"Wow, cantik sekali putri Jordan dan Chantal! Mungkin kelak ketika Shawn beranjak dewasa, mereka bisa menjadi sepasang kekasih, Hubby," ujar Audrey ketika melihat foto bayi perempuan sahabat dekatnya di akun media sosial.Namun, Jonas malah tertawa. Dia tadinya juga berpikiran sama. Pasti akan menyenangkan berbesan dengan sahabat dekatnya. "Kasihan mereka kalau ternyata memiliki ketertarikan kepada orang lain dan kita memaksakan keinginan agar mereka berjodoh!" jawab Jonas menolak ide istrinya."Ohh ... kau ada benarnya, Jonas. Baiklah, biarkan segalanya berjalan alami saja. Toh Shawn dan Serena bisa berteman baik, bersama Dalton juga tentunya, paman Serena yang masih bayi. Hahaha," balas Audrey dengan santai.Mereka berdua sedang berjalan pagi di taman komplek perumahan sambil mendorong baby stroller. Sinar matahari pagi masih belum terlalu terang dan udara terasa sejuk dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Bagi Jonas, tak ada hal lain yang lebih dia inginkan selain hidup tenang dan baha
Cuaca yang mendung disertai hujan yang mengiringi acara pemakaman pembalap ternama Formula One itu menambah suasana duka menjadi kelabu. Jonas tak mempedulikan lengan jasnya yang basah oleh air hujan demi memayungi Audrey.Suara rintik hujan diselingi petir yang beberapa kali menggelegar di langit menyamarkan suara pastor yang memimpin kebaktian pelepasan jenasah ke liang lahat. Foto mendiang Dicky Bergins basah kacanya oleh air hujan.Audrey tetap saja menitikkan air mata sekalipun dia sudah bukan lagi istri sah Dicky. Banyak kenangan di masa lalu yang terasa pahit manis menjadi satu. Dia teringat momen kebersamaan mereka dulu sebelum Dicky mengalami koma akibat kecelakaan di sirkuit F1 Austin. Tempat yang sama yang merenggut nyawanya juga."Darling, jangan menangis lagi! Dia sudah pergi dan kalian bukan sepasang kekasih lagi, bukan?" tegur Jonas yang merasa agak cemburu, hanya saja yang dia cemburui sudah nyaris dikubur di bawah tanah sebentar lagi. Jadi dia tak ingin menjadi lelaki
"Shawn sudah tidur, Hubby. Aku merasa bersalah karena seharian ini meninggalkannya sendiri di rumah hanya dengan baby sitter," ujar Audrey seusai mengunci pintu kamar dari dalam. Jonas bangkit dari ranjang lalu menghampiri istrinya di tengah ruangan. Dia memeluk Audrey seraya membelai lembut kepala wanita yang teramat dicintainya itu. "Tidak apa-apa, hanya hari ini saja, bukan? Yang terpenting Shawn diurusi dengan baik juga oleh pengasuhnya. Apa kamu ingin langsung tidur, Darling?" balas Jonas lalu merangkul bahu Audrey menuju ke tempat tidur."Aku belum mengantuk, sedikit gelisah dengan janji temu besok pagi dengan Mister Bennedict Joufrans. Kuharap tak ada gosip miring mengenai warisan yang kuterima dari Dicky. Kami sudah bercerai, tetapi dia masih meninggalkan harta bendanya kepadaku!" jawab Audrey. Dia berbaring dengan kepala bersandar di dada suaminya. Jonas memahami apa yang dicemaskan oleh Audrey lalu dia pun berkata, "Tak perlu kau pikirkan apa pun yang orang luar bicarakan
"Hahh?! Apa jumlahnya tidak salah, Mister Joufrans?" seru Audrey ketika membaca nominal warisan berupa uang dalam rekening bank dan deposito dari mendiang mantan suaminya."Tidak, Ma'am memang jumlahnya lima juta dolar dalam rekening bank dan tiga juta dolar deposito. Semoga Anda bisa mengelola uang yang banyak itu untuk hal yang berguna bagi masyarakat!" jawab notaris publik itu sembari menunjuk tempat di dokumen yang memerlukan tanda tangan Audrey.Jonas membelai punggung istrinya. "Mister Joufrans tak mungkin salah, Darling. Kau beruntung karena mendapat durian runtuh semacam ini!" ujarnya.Akhirnya, Audrey menanda tangani dokumen penerimaan harta warisan Dicky Bergins lalu ditutup dengan jabat tangan dengan notaris."Demikian saja pertemuan kita hari ini, Mrs. Audrey Newman. Jika ada hal yang ingin ditanyakan silakan hubungi saja nomor saya di kartu nama ini!" ujar Bennedict Joufrans seraya menyerahkan kartu nama ke tangan Audrey. "Terima kasih, Mister Joufrans. Saya sangat mengh
"Jonas, adikmu sudah sampai di Texas. Apa kau tidak merindukan Gabe? Datanglah ke rumah sepulang kerja, ajak pula Audrey dan Shawn!" ujar Nyonya Cecilia Benneton di telepon siang itu.Putra sulungnya baru saja selesai meeting dengan klien baru dari Boston. Jonas menjawab, "Okay, Mom. Nanti aku akan mampir ke rumah untuk menemui Gabe. Apa dia bersama keluarga kecilnya juga?" "Yeah, Isabella dan putra kecil mereka ikut juga. Nanti kita makan malam bersama mereka semua, Jonas. Sampai jumpa nanti!" sahut ibunda Jonas. Kini dia telah berdamai dengan kenyataan dan menerima Audrey dan Shawn sebagai bagian dari keluarga Benneton.Jam di tangan Jonas masih menunjukkan pukul 14.00 waktu Texas. Dia mengetik pesan untuk Audrey di ponsel mengenai rencana makan malam di kediaman Benneton dalam rangka menyambut kepulangan Gabriel dan keluarga kecilnya dari Kyoto. 'Wah, ikut senang dengan berita kepulangan Gabe dan Bella ke Houston. Apa mereka hanya berkunjung sebentar atau akan menetap lagi di Hou
Setelah terlambat cukup lama, Jonas dan keluarga kecilnya berhasil sampai di kediaman Benneton. Dia merasa sangat bugar dan girang karena telah bercinta bersama Audrey sesorean. Acara malam ini dia tebak pasti akan banyak basa basi membosankan, dia kini tak mempedulikan hal itu lagi."Hey, Jonas!" seru Gabriel seraya bangkit dari sofa ruang keluarga. Dia menyambut kakak kandung kesayangannya dengan pelukan hangat.Senyuman yang dipaksakan menghiasi wajah Jonas, dia mungkin tidak lagi memiliki rasa sedikit pun kepada Isabella MacConnor. Namun, pengkhianatan di balik punggungnya yang dilakukan Gabriel dan Isabella masih membekas jelas luka di hatinya. Wanita yang frigid dan selalu kasar memperlakukannya itu mencintai adiknya sendiri."Hai, Gabe. Kuharap segalanya baik-baik saja selama tinggal di Jepang!" ujar Jonas berbasa-basi. Dia membiarkan Audrey bertukar pelukan dan cium pipi dengan adik iparnya."Yeah ... aku sejak kecil sangat ingin tinggal di Jepang. Tentunya betah berada di san
"Mom, Dad, aku titip Shawn ya selama seminggu. Kami ingin ke Alpen lalu lanjut ke Italia!" ujar Jonas kepada orang tuanya yang mengantar kepergian mereka pagi itu di Bandara Intercontinental George Bush, Houston."Jangan kuatir, Jonas. Putramu pasti aman bersama kakek dan neneknya. Dia pun ikut senang nanti bila mendapat adik tak lama lagi!" jawab Nyonya Cecilia Benneton sembari tersenyum penuh arti kepada Audrey.Menantunya pun menjawab, "Semoga honeymoon kami berhasil, Mom!" Mister Richard Benneton pun menanggapi, "Jonas masih muda dan bersemangat, pasti berhasil. Sudah kalian naiklah ke pesawat. Panggilan boarding sudah terdengar!"Pasangan muda itu berpelukan dengan orang tua Jonas lalu bergegas menuju pengecekan tiket akhir. Audrey dan Jonas melambaikan tangan lalu memasuki lorong yang mengarah ke pesawat. Tak lama setelahnya pesawat mereka pun lepas landas menuju angkasa ke arah Benua Eropa."Darling, di Alpen sedang puncak musim dingin. Pastikan dirimu memelukku erat di sana!"
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng