Jonas menumpang di kamar Jordan pagi itu sembari menunggu pengantin cantiknya dirias oleh make up artist di kamar hotel tempat mereka menginap. Sedangkan, Chantal dan Jessica menemani sobat mereka di kamar Jonas.
"Hey, tadi malam kau tidak meninggalkan kiss mark di leher dan dada Audrey 'kan?" tanya Jordan iseng sembari mengenakan kemeja tuxedo warna putih di seberang cermin rias.
Sobat melemparkan bantal dari belakang punggung Jordan. "Kenapa kau menanyakan sesuatu yang explicit, Jordan? Tentu saja tidak, aku ingin kecantikan Audrey sempurna di perayaan pesta pernikahan kami. Plus, keluarga Newman juga semua hadir bersama sanak saudara Audrey!" jawab Jonas serius. Dia ingin menjadi menantu yang baik di mata keluarga istrinya.
"Apa kau mengundang artis terkenal di acaramu nanti, Jonas?" tanya Calvin yang duduk di sofa dekat balkon sambil mengisap vape.
"Ada, surprise untuk Audrey dan para tamu.
"Selamat untuk pernikahan kalian, Jonas dan Audrey. Aku ingin memberikan hadiah ini secara langsung!" Mister Austin Irving menyerahkan sebuah kotak persegi panjang berbalut kain beledru hitam berhias pita emas ke tangan Jonas.Karena yakin hadiah dari kolega dekatny itu pasti berharga, Jonas pun langsung membukanya di tempat sembari berkata, "Terima kasih banyak, Mister Irving." Setelah nampak isi di dalam kotak mewah itu ternyata sepasang jam Rollex untuk pria dan wanita berwarna emas bertatah berlian asli di tepi lingkaran kaca jam, Jonas pun berterima kasih."Anda sangat baik kepadaku, Sir. Mobil Bentley yang dulu dikirim ke Texas sering sekali aku gunakan keliling kota!" ujar Jonas tak enak hati.Mister Austin Irving pun menjawab, "Jangan sungkan, semoga kalian senang dengan jam tangan pasangan itu!" Maka demi menghargai pemberian koleganya tersebut, Jonas memasangkan jam versi wanita ke pergelangan tangan Audrey. Dan istrinya juga memasangkan jam pasangan satunya ke tangan Jonas
"Hey, ke mana para wanita cantik kita? Hari semakin siang saja!" gerutu Jordan kekanakan seperti biasa.Calvin, ayahnya pun menenangkan Jordan, "Tadi Jessi bilang dia ingin membawa keranjang piknik berisi bekal untuk kita. Sabarlah sebentar, nampaknya mereka sedang merecoki chef hotel ini!"Sementara Jonas masih memanasi mesin sepeda motor Harley Davidson pinjaman dari hotel yang disewanya untuk tinggal selama di Hawaii. Para gadis cantik yang lewat menyapanya sembari terkikik malu-malu. "Nampaknya tampang Jonas laku keras di sini!" komentar Jordan dengan rasa iri tersirat. Terlebih karena dia kalah taruhan beberapa hari lalu dengan tema pria paling mempesona."Ohh yeahh, ternyata kadar ketampananku di atas rata-rata, Mister CEO!" sahut Jonas sembari menekan tuas gas sepeda motor besarnya. Ketiga wanita yang mereka tunggu-tunggu akhirnya muncul dan melambaikan tangan disertai tawa riang. Baik Calvin, Jordan, maupun Jonas sontak tersenyum melambaikan tangan otomatis membalas wanita-w
Melihat rekannya dipukul perutnya oleh Jordan, preman lainnya segera membalas meninju wajah Jordan dan membuatnya terhuyung ke belakang. Tanpa ingin perkelahian itu berlanjut, Calvin dan Jonas menghambur mendekati Jordan."Apa kau baik-baik saja, Jordan?" tanya Jonas kuatir."Hey, dasar lelaki sok kuat. Maju kau!" teriak lantang Brent sambil memasang kuda-kuda serangan. Kedua tinjunya terkepal di depan wajahnya."SHIT! CARI MATI KAU!" Jordan tersulut amarahnya ditantang berkelahi begitu. Dia pun menepis tangan Jonas dan ayahnya lalu melayani pertarungan tangan kosong itu bersama dua preman langsung.Calvin bertukar pandang dengan Jonas, dia bingung juga mau bagaimana. Putranya cukup keras memberikan perlawanan kepada kedua preman itu hingga membuat mereka babak belur.Pemilik bar segera melewai bersama beberapa waiter. "Hey ... hey, sudah cukup kalian jangan berkelahi
"Ini bulan madu yang sangat menarik, Jonas. Terima kasih sudah setuju untuk berkunjung ke Turki bersamaku!" ujar Audrey di kabin pesawat yang terbang jauh dari Bandara Hawaii menuju ke Istanbul. "Dengan senang hati tentunya, Audrey. Ini bukan sesuatu yang sulit, aku juga tertarik karena memang foto-foto testimony turis begitu bagus. Sepertinya sayang untuk dilewatkan. Ohh ... leherku pegal karena penerbangannya lama sekali!" jawab Jonas sambil memijit-mijit sendiri lehernya.Audrey pun segera turun tangan dan memijat bagian leher hingga lekuk bahu suaminya. Itu sedikit melemaskan otot-otot kaku Jonas. Setelahnya pria itu tertidur lagi karena penerbangan masih jauh jarak tempuhnya. Pasangan Fremantle juga satu pesawat dengan mereka sekali lagi karena memang sepakat mengikuti festival balon udara di Cappadocia, Turki.Enam jam kemudian dari jendela pesawat dapat terlihat bentukan cerobong peri (fairy chimney). Itu adalah sebutan formasi bebatuan unik seperti cerobong asap yang terbent
"Kami ingin mengambil trip singkat naik balon udara, Sir!" ujar Jonas kepada kru provider salah satu penyedia jasa naik balon udara di lapangan luas tempat benda-benda itu diparkir dengan diikat tali pancang ke patok yang ditanam dalam di tanah.Ahmed Kirzi, pria berusia awal 30 tahunan yang diajak bicara oleh Jonas itu menjawab, "Sekarang sudah pukul 15.00, mengapa tidak ambil long trip saja, Tuan? Biayanya tak berbeda jauh dan jangkauan lebih luas, pasti lebih menyenangkan bisa menikmati pemandangan dengan puas!"Maka Jonas pun berunding dengan teman-temannya. Setelah menimbang-nimbang maka mereka pun setuju mengambil long trip seharga 650 Euro. Ketiga pria itu membayar bersama-sama, Jonas yang menanggung 250 Euro, sisanya Calvin dan Jordan masing-masing 200 Euro.Keenam penumpang dari rombongan itu diizinkan naik ke balon udara. Ada sofa di dua sisi kotak yang diangkut balon udara tersebut. Mereka duduk di sana sambil
"Selamat untukmu, Dicky!" ucap Pancho sembari memeluk sobatnya, pembalap Formula One yang berhasil menjuarai balapan di Sirkuit Riverside, California baru saja.Seringai bangga mewarnai wajah Dicky Bergins, dia telah mematahkan kepesimisan banyak pihak yang menyangka kemenangannya dulu saat kembali debut di sirkuit pasca koma lama di rumah sakit hanya sekadar keberuntungan. Dia memang jago dan layak diperhitungkan sebagai seorang racer masterpiece F1."Terima kasih, Kawan-kawan. Aku akan mentraktir kalian di bar untuk minum-minum bersamaku sekarang!" sahut Dicky sembari merangkul Woody dan Louis di kanan kirinya. Louis pun berkata, "Setelah bercerai dari Audrey, karirmu kembali melesat, Dicky. Bisa jadi dulu kau mengalami tekanan karena istrimu itu terus menerus menyuruhmu berhenti menjadi pembalap. Iya 'kan, Guys?" "Benar ... benar, aku setuju. Audrey memberi sugesti yang buruk kepadamu, Dicky!" timpal Woody. Dia juga tak menyukai mantan istri sobatnya itu."Hey, kalian ini sudahla
"Jadi kalian apa akan pulang ke rumah besok?" tanya Jonas yang masih dalam suasana bulan madu.Ketiga pasangan suami istri itu duduk mengelilingi meja makan salah satu restoran masakan khas Turki. Mereka sengaja makan malam usai seharian puas berkeliling kota Istanbul. Hari pertama dan kedua memang sengaja dihabiskan di Cappadocia dengan wisata festival balon udara."Iya, kami sudah berlibur terlalu lama, Jonas. Kalian berdua silakan menikmati momen spesial tanpa gangguan dari kami. Apa besok jadi terbang langsung ke Swiss?" jawab Jordan sambil menikmati suapan köfte (daging cincang berbentuk bola dengan rasa rempah) dari sendok Chantal.Jonas pun menyahut, "Rencananya begitu, nanti setelah dari Swiss barulah kami pulang ke Texas. Terima kasih sudah menemani liburan bersama ke Turki ya, Guys!"Mereka mengobrol seru mengenai rencana untuk kapan-kapan lagi tur Eropa. Namun, Chantal menyeletuk, "He
"Hello, Mom. Ada apa?" jawab Jonas yang baru saja melakukan check in tiket pesawat di Bandara Istanbul. Nyonya Cecilia Benneton berkata dengan nada geram, "Hello, Jonas. Apa wanita itu terus menerus mengajak kau berlibur dan melupakan pekerjaanmu di kantor? Daddy sudah terlalu lama menghandle pekerjaanmu di sini. Apa kau masih lama pulang ke Texas?"Perkataan ibundanya membuat Jonas menjadi tidak enak hati. Dia dan Audrey berencana memperpanjang bulan madu ke Swiss. Tiket telah dibeli dan mereka siap berangkat sebentar lagi kurang dari satu jam jadwal penerbangan pesawatnya. "Mom, kami akan meneruskan bulan madu ke—""Jangan berangkat, kau pulang sekarang ke Texas. Mom sudah melarang dad untuk masuk kantor besok pagi!" potong Nyonya Cecilia Benneton tak mau tahu alasan putra sulungnya yang menjadi CEO perusahaan manufaktur makanan dan minuman kaleng terkemuka.Jordan dan Calvin yang mendengar suara merepet ibunda Jonas dari loud speaker ponsel sobat mereka pun saling berbisik. Tiket
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng