Pasangan Gabriel dan Isabella sibuk sekali dengan persiapan pernikahan mereka di Hollister, California. Sejak seminggu sebelum hari H acara wedding, mereka berdua telah tinggal di Léal Vineyards.
"Aahh lelahnya!" seru Isabella usai mendampingi wedding organizer pilihannya untuk menentukan menu pesta dan juga memilih dekorasi venue acara tersebut.
Dia berjalan-jalan sore bersama Gabriel menyusuri jalan setapak di perkebunan anggur. Tangkai-tangkai buah anggur bergerombol warna hijau, merah keunguan, dan ungu tua tersebar di atas pohon-pohon tua berusia belasan tahun.
"Aku senang bisa refreshing jauh dari hiruk pikuk perkotaan sekalipun hanya sejenak saja, Bella!" ujar Gabriel. Dia praktis mengambil cuti tahunannya beserta tambahan hari libur dari rumah sakit tempatnya bekerja.
"Kita akan berbulan madu ke Las Vegas, aku lama sekali ingin berkunjung ke sana. Sayangnya mom.and dad sela
"Bella Sayang, ayo kita sudahi keliaran ini lalu kembali ke villa untuk mandi berendam dalam bathtub saja. Aku hanya tak ingin pengantinku terserang flu karena kedinginan berenang di sungai!" bujuk Gabriel lembut. Dia memagut bibir Isabella lalu mengambilkan celana dalam wanita itu dari batu tempat mereka meletakkan barang-barang agar tidak basah.Gabriel tidak mempedulikan bahwa dia akan terlihat orang yang kebetulan lewat di sana dan santai saja mengenakan celana panjangnya di tepi aliran sungai. Sementara Isabella dengan tatapan nakal memperhatikan calon suaminya itu."Gabe, kau membuatku lapar dan ingin menerkammu, Ganteng!" seloroh Isabella, dia menghampiri pria bercambang tipis tersebut lalu mendekapnya erat-erat."Muuaaachh!" Kecupan kencang Gabriel mengisap bibir kenyal Isabella."Darling, kau boleh melakukan keahlianmu di kamar kita nanti. Sekarang langit sudah makin petang, aku
"Sebentar lagi kapal kita merapat di Pelabuhan Freeport, senang sekali akhirnya bisa menginjakkan kaki lagi di daratan!" ujar Jordan sambil duduk bersantai bersama Chantal dan tamu-tamu mereka di area bar tepi kolam renang yang ada di kapal pesiarnya.Jonas pun memanggapi, "Aku lebih senang karena selama berlibur semua akomodasiku dan Audrey ditraktir oleh CEO Fremantle Group!""Ckk ... yeahh, itu benar! Lain kali kita harus bermain monopoli lagi, Jonas. Aku masih penasaran karena belum bisa menang!" balas Jordan gemas karena Jonas begitu jago main monopoli. Mereka telah tanding ulang tiga kali dan dia selalu kalah.Chantal, Audrey, dan Jessica terkikik mendengar rajukan Jordan yang tak mau mengalah kepada Jonas. Kemudian mereka pun cepat-cepat menyingkir dari area bar sebelum kena amuk Jordan dan memilih kembali ke kabin untuk berkemas barang ke dalam koper.Rencananya memang rombongan kencan
"Chant, kita salah strategi!" protes Jordan usai membaca pesan dari Jonas yang sedang sibuk bermesraan bersama Audrey di kamar resort."Salah strategi apa maksudmu, Hubby?" Chantal mengerutkan sepasang alisnya yang melengkung tipis bak bulan sabit.Jordan lalu membisikkan sesuatu ke telinga istrinya lalu Chantal pun berkata, "Apa bisa aku meminta cuti melayanimu selama beberapa hari, Darling?""Ohh ... itu tidak lucu, Baby Girl! Kau sangat menggairahkan, mana sanggup aku menahan diri terlalu lama?" sahut Jordan sembari mulai mengoleskan sunblock cream ke kulit mulus Chantal yang sewarna karamel yang manis menggoda.Sebenarnya Chantal hanya bermain-main saja tadi, jauh dari kata serius. Dia pun mengecup bibir suaminya yang duduk bersamanya di atas kain alas berjemur yang dihamparkan di permukaan pasir putih tepi pantai.Mereka berdua pun berjemur sebentar sebelum memut
"Good game, Jonas and Calvin!" ucap Marques, turis asal Spanyol itu sembari bertukar rangkulan dan jabat tangan usai pertandingan voli pantai yang seru."Ohh yeahh. Ngomong-ngomong, kalian berdua bekerja apa di Madrid?" balas Jonas sambil minum dari air mineral kemasan botol.Ramon menyahut, "Kami memiliki bisnis losmen dan restoran kecil-kecilan untuk wisatawan yang berkunjung ke Madrid. Hey, kalau kalian memiliki rencana jalan-jalan ke Spanyol jangan lewatkan untuk mampir ke tempat kami, okay?"Dengan ramah Calvin pun mennaggapi, apa usaha kalian di Madrid juga menyediakan kendaraan dan tour guide?""Ada, kami berdua bergantian jadwal menjadi tour guide dan ada adik bungsu kami juga. Ini usaha keluarga, Sir!" jawab Marques bangga."Okay, kalau kami ke Spanyol pasti akan hubungi nomor kalian. Permisi, selamat berlibur, Gentlemen!" ujar Jonas lalu bangkit berdiri dari atas pasir
