"Apa kamu baik-baik saja, Audrey?" tanya Jonas dengan wajah cemas memeriksa pipi kekasihnya yang ditampar tadi oleh Nicolas Carter. "Ckk ... akan kubatalkan kontrak kerja sama kami, menyebalkan sekali dia. Terlalu tamak hingga menyentuh wanita yang bahkan sudah kujauhkan darinya. Cari mati!!" gerutu Jonas yang duduk bersebelahan dengan Audrey di sofa ruangannya.
"Aku baik-baik saja, nanti juga sembuh. Kita kembali bekerja saja, Baby!" jawab Audrey tanpa ingin membesar-besarkan masalah. Dia sudah pernah mendapat tamparan lain, dunia terkadang keras tanpa bisa dihindari seberapa hati-hati pun melangkah, pikirnya diam-diam.
Jonas pun mengangguk dan membiarkan Audrey merasa nyaman dengan batas yang dimilikinya. Maka mereka pun duduk di meja kerja masing-masing dan menyibukkan diri dengan laptop.
"TOK TOK TOK."
"Masuk!" sahut Jonas. Ternyata Trevor yang menghadap ke kantornya.
"
"Wow, cantik sekali Anda, Miss Audrey!" puji Make Up Artist yang menangani riasan wajah dan hairdo mempelai wanita pagi itu di Lucid Dreams Bridal.Senyuman manis di wajah yang terpantul di cermin itu memang begitu sempurna secerah mentari pagi. Audrey pun menjawab, "Terima kasih sudah mendandani saya, Madam Laura. Anda sangat berbakat!""Sama-sama. Saya doakan pernikahan Anda dan suami langgeng. Mari kita keluar menemui mempelai prianya!" sahut Madam Laura Johnson seraya membantu Audrey bangkit dari kursi rias.Ternyata sama halnya dengan Jonas, ketika pria itu menatap sosok Audrey yang cantik paripurna, dia nyaris kehilangan kata-katanya. Mempelai wanitanya berjalan dalam langkah anggun menghampiri dirinya dan menyapa, "Jonas Baby, aku sudah siap berangkat!""Ohh ... tentu saja, Darling. You made me speechless!" jawab Jonas dengan suara parau nyaris menangis karena rasa bahagia ya
"Congratulation, Jonas, Audrey!" ucap Calvin Fremantle seraya memberikan peluk cium untuk pengantin baru tersebut."Thank you, Cal. Lega rasanya karena kami bisa menjadi pasangan sah di mata negara!" jawab Jonas dengan senyum tipis. Kedua orang tuanya berdiri bersedekap dengan mimik wajah serius tak jauh dari mereka.Kedua sobat wanita Audrey pun memberi ucapan selamat yang tulus, mereka bersepakat menjauhkan Audrey dari keributan yang mungkin muncul seusai acara pernikahan barusan."Audrey, tolong tetaplah bersama kami dulu. Biarkan suamimu yang menghadapi keluarga Benneton!" ujar Chantal lirih sambil mengajak mempelai wanita cantik itu duduk bersebelahan dengan dia dan Jessica Carrera.Tanpa membantah, Audrey duduk tenang dan menyaksikan apa yang akan terjadi berikutnya. Di ruang tunggu kantor kependudukan masih ada setidaknya selusin antrean dengan berbagai keperluan.&nbs
"Darling, mari kubantu melepas gaun pengantin yang cantik ini!" ujar Jonas dengan suara parau terbakar gairah dalam dirinya.Audrey menggigit bibir bawahnya saat menatap pantulan bayangan dirinya dan Jonas di cermin wastafel. Suaminya memesan sebuah kamar presidential suite di hotel bintang 5 paling mahal di Texas. Memang ini adalah malam pengantin yang mendebarkan baginya, entah apa yang akan mereka lalui nanti.Ratusan percintaan telah dia jalani bersama Jonas, apakah ada bedanya dengan malam ini? Audrey bertanya-tanya dalam hatinya.Gaun putih berbordir perak dengan aksen mutiara cantik itu luruh meninggalkan tubuhnya dan teronggok di lantai tergantikan sepasang lengan kekar berbulu gelap yang menangkup bulatan kembar penuh di dadanya."Aakkhh, Hubby ... kau menginginkanku sekarang?" desah Audrey memejamkan mata dengan kepala terdongak ke langit-langit kamar mandi. Rambutnya terurai me
Sepasang pria dan wanita berparas Kaukasoid berpakaian Yukata senada warna merah maroon itu berjalan menyusuri jalanan kota Kyoto yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon bunga Sakura mekar. Angin sore meniupkan kelopak merah muda yang berguguran ke atas kepala mereka."Ada kelopak bunga Sakura di rambut kepalamu, Gabe!" ucap Isabella MacConnor sambil terkikik. Dia mengambil benda kecil merah muda itu dan menghirup aroma segar manis bunga. "Aku suka aroma Sakura!""Ohh yeah, aku juga suka negeri Sakura ini. Begitu tenang dan menyatu dengan alam. Sayangnya kita harus mengakhiri bulan madu lebih cepat, Bella. Aku menerima undangan elektronik pernikahan Jonas dan Audrey melalui email tadi pagi. Mereka akan merayakannya di Hawaii. Sebaiknya kita hadir juga!" ujar Gabriel sembari memperhatikan wajah istrinya yang terbingkai rambut pirang keemasan yang disanggul ala wanita Jepang."Baiklah, aku akan hadir bersamamu di Hawai
"Apa kau gugup menemui papa mamamu kembali, Darling?" tanya Jonas sambil menggenggam tangan Audrey yang berkeringat dingin. Mereka baru saja tiba di Bandara Internasional Cincinnati, Northern Kentucky.Istrinya tersenyum tipis dan menjawab, "Sejujurnya iya. Aku selalu menjadi anak perempuan bengal yang melawan nasihat orang tua, Jonas!"Jonas pun segera memeluk Audrey, dia membelai punggung istrinya agar tenang. Bandara masih sepi pagi itu, tak banyak yang melakukan perjalanan ke Kentucky. Dia pun berkata, "Untuk apa takut? Aku yakin mereka akan menerima kepulanganmu bersama menantu baru mereka ini, Darling!"Isak tangis pelan terdengar oleh Jonas. Dia melepaskan pelukannya dan menatap sepasang mata biru yang berair itu sembari menghiburnya, "Jangan menangis, kita hadapi ini bersama ya?"Audrey pun mengangguk, dia mempercayakan segalanya kepada Jonas. Mister CEO pandai mengambil hati oran
"Apa Calvin dan Jordan bersama istri mereka sudah berangkat menuju Honolulu, Hubby?" tanya Audrey yang duduk bersebelahan dengan Jonas di kabin pesawat.Posisi mereka sedang berada di atas Samudera Pasifik dan beberapa jam lagi akan sampai di Bandara Internasional Honolulu. Langit di luar kaca jendela begitu biru cerah, demikian pula di bawah pesawat pemandangan samudera biru yang luas terasa menakjubkan."Iya, tadi sebelum kita naik ke pesawat, mereka sedang menunggu panggilan boarding, Darling. Jangan kuatir ya, sobat-sobatmu pasti tak akan melewatkan pesta pernikahan kita!" ujar Jonas yang mengetahui kecemasan istrinya. Memang sebagian besar undangannya hanya dikenal Audrey dari email corporate secretary Benneton Prime Company. Mereka sangat jarang bertemu langsung di Houston.Audrey pun bertanya lagi tentang tamu resepsi mereka nanti, "Apakah klien dari Inggris yang memberi mobil Bentley Mulsanne hitam kesayang
Jonas menumpang di kamar Jordan pagi itu sembari menunggu pengantin cantiknya dirias oleh make up artist di kamar hotel tempat mereka menginap. Sedangkan, Chantal dan Jessica menemani sobat mereka di kamar Jonas."Hey, tadi malam kau tidak meninggalkan kiss mark di leher dan dada Audrey 'kan?" tanya Jordan iseng sembari mengenakan kemeja tuxedo warna putih di seberang cermin rias.Sobat melemparkan bantal dari belakang punggung Jordan. "Kenapa kau menanyakan sesuatu yang explicit, Jordan? Tentu saja tidak, aku ingin kecantikan Audrey sempurna di perayaan pesta pernikahan kami. Plus, keluarga Newman juga semua hadir bersama sanak saudara Audrey!" jawab Jonas serius. Dia ingin menjadi menantu yang baik di mata keluarga istrinya."Apa kau mengundang artis terkenal di acaramu nanti, Jonas?" tanya Calvin yang duduk di sofa dekat balkon sambil mengisap vape."Ada, surprise untuk Audrey dan para tamu.
"Selamat untuk pernikahan kalian, Jonas dan Audrey. Aku ingin memberikan hadiah ini secara langsung!" Mister Austin Irving menyerahkan sebuah kotak persegi panjang berbalut kain beledru hitam berhias pita emas ke tangan Jonas.Karena yakin hadiah dari kolega dekatny itu pasti berharga, Jonas pun langsung membukanya di tempat sembari berkata, "Terima kasih banyak, Mister Irving." Setelah nampak isi di dalam kotak mewah itu ternyata sepasang jam Rollex untuk pria dan wanita berwarna emas bertatah berlian asli di tepi lingkaran kaca jam, Jonas pun berterima kasih."Anda sangat baik kepadaku, Sir. Mobil Bentley yang dulu dikirim ke Texas sering sekali aku gunakan keliling kota!" ujar Jonas tak enak hati.Mister Austin Irving pun menjawab, "Jangan sungkan, semoga kalian senang dengan jam tangan pasangan itu!" Maka demi menghargai pemberian koleganya tersebut, Jonas memasangkan jam versi wanita ke pergelangan tangan Audrey. Dan istrinya juga memasangkan jam pasangan satunya ke tangan Jonas
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng