap lembut sembari merengkuhku dalam oelukan. "Kamu jangan mikir yang macam-macam. Mas bakalan jagain kamu, nggak bakalan bikin kamu kenapa kenapa. Semuanya bakal mas beresin seceoatnya. " Aku mengangguk, makin merangsek dalam pelukannya yang hangat. "Aku percaya kamu, mas." "Kita bisa

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   102. Jaga Jarak Aman

    Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi?Aku meremas jemariku dengan hati gekisah. Mas suryo masih bungkam namun dari raut wajahnya yang tegang aku tau bahwa semuanya tidak baik baik saja.Siapa yang menghubunginya tadu? Kabar apa yang diterimanya? Sebegitu buruk ya kah sampai suamiku terguncang seperti ini?"Mas?"Tak sanggup menahan diri lebih lama dalam keterdiaman, akuoun memecah kesunyian yang mencekam itu dengan memanggilnya pelan. "Sebenarnya ada apa?" Aku memegang oengannya lembut.Mas suryo menoleh. Dari raut wajahnya aku tau pikirannya kini tengah berkecamuk."Nanti, yang..." Ia balas menggenggam jemariku, menyalurkan kekuatan. " Nanti aku jelasin semuanya. Yang pentingbkita harus pergi ke tempat yang aman duku."Meskipun belum cukup puas karena beoum mendapatkan jawaban yang aku inginkan namun sekarang aku hanya bisa menurutinya. Aku harus menahan diri dan bersabar sebentar.Tak lama berkendara aku akhirnya tau kemana mas suryo membawaku. Itu adalah kediam utama kedua

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   101. Semua Orang Akhirnya Tau

    hari ini aku bangun dengan tubuh super lemas. Bedanya, kemarin karena aku digemour habis habisan olehas suryo semalaman suntuk, sementara hari ini entah katena apa. Mungkin aku sedang tak enak badan, kena gejala fDualu, atau masuk angin, entahlah. Yang jelas, saat aku terbangun aku sudah tak memikiki energi. Mulutku terasa pahit, mual juga masih sering hilang timbul. Udaea pegunungan yang biasanya kurasakan segar malah kini membuat tububku memggigil bak orang pesakitan. Aneh sekali...aneh... "Makan duku ya? Dari kemarin kamu belum makan yang?" Mas suryo menyendokan sop hangat yang kutolak mentah-mentah. Aku caoek mencoba menelan apapun karena nantina akan kumuntahkan juga semuanya. Lebih baik tak makan saja sekalian walaupun jadinya oemas begimi. "Dikit aja, sayang. Kalo iamu kayak gini terus kaoan sembuhnya?" "Tapi aku mual," aku menatap mas suryo dengan mata berkaca akaca. Mas suryo menghela nafas oanjang, lelah juga mu gkin menghadapiku yang dalam mode keras kepala. "Atau ma

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   99. Selayaknya Gejala

    Aku mengerjap dan menghela nafas panjang begitu mendengar mas suryo terus terusan bergerak gelisah di belakang. Ini sudah hampir tengah malam, waktunya untuk terlelap namun pria besar itu dari tadi belum juga mau tidur. Aku yang sudah sangat mengantuk karena seharian lelah jalan-jalan kesana kemari pada akhirnya jadi terganggu oleh tingkah polah suamikuyang entah sedang kesurupan apa sampai tak mau diam bagai cacing kepanasan. "Kenapa sih mas? " Aku yang jengah dengan sikap suamiku pun membalikan badan untuk berbaring menghadapnya. Mas Suryo terkejut. Ia mengerjap beberapa kali sebelum merangsek mendekat. Entah mengapa setelah itu ia beberapa kali kedapatan menghela nafas panjang seolah sedang menenangkan diri. Suamiku ini kenapa sih? "Kenapa bangun? Udah tidur aja gih, " ujarnya singkat. Tangannya mengelus pipiku dengan lembut. Jakunnya naik turun seperti kesusahan menelan air liur. Sikapnya ini benar benar aneh. Apa mas Suryo tengah menyembunyikan sesuatu? "Gimana mau tidur

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   98. strawberry

    Tubuhku remuk. Semuanya terasa sakit sekali sampai rasanya aku tak mampu bergerak sedikitpun dari kasur. pergulatan kami semalam sungguh menguras energiku sampai tak bersisa. bahkan mungkin aku harus bersyukur dengan kenyataan tak sampai jatuh pingsan, walapun tentu saja terbaring lemah seperti ini pun sangat menyiksa. "Sarapan dulu, Yang." Aku menoleh penuh kemalasan ketika Mas Suryo memasuki kamar dengan membawa dua mangkuk bubur ayam dan teh hangat. Melihat lelaki itu yang sudah rapi menggunakan stelan kasual, segar bugar dan bahkan wajahnya begitu bercahaya membuatku mendengsus. Tiba tiba saja aku merasa jengkel sendiri. Kenapa suamiku bagai baru disuntik satu ton vitamin sementara keadaanku layaknya korban yang habis hanyut terkena banjir bandang begini sih. "Kenapa lagi? Kok malah cemberut?" Ia duduk di sampingku yang masih rebahan. Tangannya mengelusi wajah yang luar biasa lusuh. "Ya gara gara siapa badanku remuk kaya habis ditabrak gerobak!" Bukannya menyesal mas Su

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   97. Meledak Nikmat

    Tak mendapatkan respon positif seperti yang aku bayangkan sebelumnya--bahwa Mas Suryo akan senang melihatku berpakaian minim--aku yang cukup kecewa akhirnya hanya bisa menunduk setelah mencelupkan diri pada air kolam. Kepulan uap hangat terangkat ke udara, menciptakan kabut tipis di antara udara pegunungan yang dingin. Aku duduk di samping suamiku yang terus terdiam. Di antara kami ada jarak, tak terlalu lebar memang, namun tetap saja aku merasa sedih karena Mas Suryo benar-benar tak menanggapi dengan antusias usahaku untuk menyenangkannya. Apa sekarang ia berpikir aku norak? Apa kain kurang bahan yang kupakai ini sangat jelek sehingga dia bahkan tak berniat melirikku? Apa aku terlihat murahan? Tapi dia suamiku. Bukankah hal yang wajar memakai pakaian seksi di depan suami? Apakah sebenarnya ia tak suka jika pasangannya berlaku agresif seperti ini? Apa aku sudah berlebihan? "Mas? " Aku memanggil dengan lirih. Menautkan jemari dan meliriknya yang sekarang seolah menjelma jadi patu

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   96. Honeymoon Dadakan

    Aku menatap takjub sekelilingku yang menampilkan pemandangan dari ketinggian. Dari sini aku bisa melihat rumah-rumah di bawah sana terlihat begitu kecil. Di bawah payung lebay yang menaungi kami dari terik matahari, aku dan Mas Suryo rehat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang. Ia bilang penginapan yang kami tuju masih setengah jam lagi sampai. Karena hari sudah siang dan kami merasa lapar, kami pun akhirnya mampir dan memesan satu set nasi rames di warung pinggir jalan. Jalanan cukup ramai karena ini memang sedang masanya libur panjang. Banyak orang dari berbagai kota yang datang ke daerah pegunungan ini untuk melepas penat. Pemandangan serba hijau ini tentunya sangat tepat untuk dijadikan penyegar mata. Menyeruput teh hangat, aku menyendok menu makan siangku dengan riang. Di hadapanku Mas Suryo sedang mengunyah setusuk sate kambing, nasi ramesnya sudah lebih dulu ia habiskan sejak tadi. Seperti biasa, perutnya yang seperti karet itu tak akan kenyang sebelum dijejali seti

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   95. Diledek Habis-Habisan

    Aku menggeliat kecil dan membuka mata. Meraba bawah bantal dan menemukan ponsekku berada. Sudah hampir pukul setengah lima pagi. Menoleh ke samping, aku menemukan Mas Suryo yang masih terlelap. Ia tidur dalam posisi tengkurap hingga punggungnya yang lebar dan polos terpampang nyata pada dunia. Mengguncang bahunya beberapa kali, aku kemudian berbisik lirih di dekat telinganya. "Mas, bangun. Udah mau subuh. Mandi yuk. "Pria itu hanya menggeliat. Matanya enggan terbuka. Aku terkekeh kecil dan dengan sabar memberikan beberapa kecupan di pipinya. "Mas... Ayo bangun.""Ngantuk, Yang.... Hngggg. " Kini pria itu bergerak telentang. Aku menunggu hingga akhirnya matanya perlahan terbuka sebelum beringsut dan memberinya satu kecupan lagi tepat di rahangnya yang tegas. "Yuk, mandi sekarang. Mumpung masih sepi. "Ia menolehkan kepala padaku sebentar sebelum mengangguk. Tapi sebelum benar-benar bangkit, tangannya lebih dulu terulur meraih pinggangku mendekat hingga tubuh kami yang masih polos d

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   94. Bermalam Di Rumah Bapak

    "Mas? " Bagaimana bisa suamiku ada di sini sekarang? Apakah ia tahu bahwa aku pergi dan langsung menyusul kesini? "Yang! " serunya sembari mencopot helm dengan tergesa. "Kamu kenapa ninggalin aku?! " Aku tak tau mengapa ia kesal karena seharusnya aku lebih kesal sekarang. Memang siapa yang tak akan kesal jika disuruh membiarkan suaminya menginap dengan wanita lain? Meskipun Mbak Melinda masih berstatus istrinya tapi tetap saja aku sakit hati. Apalagi setelah itu aku juga diusir begitu saja tanpa perasaan. Hewan pun juga bakalan menangis jika diperlakukan dengan begitu tega! Apalagi manusia biasa sepertiku? "Kenapa? Bukannya ibumu menyuruh Mas buat nginep sama Mbak Melinda? " Aku menatapnya memicing. Aku tau Mas Suryo tidak salah karena ia tak tau dengan rencana ibu mertua, tapi entah mengapa aku ingin melampiaskan kekesalanku padanya. "Kenapa Mas malah nyusul kesini? Sana tidur sama menantu kesayangan ibumu itu. Dia pingin kalian rujuk kan! " "Kok kamu marah-marah sih, Yang?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status