Suara music rumba dengan marakas dan tabuhan gendang yang rancak mengiringi keseruan clubbing para tamu Junkanoo Beach Club. Tak ada hentakan musik DJ karena memang suasana yang ditawarkan adalah santainya berada di pulau yang dikelilingi pantai berpasir putih dan ombak tenang.Area kolam renang berair jernih kebiruan diterangi lampu di bawah air dinding sekeliling kolam. Sementara para tamu yang terdiri dari pria dan wanita dewasa asik berjoget di sekitarnya. Keluarga Fremantle nongkrong bersama di depan meja bartender."Di mana Jonas dan Audrey?" tanya Jessica Carrera sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling beach club yang ramai pengunjung itu.Jordan yang sedang bertukar pesan dengan Jonas berkata, "Sleeping Beauty ketiduran karena capek, jadi Prince Charming menemaninya di kamar hotel, Jessi!""Ouch ... sungguh pria idaman!" celetuk Chantal spontan yang sontak membuat Jordan terbakar ap
"Ukkhh ... Jonas, jam berapa ini? Apa kau tidak jadi ke beach club semalam?" Audrey yang melihat jendela kaca kamar resort bermandikan sinar mentari pagi merasa bersalah karena telah ketiduran begitu lama.Jonas yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang tersangga bantal sambil menonton siaran berita TV pun menoleh lalu menjawab, "Ini jam tujuh pagi. Tidak—kau kecapekan, aku malas kalau harus clubbing sendirian tanpa pasangan dengan keluarga Fremantle.""Maafkan, aku ya. Sepertinya terlalu lemas tubuhku untuk bangun tadi malam, Jonas!" ujar Audrey dengan nada menyesal. Dia menggigit bibir bawahnya saat kepala Jonas merunduk mencari pucuk buah dada ranum miliknya.Suara seperti bayi besar sedang menyusu itu membuat Audrey geli. Bahkan, pagi-pagi kekasihnya sudah menginginkan kemesraan. Telapak tangan Jonas berkelana ke lembah cinta Audrey dan menyusupkan jari tengahnya di lipatan lembut yang basah itu.&nb
Seperti rencana awal Jonas, mereka berangkat ke Texas dari Bandara Internasional Grand Bahama yang terletak di Freeport. Pesawat American Airlines yang dipilih Jonas itu akan mengudara selama sekitar 3 jam dan turun di Bandara Dallas, Texas."Apa kau akan langsung berangkat ke kantor sesampainya kita di Texas, Jonas?" tanya Audrey, dia ingin mengetahui rencana kerja bos sekaligus kekasihnya itu."Iya, aku masih memiliki sekitar lima jam untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang sempat tertunda karena libur panjang," jawab Jonas lalu dia pun melanjutkan, "Audrey, kalau kamu capek, nanti biar Donald mengantarkanmu pulang ke penthouse saja!""Tidak, aku ingin masuk kerja juga untuk membantumu, Mister Benneton!" sahut Audrey terdengar seperti asisten kepercayaan pria itu biasanya.Jonas pun terkekeh, dia mencubit hidung mungil Audrey. "Apa pun asal tidak menyusahkanmu, Darling!" ujarnya lalu membiarkan wan
"Terima kasih karena sudah mau membantuku berkemas, Darling!" ucap Jonas seraya memeluk Audrey dari belakang punggung.Sudah tiba saatnya mereka berangkat ke California untuk menghadiri pernikahan Gabriel dan Isabella. Sejujurnya Jonas enggan, tetapi dia tetap harus datang ke acara itu. Dan Audrey pun tahu, pria tercintanya malas mengemasi baju ke koper. Jadi dia yang mengerjakannya."You're welcome, Baby. Kapan kita akan berangkat ke bandara?" jawab Audrey lalu membalik badannya menghadap ke arah Jonas yang masih memeluknya."Setelah aku berganti pakaian, sepertinya lebih baik kita mandi sore bersama saja agar lebih segar ketika berangkat!" usul Jonas yang segera disetujui oleh Audrey.Pasangan kekasih itu pun bergegas mandi bersama di bawah shower lalu bersiap berangkat ke Bandara Internasional Dallas. Mereka diantarkan oleh Donald Anderson dengan mobil Bentley favorit Jonas yang nyaman.
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng