Qiana terperangah begitu mendengar permintaan Ned. Tubuhnya menjadi kaku seketika. "Cium aku, kau dengar? Anggap saja sebagai ucapan terima kasih pada seorang pacar." Ned kelihatan tidak sabar saat melihat Qiana yang tampak linglung."I… ini…. Aku…." Qiana menjadi gugup. Dia merasa serba salah. Kalau dia menolak, itu berarti dia telah menjadi seorang kekasih yang tidak patuh."Kau tidak mau?" Ned mendekatkan wajahnya yang menawan. "Kau berjanji akan menjadi gadisku yang penurut.""Bukan begitu…." Qiana menggigit bibir bawahnya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menolaknya.Tingkah Qiana dan ekspresinya yang kebingungan seperti itu malah membuat Ned gemas.Tiba-tiba saja wajah Ned sudah ditarik dan sebuah ciuman cepat mendarat di bibir lelaki itu. Setelahnya Ned yang terpana melihat Qiana yang melompat turun dari pangkuannya dengan tersipu. Gadis itu memanfaatkan kelengahan Ned untuk melepaskan diri.Ned mematung di tempatnya. Itu sama sekali bukan ciuma
"Apa?! Se… seratus ribu?!" Ibu Qiana nyaris histeris. Jumlah itu sangat besar bagi mereka saat ini. "Untuk apa kau pinjam uang sebesar itu?"Jantung ibu Qiana berdebar lebih cepat. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Dia memegangi dadanya dan mencoba menenangkan diri. "Seratus ribu? Qiana… tahukah kau berapa banyak jumlah itu?""Ibu, tenanglah sedikit." Qiana mengambilkan air minum untuk ibunya dan membantu wanita itu minum.Setelah meneguk sedikit air yang diberikan putrinya, nyonya Diana Allard menjadi sedikit lebih tenang. Namun keluhannya masih terdengar. "Qiana, bagaimana kau bisa berpikir meminjam sebanyak itu? Bagaimana kita bisa mengembalikannya?""Ibu, dengar dulu." Qiana bermaksud mengatakan kebenarannya. Setelah menarik napas panjang gadis itu melanjutkan kata-katanya. "Sebenarnya tadi pagi dokter memberitahuku bahwa ibu… ibu harus menjalani operasi…."Ada keheningan sejenak di dalam ruangan itu. Sementara pasien dan keluarganya masing-masing telah t
Hotel Phoenix, sesaat setelah kepergian Qiana. Ned Zavier mengangkat wajahnya saat Nick sang asisten memasuki ruang kerjanya. Wajah Nick terlihat tegang. Dia membawa sebuah berita yang menurutnya akan membuat tuannya cukup terganggu. "Tuan Jackson kembali. Orang kita yang di tempatkan di bandara melaporkan kedatangannya kemarin." Nick memberanikan menatap tuannya mencoba melihat reaksinya.Namun Ned terlihat tenang. Dia hanya bersandar sambil melihat pada Nick dengan dingin. " Kemarin?""Benar, Tuan….""Kau bilang kemarin?" Ned tertawa pelan. "Sejak kapan kau menjadi lambat? Aku sudah mendapat laporan dari orang kita yang mengawasi Adam di luar negeri kalau teman tersayangku itu telah menaiki penerbangan ke kota ini tiga hari yang lalu."Nick seperti dihantam dengan keras pada wajahnya. Tiga hari yang lalu? Bagaimana pihak mereka di bandara baru mengatakan bahwa tuan Jackson datang kemaren?"Dia pergi ke Blackstone di
"Kalau aku harus mengganti kerusakan mobilmu, lalu siapa yang akan mengganti kerusakan mobilku?" Adam tampak sangat tenang saat mengatakan itu.Lelaki itu semakin marah begitu mendengar kata-kata yang dilontarkan Adam. Baginya itu terdengar seperti sebuah lelucon yang tidak lucu. "Kau menabrakku, jadi kau harus bertanggung jawab!"Semua orang yang kebetulan berada di tempat kejadian dapat melihatnya, mobil Adam memang menabrak mobil si lelaki yang tampak gusar. Namun semua juga tahu, kalau Adam tidak membenturkan mobilnya, mobil si lelaki itu akan menabrak Qiana yang tengah menyeberang jalan. Beruntung gadis itu hanya sedikit terserempet dan jatuh. Seandainya dia benar-benar tertabrak, tidak mustahil dia akan terluka sangat parah atau malah mungkin tewas seketika."Kau hampir menabraknya." Suara Adam masih terdengar datar tanpa emosi "Omong kosong!" Lelaki itu membantah tanpa mempedulikan tatapan mencela orang-orang di sekelilingnya. "Kalau tidak
"Tuan…." Qiana maju selangkah ke depan. Sikapnya seperti seorang yang tengah berusaha melerai. Sementara di mata Adam, gadis itu tampak seperti berusaha melindunginya. Hal itu membuatnya terlihat senang. Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang lalu berbicara sebentar di sana."Yang benar tidak selalu seperti kelihatannya. Tuan itu hampir menabrak saya, kalau Tuan ini tidak menabrakkan mobilnya mungkin saat ini saya sudah berada di rumah sakit." Qiana mencoba menjelaskan sebuah kemungkinan buruk lain. "Semua orang di sini melihatnya."Aparat penegak hukum itu mendengarkan penjelasan Qiana dengan sabar sebelum menanggapi. "Kalau begitu Nona juga bisa ikut bersama kami sebagai saksi. Kalau ada yang mau dijelaskan bisa dilakukan di kantor polisi."Qiana mengernyitkan alisnya dengan tidak senang. Sekarang malah dia terbawa-bawa urusan ini. Walau memang sejak awal hal ini sudah melibatkan dia, tapi seandainya bisa, dia ingin pergi sesegera mungk
"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lecet. Percayalah. Dia terlalu berlebihan." Qiana mencoba menghalangi pemeriksaan."Periksa saja. Dia bilang kakinya sakit." Adam bersandar pada jendela dan mengeluarkan rokoknya lantas menyalakannya dengan acuh.Michael memandang tidak senang pada Adam. Ini rumah sakit. Terlebih lagi, ini ruangan dokter. Tak ada yang merokok di ruangan ini. Tapi Michael tahu, ditegur pun akan sia-sia. Adam selalu bersikap seenaknya di mana pun."Aku hanya akan memeriksa kakimu." Michael memberitahu dengan setengah membujuk. Gadis ini bertingkah seperti seseorang akan melecehkannya. Dia terus menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau tidak perlu berbaring. Duduk saja."Akhirnya Qiana menurut. Dia duduk di tepi ranjang dengan seprai putih dan memperhatikan sang dokter muda tampan itu memeriksa kakinya. Ternyata ada sedikit lecet dan memar. Jadi Michael membalutnya dengan perban dan meresepkan pereda nyeri untuk sakitnya.
Karena tidak jadi ke kampus pagi itu, Qiana pamit pada ibunya untuk pergi ke apartemen mereka untuk mengambil beberapa barang. Dia juga bermaksud menemui pemilik apartemen untuk membayar uang sewa.Di depan pintu masuk, Qiana dihadang penjaga yang mengulurkan sebuah kotak berukuran sedang yang diikat dengan pita. “Seseorang menitipkannya untuk Nona,” ujar si penjaga bernama Curt itu.“Dia tidak mengatakan dari siapa?” Kening Qiana mengernyit menatap pada kotak di tangannya. Curt hanya menjawab dengan gelengan.Qiana mengangkat pandangannya pada Curt dan mengucapkan terima kasih lantas pergi ke kamarnya.Di bawah penerangan suram ruang tamu, Qiana menarik pita pengikat dengan rasa penasaran. Begitu penutup dibuka tampak sebuah kotak kemasan ponsel merk ternama tipe terbaru. Itu sebuah benda yang benar-benar mahal. Qiana tidak percaya jika ada seseorang yang begitu murah hati mengiriminya hadiah barang semahal itu.Namun
Ketiganya kemudian berlalu dari sana tanpa menunggu jawaban Qiana.Semua itu sempat disaksikan oleh beberapa mahasiswa. Mereka lalu saling berbisik sambil sesekali melihat pada Qiana.Beatrice menunduk ke lantai pada undangan yang jatuh di dekat kakinya kemudian memungutnya. Saat itu Qiana telah melangkah meninggalkannya. Dia tidak mempedulikan undangan itu.“Qiana, tunggu!” Beatrice bergegas mengejar. Baginya ini sangat luar biasa. Si ratu kampus Audie mengundang Qiana yang bukan siapa-siapa datang ke pestanya. Temannya sungguh beruntung. Tuan Zavier memang membawa pengaruh yang besar bagi orang-orang di sekelilingnya.Napasnya masih tidak beraturan setelah berlari mengejar ketika Beatrice tiba di dekat Qiana.“Apa kau akan datang dengan tuan Zavier?” Beatrice sangat antusias.“Kenapa aku harus datang? Dia bukan temanku!” Qiana menyahut dengan jengkel.“Tapi, kalau kau tidak datang mereka akan mentertawakanmu dan mengan
Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis
“Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah
Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke
“Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh
Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m