Seorang wanita berusia di awal tiga puluhan dan seorang lelaki yang tampaknya lebih muda berjalan ke arah kelompok pemuda dengan Qiana yang terperangkap di antara mereka. Si wanita mengenakan wig merah muda lurus dengan panjang melewati punggung. Bajunya terusan ketat lengan panjang selutut berwarna perak. Sepatunya high heels lima belas senti. Wajahnya terlihat jauh lebih muda dari usianya.Sementara si lelaki seorang bertubuh tinggi besar mengenakan kaos dan jaket kulit hitam. Rambutnya serupa duri-duri yang mencuat dari kepalanya. Wajahnya kaku tanpa ekspresi. Sikapnya lebih sebagai pengawal dibanding pasangan.Pemuda bertubuh tinggi yang tadi menampar Qiana menatap terpesona pada si wanita begitu pun yang lainnya. Jalanan Dixon akhir-akhir ini makin suram saja dan langka dari pemandangan seperti hari ini. Kapan lagi mereka bisa melihat gadis-gadis cantik berseliweran. Biasanya malam hari jalanan lebih sebagai etalase bagi pelacur bermake up tebal dan para hidung belang. Sedangka
Qiana tercengang dengan pemandangan sepanjang jalan. Semakin malam, daerah itu menjadi semakin ramai dengan para penjaja cinta. Pengemis dan gelandangan tidur sembarang di depan bangunan yang tutup. Para preman terlihat mengganggu pejalan kaki yang lewat. Semua itu tidak pernah dilihatnya di Yardley.“Apa kota ini sangat miskin?” Qiana tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu karena tidak tahan lagi.“Hanya daerah Dixon.” Darla mengikuti arah pandang Qiana. “Dixon bagian Nortbert yang paling suram. “Kenapa bisa?”Darla mengangkat bahu. “Entahlah. Mungkin ada orang-orang yang tak ingin tempat ini menjadi lebih baik.”“Apa kau tak ingin pindah?”Darla tertawa. “Sebenarnya, aku ingin juga. Tapi kupikir kehidupanku cukup baik di sini.”Qiana bisa melihatnya. Dibandingkan orang kebanyakan, Darla terlihat lebih baik Mereka tiba di depan sebuah bangunan tiga lantai yang di depannya terdapat sebuah papan neon dengan tulisan Blood of Devil. Orang-orang ramai berjalan masuk melewati pintu yang di
“Kenapa tidak? Aku kenal beberapa gadis yang berpacaran dengan orang-orang kaya.”“Eh, Kakak. Aku tidak punya pacar seperti itu. Kalau tidak, dia pasti akan mencariku.” Qiana kelabakan membantah. Itu terdengar seperti ditujukan padanya.“Hm.” Darla memikirkan kemungkinan lain tapi tak menemukannya. “Kau pergilah beristirahat. Aku akan ke bawah dulu. Klub malam ini sangat ramai. Sering terjadi keributan. Jadi aku harus berjaga-jaga untuk membereskannya.”Namun sebelum Darla beranjak pergi, Qiana teringat sesuatu. “Kau katakan terjebak di sini. Apa maksudnya?”Darla sudah bangkit berdiri dari duduknya saat dia berkata, “Ada satu hal yang harus kau ketahui. Siapa pun yang masuk ke Dixon, dia tidak akan bisa keluar dengan mudah.”“Kakak, jangan bercanda. Kau membuatku takut. Maksudmu, aku tidak bisa keluar begitu saja dari Dixon. Kenapa? Apa ada aturan yang melarang orang untuk keluar dari sini?”“Jalan utama keluar Dixon selalu dijaga oleh orang-orang Loko. Mobil-mobil yang membawa bara
Semua mata menatap gadis dengan rambut pendek berwarna coklat yang bernyanyi dengan penuh penghayatan. Klub yang biasanya riuh saat itu menjadi sunyi. Hanya suara lembut sang penyanyi baru yang memenuhi ruangan. Qiana telah mencoba berlatih sepanjang siang. Hanya dua lagu. Keduanya lagu favoritnya sewaktu sekolah dulu. Musim Semi Tanpamu yang membuatnya kehilangan beberapa lirik karena tiba-tiba teringat ibunya dan Kekasih Terakhir yang dinyanyikannya dengan perasaan melayang-layang karena tidak tahu harus menghubungkannya dengan siapa. Ned Zavier tidak masuk dalam kategorinya.Tepuk tangan memenuhi udara klub bercampur dengan riuh pujian dan permintaan beberapa lagu lagi. Tapi Qiana keburu menghilang ke balik tirai dan berusaha menghapus sisa airmatanya.“Suaramu bagus. Semua menyukainya. Kau bilang tidak pandai menyanyi.” Darla tiba-tiba muncul di belakangnya. Malam ini dia memakai wig berwarna biru terang. “Dulu aku pernah ikut les vokal. Tapi sudah lama.” Qiana menarik wig cokla
“Thomas Delamo.” Loco bergumam lalu terkekeh sendiri. Qiana baru saja menceritakan padanya bagaimana dia dari Yardley bisa sampai ke Dixon. Dan nama Thomas Delamo bagi Loco terdengar seperti sebuah lelucon. Dia tidak terlihat takut sama sekali.“Jadi Paman, aku harus segera pergi dari sini. Kalau tidak lelaki menakutkan itu akan mencariku hingga Dixon dan mengacaukan daerah yang damai ini.” Qiana mencoba memberi alasan bagi Loco untuk membiarkannya pergi dengan menghubungkannya pada ‘keamanan Dixon’. Dia pikir Loco tidak akan suka jika daerah kekuasaannya menjadi kacau oleh sesuatu yang bukan urusannya.“Kau ingin pergi? Lalu siapa yang akan bernyanyi di sini? Aku berjanji akan lebih sering datang untuk melihatmu bernyanyi dan memberi tip yang besar.” Loco menepuk pipi Qiana yang wajahnya sudah merengut karena penolakannya. “Lagipula, apa kau punya uang? Darla pasti sudah memberitahu aturannya. Selama kau tidak mampu membayar uang tebusannya, kau tetap menjadi rakyatku di sini,” uja
“Qiana!” Darla nyaris pingsan mendengar ucapan Qiana. Wajahnya memerah. Qiana cuma tertawa melihat Darla yang menjadi sangat malu karenanya. Lagi-lagi dia mengabaikannya. “Tapi aku tidak tahu bagaimana memanggilmu nanti. Mungkin aku akan mengubahnya menjadi “kakak’ kalau kalian menikah.”Astaga!Darla di sebelah Loco memijit keningnya. Dia merasa menyesal telah mengenalkan Qiana pada Loco. Gadis ini semalam tidak terlihat pandai bicara seperti sekarang. Saat itu dia terlihat sangat kasihan.“Apa menurutmu kami cocok sebagai pasangan?” Loco juga tidak mempedulikan Darla. Dia tertarik mendengarkan pendapat Qiana.“Kalian akan menjadi pasangan yang sempurna. Kau akan membuat Dixon jadi lebih baik karenanya. Lalu anak-anak kalian akan tumbuh sebagai anak-anak yang tampan dan cantik, pandai dan hebat. Mereka akan menjadikan Dixon distrik terbaik di Nortbeth.” Sesungguhnyalah Qiana sedang menyindir kondisi Dixon yang menyedihkan saat ini. Dan harapan dalam kata-katanya diucapkan dengan kes
Qiana menghentikan langkah dan berbalik. Untuk sejenak dia seperti tengah menimbang-nimbang. “Maaf, Edrick. Malam ini aku sudah lelah. Kurasa lain kali saja.” Dia kembali berbalik dan melanjutkan langkah dengan acuh.Edrick tidak berkata apa-apa demi mendengar penolakan Qiana. Tapi teman di belakangnya bergumam menghasut. “Sombong sekali gadis baru itu. Dia pasti belum mengenalmu.”Edrick terkekeh. “Tidak masalah. Aku pasti akan mendapatkannya juga nanti.”“Tapi siapa sebenarnya dia? Kenapa gadis itu naik ke lantai atas? Apa dia tinggal dengan Nona Darla?” Seorang teman Edrick yang satunya buka suara.Mereka masih berdiri di sana mengawasi Qiana yang melenggang menaiki tangga.“Darla bukan siapa-siapa. Dia cuma wanita murahan yang menumpang hidup di distrik ini. Kalau ayahku menginginkan, dia bisa menutup klub ini dalam satu perintah.” Edrick sangat bangga dengan ayahnya. Dia selalu membawa-bawa nama ayahnya untuk setiap urusan. Persis seperti anak kecil.“Tapi kupikir Loco melindungi
“Tuan Banks, jangan kurang ajar. Aku tidak berkencan untuk uang.” Qiana merasa tersinggung. Dia memang memerlukan uang dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Tapi tidak termasuk menjual diri.Edrick terkekeh. “Tidak usah tersinggung seperti itu. Aku tahu semua orang menyukai uang. Termasuk kau. Jangan malu-malu seperti itu.”Qiana merasa mual. Tidak ada gunanya bicara dengan orang yang otaknya sudah tersumbat seperti ini. Dia bermaksud meninggalkan Edrick, tapi lelaki itu menghalangi jalannya. “Tuan Edrick Banks, sebaiknya kau tidak menghalangi jalanku!”“Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Berteriak? Ayahku adalah walikota Dixon. Tidak ada yang akan peduli apa pun yang akan kulakukan padamu. Kalaupun peduli, mereka tidak akan berani.” Edrick maju selangkah demi selangkah. Mendorong posisi Qiana ke sudut yang lebih gelap.“Kemarilah. Kurasa Darla tidak akan keberatan jika kita memakai kamarnya untuk malam ini.” Tangan Edrick sudah gatal ingin merasakan kelembutan kulit g
Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis
“Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah
Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke
“Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh
Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m