Home / Romansa / Perangkap Sang Penguasa / Bab 52. Qiana Menghilang (2)

Share

Bab 52. Qiana Menghilang (2)

Author: Lafiza
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah berkendara selama setengah jam, mereka akhirnya berhenti di depan sebuah villa di pinggiran kota Yardley. Hujan sudah berhenti beberapa menit sebelumnya, tapi langit masih belum cukup cerah.

Cheryl membuka sabuk pengamannya, mendorong pintu mobil dan keluar dengan tergesa. Di sisi yang lain, Qiana mengerutkan alisnya. Dia sedikit mengigil karena tubuhnya yang basah kuyup, tapi dia tak begitu menghiraukan dirinya. Bangunan di depannya memiliki warna serupa dengan tempat yang ingin dia datangi. Namun tak ada tulisan ‘rumah sakit' di depan sana.

“Ayo turun!” Cheryl membukakan pintu bagi Qiana.

“Ini bukan rumah sakit.” Qiana menatap Cheryl meminta penjelasan.

“Memang bukan. Kita akan ke sana nanti. Kau ganti pakaianmu yang basah dulu di dalam.”

Qiana menurut. Rasanya memang sangat dingin. Jadi dia keluar dari mobil dan mengiringkan langkah Cheryl ke dalam.

Sambil berjalan Cheryl menghubungi seseorang dan berkata dengan tidak sabar, “Bisakah lebih cepat lagi? Kenapa helinya belum s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 53. Thomas

    Ini adalah kali pertamanya Qiana naik helikopter. Gadis itu seperti melupakan tujuannya semula mengendarai angkutan udara itu. Dia terlihat gembira dan terus melongok ke bawah pada daratan yang mengecil.Cheryl di sebelahnya malah kebalikannya, terlihat tidak senang. Rencana menyingkirkan gadis ini malah membawa kegembiraan kecil padanya. Dia berjanji, setelah ini Qiana tidak akan bisa tertawa lagi.Dia sudah menghubungi seseorang yang dikenalnya di kota Norbert. Kenalannya itu pasti punya banyak ide untuk membalaskan sakit hatinya pada Ned melalui gadis ini. Sesuatu yang akan membuat Ned menyesal telah menolaknya.Mereka tiba di bagian kota yang berbatasan dengan daerah paling kumuh. Tempat yang didatangi adalah sebuah bangunan lama yang cukup terawat dan memiliki tempat terbuka yang diperlukan untuk mendarat. Beberapa orang lelaki bertampang muram menyambut mereka.“Nona Cheryl, selamat datang di kota terlarang.” Si lelaki bertubuh tinggi besar berkata sambil terkekeh. Wajahnya ter

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 54. Dikurung

    Thomas melihat pada Cheryl yang segera memberi kode dengan melintangkan telunjuknya di kening. Gadis ini tidak waras.Kali ini Thomas yang menjawab, “Sweety, rumah sakit sedang tutup hari ini. Apa kau tidak tahu?” Suaranya berat dan besar. Sangat tidak cocok saat mengucap ‘sweety’.“Benarkah?” “Hm, lebih baik kau istirahat dulu malam ini. Besok baru pergi ke rumah sakit.” Cheryl menambahkan. Dia sangat ingin segera menyingkirkan gadis ini dari sisinya. Selama beberapa jam ini dia benar-benar sakit kepala dibuatnya.“Tapi, bagaimana dengan ibuku?” Raut Qiana terlihat cemas.“Dia pasti akan baik-baik saja.” Cheryl berpaling pada Thomas dan berkata, “Aku harap tempat ini cukup nyaman untuk istirahat.”“Jangan khawatir. Tempat ini tidak seperti kelihatannya. Di dalam jauh lebih baik. Ayo masuk.”Mereka masuk dengan Thomas berjalan paling depan. Qiana dibelakang dengan tiga lelaki yang melangkah berjarak di kiri kanannya. Cheryl sendiri menyusul di belakangnya lagi.Yang dikatakan Thomas m

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 55. Rencana untuk Kabur

    Tangan yang berpegangan pada teralis tampak gemetar. Bayangan-bayangan kejadian yang sempat mengendap di dasar ingatan mulai berkelebatan. Rumah sakit, ruang perawatan, ruang operasi, pemakaman. “Ibu.” Qiana bergumam. Ada kabut yang menggantung di matanya. Lututnya lemas. Tubuh Qiana kemudian merosot ke lantai. Dia terisak. Seluruh kesedihan yang tertahan selama beberapa hari tumpah bersama airmata.“Ibuuu....” Qiana memanggil berulang-ulang. Salah satu hal yang paling disesalinya adalah dia belum bisa membuat ibunya bahagia. Ibunya meninggal di saat Qiana masih belum sepenuhnya berdiri tegak.Lalu wajah ayahnya saat mengusir mereka dari rumah melintas. Bergantian dengan wajah-wajah lainnya. Orang-orang yang telah mengambil kebahagiaan mereka. Ibu dan adik tirinya. Nenek, paman dan sepupu. Setelah beberapa saat, Qiana sudah mulai bisa mengendalikan diri. Dia bersandar ke dinding kamar dan berusaha menyatukan semua ingatan hingga dia bisa sampai ke tempat ini.Siapa orang-orang itu

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 56. Melarikan Diri

    Seseorang itu ambruk ke lantai. Dia bahkan tidak sempat melihat orang yang sudah membuatnya terjatuh. Hanya terdengar erangan kesakitan sesaat sebelum kemudian tak sadarkan diri. Ada aliran darah yang turun dari bagian kepalanya yang terluka dan menjadi tetesan berwarna merah pekat ke lantai.Qiana gugup melihat hasil dari pukulannya. Itu di luar dugaan. Dia berharap orang yang ternyata adalah Aland itu masih hidup. Setelah memeriksa keadaan lorong dan memastikan tak ada siapa pun, bergegas Qiana keluar kamar. Dia memacu langkah ke arah bagian belakang bangunan. Setelah melewati lorong yang tidak terlalu panjang dengan beberapa kamar di kiri kanannya, Qiana menemukan sebuah pintu keluar yang tidak terkunci.Halaman belakang tampak tidak terawat. Rumput-rumput tumbuh meninggi dan liar. Beberapa pohon besar berada di sisi dalam tembok pembatas dari pemukiman di luar.Qiana sudah memikirkannya selama beberapa jam. Pemukiman yang tak tertata baik itu sangat tepat sebagai jalan meloloskan

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 57. Dixon

    Qiana berjalan dengan perlahan. Sesekali dia meringis menahan rasa nyeri di kakinya. Ada perasaan cemas yang makin menjadi. Dia tidak mengenal siapa pun di sini. Dimana dia akan bermalam? Sementara malam akan semakin larut. Dia pun sudah kelelahan dan lapar. Di depan sebuah bangunan yang tampaknya sudah tidak ditinggali lagi, sekelompok pemuda tampak berkumpul sambil sesekali mengganggu pejalan kaki yang lewat. Jarak antara mereka dan Qiana sudah cukup dekat waktu gadis itu menyadari bahwa akan terjadi masalah. Sudah terlambat untuk berbalik arah. Mereka sudah melihatnya.Qiana menghentikan langkahnya saat seorang dari mereka yang bertubuh gemuk mendekat. Dia terlihat senang ketika melihat Qiana. Di belakangnya, tiga pemuda lain mengiringkan.“Hallo, Nona cantik. Apa kau sendirian? Mau kutemani?” Si gemuk pendek bicara sambil tertawa-tawa.“Bagaimana kalau kau pilih salah satu di antara kami untuk menghabiskan malam ini?” Seorang yang lain yang bertubuh paling tinggi bicara.“Tapi

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 58. Darla

    Seorang wanita berusia di awal tiga puluhan dan seorang lelaki yang tampaknya lebih muda berjalan ke arah kelompok pemuda dengan Qiana yang terperangkap di antara mereka. Si wanita mengenakan wig merah muda lurus dengan panjang melewati punggung. Bajunya terusan ketat lengan panjang selutut berwarna perak. Sepatunya high heels lima belas senti. Wajahnya terlihat jauh lebih muda dari usianya.Sementara si lelaki seorang bertubuh tinggi besar mengenakan kaos dan jaket kulit hitam. Rambutnya serupa duri-duri yang mencuat dari kepalanya. Wajahnya kaku tanpa ekspresi. Sikapnya lebih sebagai pengawal dibanding pasangan.Pemuda bertubuh tinggi yang tadi menampar Qiana menatap terpesona pada si wanita begitu pun yang lainnya. Jalanan Dixon akhir-akhir ini makin suram saja dan langka dari pemandangan seperti hari ini. Kapan lagi mereka bisa melihat gadis-gadis cantik berseliweran. Biasanya malam hari jalanan lebih sebagai etalase bagi pelacur bermake up tebal dan para hidung belang. Sedangka

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 59. Blood of Devil

    Qiana tercengang dengan pemandangan sepanjang jalan. Semakin malam, daerah itu menjadi semakin ramai dengan para penjaja cinta. Pengemis dan gelandangan tidur sembarang di depan bangunan yang tutup. Para preman terlihat mengganggu pejalan kaki yang lewat. Semua itu tidak pernah dilihatnya di Yardley.“Apa kota ini sangat miskin?” Qiana tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu karena tidak tahan lagi.“Hanya daerah Dixon.” Darla mengikuti arah pandang Qiana. “Dixon bagian Nortbert yang paling suram. “Kenapa bisa?”Darla mengangkat bahu. “Entahlah. Mungkin ada orang-orang yang tak ingin tempat ini menjadi lebih baik.”“Apa kau tak ingin pindah?”Darla tertawa. “Sebenarnya, aku ingin juga. Tapi kupikir kehidupanku cukup baik di sini.”Qiana bisa melihatnya. Dibandingkan orang kebanyakan, Darla terlihat lebih baik Mereka tiba di depan sebuah bangunan tiga lantai yang di depannya terdapat sebuah papan neon dengan tulisan Blood of Devil. Orang-orang ramai berjalan masuk melewati pintu yang di

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 60. Sebuah Tawaran Pekerjaan

    “Kenapa tidak? Aku kenal beberapa gadis yang berpacaran dengan orang-orang kaya.”“Eh, Kakak. Aku tidak punya pacar seperti itu. Kalau tidak, dia pasti akan mencariku.” Qiana kelabakan membantah. Itu terdengar seperti ditujukan padanya.“Hm.” Darla memikirkan kemungkinan lain tapi tak menemukannya. “Kau pergilah beristirahat. Aku akan ke bawah dulu. Klub malam ini sangat ramai. Sering terjadi keributan. Jadi aku harus berjaga-jaga untuk membereskannya.”Namun sebelum Darla beranjak pergi, Qiana teringat sesuatu. “Kau katakan terjebak di sini. Apa maksudnya?”Darla sudah bangkit berdiri dari duduknya saat dia berkata, “Ada satu hal yang harus kau ketahui. Siapa pun yang masuk ke Dixon, dia tidak akan bisa keluar dengan mudah.”“Kakak, jangan bercanda. Kau membuatku takut. Maksudmu, aku tidak bisa keluar begitu saja dari Dixon. Kenapa? Apa ada aturan yang melarang orang untuk keluar dari sini?”“Jalan utama keluar Dixon selalu dijaga oleh orang-orang Loko. Mobil-mobil yang membawa bara

Latest chapter

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 125. Makam Diana Allard

    Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 124. Pengantin Wanita Ned Zavier

    Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 123. Bukan yang Asli

    “Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 122. Pesta Pernikahan

    Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 121. Kunjungan Ibu Mertua

    “Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 120. Pasti Kau Membuat Masalah

    Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 119.  Jebakan di Klub

    “Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 118. Tuan Asher Diberhentikan

    “Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 117. Bertemu Presdir Imperial Corp

    “Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m

DMCA.com Protection Status