Suara derai tawa Audrey saat berjalan-jalan malam bersama Jonas di jalanan kota Firenze terdengar renyah. Mereka baru saja makan malam di Apolonian Ristorante De Firenze.
"Hey Darling, sebaiknya malam ini jangan terlalu liar bercinta. Besok pagi aku mengajakmu menonton pacuan kuda tahunan di Siena, jadi kita harus bangun pagi!" ujar Jonas menghentikan langkahnya di taman alun-alun kota lalu menatap ke wajah Audrey.
"Siapa yang liar sebenarnya?" sahut Audrey terkikik dengan wajah merona. Dia bergelanyut pada leher kekasihnya.
Jonas merundukkan kepala untuk mengecup bibir Audrey, dia sangat senang ditemani berlibur lagi oleh wanita kesayangannya. Sejenak lari dari kesibukan pekerjaan kantor dan juga proses perceraian yang sekalipun tidak menyakitkan, tetapi membuatnya merasa sendiri dan ditinggalkan.
"I love you, Audrey. Terima kasih karena telah merubah duniaku yang kaku dan datar menjadi penuh
Jonas mana tega membuat Audrey sakit karena melayani hasratnya yang tiada habisnya. Dia membiarkan wanita itu tertidur meringkuk dengan nyaman dalam dekapan hangat tubuhnya hingga pagi."Audrey, aku keluar sebentar ya!" pamit Jonas seraya mengecup kening kekasihnya. Dia ingin memberikan kejutan manis ketika Audrey terbangun nanti sebentar lagi.Dengan mengendap-endap pria berperawakan tinggi atletis itu keluar dari suite executive resort lalu berjalan berbalut jumper hangat warna kelabu menuju ke taman bunga resort. Dia sudah bertanya apa boleh mengambil bunga di sana ke resepsionis. Ternyata diizinkan asalkan tidak merusak tanaman utama yang dipetik bunganya.Ada rumpun bunga tulip warna warni yang cantik di taman resort itu. Jonas lebih memilih jenis bunga yang tak berduri tangkainya itu. Dia memotong dengan gunting tanaman milik tukang kebun yang ditaruh di kotak perkakas gudang taman. "Aku akan mengembalikannya
"Kita akan diajak mengunjungi Pantai Viareggio oleh tour guide dari resort, Darling. Kuharap kau tidak kelelahan sehabis berkuda lama tadi di Siena!" ujar Jonas sembari membelai rambut panjang Audrey yang kepalanya bersandar di bahu pria itu."Tentu saja tidak, aku senang kita bisa berwisata ke banyak tempat di Tuscany. Tempat ini sungguh indah dari puncak perbukitannya hingga pesisir pantainya. Impian masa remajaku dulu ke mari setelah membaca majalah pariwisata dunia!" tutur Audrey antusias sembari melempar senyuman manisnya kepada Jonas.Mobil van yang penuh dengan turis mancanegara itu mulai terparkir di area parkiran kendaraan pengunjung Pantai Viareggio. Kemudian tour guide yang menemani mereka pun berpesan, "Ladies and Gentlemen, silakan menikmati waktu bebas hingga pukul 18.00 nanti. Kita akan berangkat kembali ke resort dari parkiran ini lagi!"Jonas dan Audrey saling berangkulan melangkah menuju ke tepi p
"Aku masih memiliki kejutan untukmu di resort, Darling!" ujar Jonas saat mereka dalam perjalanan pulang dari Pantai Viareggio.Dalam kondisi terkantuk-kantuk dan agak lapar, Audrey terkejut. Dia pun bertanya, "Kejutan apa lagi itu, Jonas?""Kalau kukatakan sekarang, tak jadi kejutan lagi, Darling!" balas Jonas dengan seringai lebar. Dia senang Audrey jadi penasaran."Okay, Mister Benneton ingin bermain misterius rupanya!" tukas Audrey mengalah dengan bersabar sampai mobil van itu mencapai tujuan.Sesampainya di resort, Jonas membawakan travel bag mereka lalu naik bersama Audrey dengan lift ke kamar. Dia berkata, "Ini adalah paket yang ditawarkan untuk pasangan yang berbulan madu di resort. Aku sengaja mengambilnya, Audrey!"Wanita itu tertawa pelan tanpa mencela kekasihnya sekalipun mereka bukan sedang honeymoon. Dia menunggu hingga masuk ke dalam kamar resort m
"Hey, Dicky ... dengarkan aku. Gunakan kecepatan stabil jangan terlalu banyak akselerasi gigi naik turun. Itu akan membuat mesinmu menjadi panas dan berisiko terbakar. Apa kau paham?!" seru Pancho sebelum pertandingan Grand Prix F1 awal musim dimulai di arena sirkuit Indianapolis.Kemudian Dicky pun membalas, "Beres itu, Pancho, aku paham. Apa ban mobil penggantiku sudah disiapkan Woody dengan benar? Michelin atau Bridgestone?""Bridgestone, itu dalam kondisi prima, semua baru. Jangan kuatirkan apa pun, berpacu saja di sirkuit dengan fokus, Dicky!" jawab Pancho lalu menjauh dari kendaraan supersonic car itu. Dia berharap bintang keberuntungan sobatnya akan bersinar terang di awal musim kali ini setelah vakum lama dan mencoba di seri F3 dan F2 kemarin.Suara pengumuman bahwa balapan akan segera dimulai berkumandang dari pengeras suara. Tribun penonton sangat padat siang yang terik ini. Semua bersemangat untuk menyak
"Apa Dicky meneleponmu lagi, Darling?" tanya Jonas yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi pagi."Iya, dia mengatakan bahwa baru saja dia memenangkan Grand Prix F1. Nampaknya kariernya menanjak lagi seperti dulu, Jonas. Namun, aku tak tertarik untuk kembali rujuk dengannya. Dia itu pria kasar!" jawab Audrey sambil terduduk lesu di tepi ranjang.Dengan helaan napas lega Jonas menghampiri kekasihnya. Dia tahu Audrey bukan wanita yang silau akan harta maupun ketenaran. Mungkin wanita lain bisa tergoda untuk kembali menjadi istri pembalap terkenal. "Jangan hiraukan lagi setiap bujukannya. Ketika dia susah, kau sendiri yang mengurusinya, bukan?" ujar Jonas sembari membelai puncak kepala Audrey dengan lembut."Iya. Cukup sudah dengan kekuatiran bahwa suatu hari suamiku kecelakaan di salah satu turnamen balap dan koma bertahun-tahun!" jawab Audrey setuju.Mereka berdua bersiap-siap
Hari persidangan cerai kedua antara Audrey dan Jonas telah tiba. Kali ini Jonas mendampingi kekasihnya untuk menjalani persidangan. Mereka berangkat ke Gedung Pengadilan Negeri Texas diantarkan oleh Donald."Kenapa ada banyak wartawan menunggu di luar gedung, Jonas?" tanya Audrey cemas. Dia memiliki firasat ini ada hubungannya dengan sidang perceraiannya dengan Dicky Bergins."Tetaplah bersamaku ketika masuk ke sana, Audrey. Sepertinya ini tak akan bagus, pakailah masker medis dan kaca mata hitam. Topi ini juga nampaknya berguna untuk menyembunyikan identitasmu!" Jonas mengeluarkan beberapa barang dari kantong belakang sandaran bangku mobil.Tanpa membantah Audrey memakai semua benda kamuflase itu, dia tak ingin ketenangan hidupnya terusik ulah paparazi pemburu gosip selebritis. Dia hanya wanita biasa, bukan artis ternama."Good, aku akan mengenakan kaca mata hitam juga!" sahut Jonas lalu
Suara pintu ruang presdir yang dibuka dari luar membuat Audrey sontak menoleh dari meja kerjanya lalu bangkit berdiri untuk menyambut Jonas yang nampak murung. "Ada apa, Baby? Kau seperti kesal dan ingin marah," tanya Audrey dengan hati-hati.Jonas segera memeluk wanita itu, dia membenamkan bibirnya menyatu dalam sebuah ciuman bergairah. Faktanya memang Audrey benar, dia tak sanggup meredam amarah terhadap Dicky Bergins. Bisa dibayangkan seperti apa dulu kehidupan Audrey ketika masih terikat pernikahan dengan pria brengsek semacam Dicky."Ayo kita duduk di sofa, ceritakan ada apa, Jonas?" ajak Audrey sembari menata napasnya yang tersengal-sengal karena ciuman marathon barusan.Mereka pun berpindah ke sofa lalu Jonas mulai berbicara, "Aku tadi berbincang-bincang dengan Dicky. Sebenarnya aku menawarkan untuk membayar sejumlah uang agar dia segera mempercepat proses perceraian kalian. Sayangnya dia terlalu tamak, jumlah yan
"Wow, kamarnya istimewa sekali, Jonas!" seru Audrey terperangah ketika memasuki presidential suite hotel bintang lima di Dallas itu.Tampilan ruangan bercat pink pastel yang akan mereka tempati selama dua malam itu sangat elegan furniturnya seperti rumah bangsawan Perancis. Sentuhan vintage di sofa dan ornamen dekorasi terlihat memanjakan mata dipadu padan dengan bunga mawar merah segar dalam vas yang diletakkan di berbagai sudut. Jacuzzi di area balkon pun nampak menggoda untuk dicoba.Jonas cepat-cepat mengusir bell boy dengan memberikan tip lembaran lima dolar. Dia menangkap lekuk pinggang Audrey seraya menjawab, "Kuharap akhir pekan yang kita lalui berdua akan sangat seru kali ini. Apa kau masih ingin menggunakan penutup mata, Honey?"Mendengar perkataan kekasihnya sekaligus klien sejuta dolarnya itu, Audrey tertawa renyah. "Kalau menurutmu bagaimana? Apa kamu menginginkanku dalam kondisi mata tertutup, J
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng